Senin, 27 April 2009

ENGKAU YANG BUAT

Siapa yang berbuat? Engkau yang buat! Apa yang telah kau buat? Tanya saja dengan dirimu sendiri! Nanti akan tahu sendiri, siapa yang berbuat dan apa yang telah dibuat!!
Apakah engkau merasa telah memasung hati orang? Orang yang ingin berkreasi dan bekerja secara bebas dan orang yang mempunyai jiwa seni yang dalam?

Jadi perjalanan hidup semua orang, Tuhan yang mengatur, tapi aturan Tuhan seolah seperti mengalah dengan kekerasan hati seseorang yang mau menang sendiri, egois, pencemburu dan suka mengatur terlalu dalam, bukan hanya mau memasung kaki, bahkan dia telah memasung kreatifitas seseorang atau lebih dari itu, tetapi yang paling sakit dirasakannya adalah ketika dia dipasung hatinya!

Berapa lama dia telah dipasung? Yah lumayan… kurang lebih 18 tahun lamanya! Delapan belas tahun ?? Apakah dia tidak mati dipasung selama itu? Oh tidak… dia tidak mau mati, karena dia tetap makan, dan kadang-kadang mencuri makanan enak di luar, ketika yang memasung sedang meleng dan lengah!

Apakah kamu dipasung dengan rantai yang kurang kuat sehingga kamu bisa keluar rumah dan mencuri makanan di luar? Bukan begitu maksud yang sebenarnya. Sebenarnya yang telah dipasung adalah hatiku, sehingga aku tidak dapat bekerja dengan benar dan tidak dapat berkreasi dengan baik, bahkan hatiku, badanku, dipasung agar tidak bisa menemui keluargaku sendiri, bahkan untuk menemui ibuku juga sulit dan ada perasaan takut dibuatnya! Dosakah dia yang membuat kamu begitu?? Aku tidak tahu …. tidak tahu..!!



Apa akibatnya? Mungkin dia akan kesepian selamanya, karena dia ditinggal sendiri oleh orang terdekatnya!! Tapi, apakah kamu dosa meninggalkannya? Oh… tidak dosa! Daripada aku gila tidak bisa berkreasi dan mati berdiri, lebih baik aku melepas pasungan yang telah dia berikan kepadaku!

Bagaimana caranya kamu melepaskan pasunganmu itu? Ah, gampang saja … kabur dari rumah, agar bisa menghirup udara segar! Apakah kabur yang kamu lakukan saat itu juga, ataukah dengan cara coba-coba dulu! Oh iya… betul sekali! Aku telah kabur dari rumah karena sudah tidak tahan dan depresi berat. Aku kabur 3 kali dari rumahku, sebelum aku kabur beneran dan pisah untuk selamanya!

Temanku yang baik, coba ceritakan apa yang sebetulnya terjadi pada dirimu? Apakah kamu seorang psikiater, menanyakan seperti itu? Bukan, aku bukan psikiater juga bukan psikolog, aku hanya sekedar ingin tahu apa penyebab kamu kabur dari rumah sebanyak 3 kali, dan merasa dipasung selama ±18 tahun?

………………………………..

Dede seorang Insinyur, tahun delapan puluhan baru menjadi seorang sarjana. Dia masih bersahaja dan dari kecil adalah anak yang penurut, tekun dan penuh kemandirian.

Dia memberanikan diri berangkat sendiri ke Jakarta dengan kereta api dan tinggal berpindah-pindah dari rumah ke rumah, dan akhirnya dia merasa mantap untuk kuliah di sebuah universitas di kawasan Jakarta Barat. Dia indekost di dekat kampusnya.

Anak yang sejak kelas 4 SD sudah ditinggal oleh ayahnya, merasa hidupnya tidak pernah merasakan sentuhan mendalam dari ayahnya! Ibunyalah yang sangat perhatian dan bertanggung jawab penuh untuk membimbing dan membantu dia untuk menyelesaikan kuliahnya di Ibukota.

Yang terpenting di sini adalah bagaimana kita mengamati Dede, seorang sarjana teknik mesin yang dalam pergaulan sehari-harinya cukup keras, karena cara kerja teknik mesin sangat jauh sekali dari bidang seni yang indah dan lembut. Lain halnya dengan teknik seni rupa maupun teknik arsitektur!

Dalam rentang perjalanan hidupnya, ia sesungguhnya tak dapat lari dari gairah berkesenian yang membara dijiwanya. Apalagi ketika rasa keterpasungannya semakin mengkristal, setelah sekian lama tertekan, mengalami depresi yang cukup berat, sakit hati, terluka didalam diam, maka ia tidak dapat mengungkapkan rasa cintanya terhadap kesenian dan kebudayaan.

Ia memang pendiam, cenderung kurang bergaul. Tetapi lama kelamaan muncul rasa berontak yang mulai menyeruak disela-sela kesenyapannya. Sesekali ia mulai bergaul di luar rumah dengan membuat berbagai alasan dan berbohong kecil-kecilan, karena ada rasa takut jika pulang terlambat dari kantor, maka hal itu akan menyebabkan pertengkaran dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi, karena ia sangat menyayangi putri semata wayangnya, Dina, cantik seperti ibunya tetapi aura dan sifat-sifatnya seperti Dede, papanya.

Tekanan besar dan sering terjadi, biasanya disebabkan oleh hal-hal sepele misalnya, pada suatu minggu yang cerah … Dede berniat mengajak putrinya berjalan-jalan.

“ Dina … Dina … dimana kamu ? “ panggil Dede sambil melongok keluar rumah.
“ Disini papa “ Dede tersentak karena Dina menubruknya dari belakang.
Dengan gemas Dede mencubit pipi anaknya seraya memeluknya dengan penuh kemesraan.
Kemudian mereka duduk berhadapan, Dede berpikir sebentar …
“ Papa punya ide, seandainya hari ini kita jalan-jalan ke mall, asyik nggak?”
Dina serta merta melompat kegirangan, penuh kegembiraan ia melesat terbang kekamarnya “ Dina ganti baju dulu ya pa …. !! “ teriaknya sambil berlari.
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar, membuat Dede tersentak kaget,
“ Kalian mau kemana ?!!! “
Istri Dede, Oti sudah berdiri dibelakang, sambil bertolak pinggang.
“ Aku mengajak Dina jalan-jalan ke mall, kan sekarang … “ Belum selesai kalimat jawaban Dede, Oti sudah menyambungnya dengan pedas,
“ Memang siapa yang mengijinkan kalian keluar rumah ? “
“ Oti, sekarang kan hari Minggu, apa sih salahnya kami ….”
“ Jawab dulu !! “ teriak Oti “ Siapa yang kasih ijin ? “
“ Sabar Ti, kan hanya ke mall …”
“ Tidak bisa !! Tidak ada ke mall, Tidak kemana-mana !! “

Diam-diam Dina keluar dari kamarnya, lewat sudut matanya Dede menangkap gerak anaknya dari balik kaca. Dina tersayang mengendap-endap ketakutan.

“ Oti sayang, kasihan dong sama Dina … “ Dede berusaha membujuk istrinya.
“ Pokoknya, tidak !! Asal kalian tahu ya, akulah yang berhak memberi izin, bisa atau tidaknya kalian pergi hari ini.. ngerti nggak ? “
Dede menghela nafas dalam-dalam, dan Dina mulai terisak.. kekecewaan nampak jelas pada matanya.
Air mata Dina lama kelamaan menimbulkan keberanian pada Dede, tiba-tiba Dede berjalan dengan cepat, menggandeng Dina dan lari menuju mobil.
Oti terhenyak sesaat, tetapi ia terdiam dan tidak berusaha mengejar, ia membiarkan ayah dan anak itu kabur.

Sambil berteriak dari mobil, Dede memanggil pembantunya untuk membukakan pintu pagar, dengan tergopoh-gopoh si pembantu mendatangi Dede seraya menunduk tak berdaya
“ Maafkan saya pak, pagar depan tidak dapat dibuka … “
“ Mengapa ?? “ teriak Dede
“ Kunci gembok dan rantainya dipegang ibu … “
Dede memukul stir dengan jengkel dan mendengus “ Hhhh … Oti !!”
Melihat ayahnya yang mulai putus asa, tangis Dina pun merebak… lirih, tertekan dan terdengar menyakitkan.
Dede keluar dari mobil dan menghampiri Oti
“ Mana kunci gemboknya? “ Tanya Dede
“ Tidak ada yang akan bisa membukanya tanpa ijinku “ bentak Oti
“ Mana kunci gemboknya Oti … “
“ Sudah kubilang, tidak, tanpa ijinku !! “ suara Oti semakin meninggi
“ Berikan padaku Oti !! “
“ Tidak akan kuberikan padamu !!! “
“ Oti !! … please … “
“ Jangankan kamu, pembantu pun tidak boleh keluar rumah ini tanpa ijinku, mengerti atau tidak ? “ Jerit Oti keras-keras.

Tangis Dina semakin keras, lewat kaca jendela mobil Dede melihat anak tersayangnya menderita, hati Dede terpukul .. hal buruk semacam ini seharusnya tidak terjadi didepan mata anaknya, semestinya Dina tidak perlu selalu menjadi saksi dari pertengkaran kedua orang tuanya …

Demikianlah, Dede kembali mengalah … demi Dina, demi belahan hati yang sangat dicintainya. Karena sekam sewaktu-waktu dapat menjadi bara, tinggal menunggu waktu saja .. bara itu akan meledak dan berubah menjadi api yang panas… tiada seorangpun yang dapat membendungnya.

Suatu saat Dede minggat dari rumahnya selama kurang lebih satu bulan. Karena dia kangen dengan putri tersayang, akhirnya dia pulang karena dicari terus oleh istri dan anaknya. Dede luluh hatinya dan pulang ke rumah dengan hati iba dan duka!

Dede mencoba lagi bertahan untuk hidup rukun dan tenteram, perasaan tenang, akan tetapi hidup wajar dan nyaman dirasakan paling lama sekitar 3 bulan, setelah itu tekanan-tekanan mulai datang lagi sehingga percekcokan, pertengkaran dan ketidaknyamanan mulai terasa mencengkram. Dede cuma bisa bertahan 3 tahun di rumah, dan akhirnya dengan berat hati Dede minggat lagi, tetapi kali ini minggatnya lebih lama lagi, selama 3 bulan Dede hidup berpindah dari hotel ke hotel dan kadang-kadang tidur di rumah saudaranya. Hidupnya saat itu seperti buronan, tidak berani keluar rumah, karena dia diburu, membuat perasaannya selalu takut kalau melihat orang dan jiwanya sangat tertekan.
Sehabis 6 bulan bisa menghirup udara bebas sambil merasakan ketakutan yang luar biasa, toh akhirnya Dede menyerah dan dijemput pulang oleh istri dan anaknya. Dede ditemukan di rumah adiknya di Jakarta Selatan. Dede kembali ke rumahnya dan bisa bercanda dengan anak kesayangannya, Dina. Dina sangat bahagia saat papanya pulang ke rumah, dia juga sebenarnya sangat dekat dengan papanya, karena papanya selalu memanjakannya.

“ Papa, boleh nggak Dina minta sesuatu sama papa … ? “
Dina menggelayut manja didada Dede, ia melihat bola mata yang jernih dan penuh dengan harapan
“ Tentu sayang, semua akan papa kasih buat Dina, asal hati Dina menjadi senang dan bahagia “
“ Jangan pergi lagi dong pa … Dina senang kalau papa ada dirumah “
Hati Dede tersengat, hatinya mulai menangis.. Dia peluk anak cantiknya dengan segenap rasa cinta
“ Ya, sayang, papa nggak akan pergi-pergi lagi. Papa akan temani Dina terus sampai besar, sampai saatnya tiba ya … “ lirih suara Dede mengucapkan janji pada anaknya, dan mereka berpelukan lama sekali.

Perjalanan hidup Dede makin getir dan tidak menentu, karier terus berjalan, tetapi berjalan di tempat, karena kesempatan untuk bergaul dan berusaha jarang sekali ditemukan, karena setelah minggatnya yang kedua, dia belum juga menemukan kebebasan berekspresi. Dia jalani hidup ini dengan sifat-sifat air, dia tenang dan mengalah, menuju tempat yang lebih rendah, mengalir terus tanpa henti, walau ada batu karang dan badai yang menghempas di sekitarnya, dia tetap tenang dan menunggu saatnya tiba, saat dia akan bebas dan sampai ke tujuan, agar bisa hidup tenang dan berkarya. Oh… rasanya bosan aku bercerita, karena kehidupan yang demikian seperti sudah terbiasa. Klimaksnya, Dede kembali ke kehidupan rutin dengan cara minggat, dilalui seperti air mengalir, juga tanpa beban yang luar biasa, walau pun perasaannya menjadi setengah gila, karena dia tidak bisa merasakan hidup yang teratur, senang dan bahagia.



Saat inilah Dede berani memutuskan untuk bercerai resmi. Pengadilan Jakarta Selatan telah mengetok palu. Akhirnya Dede dan istrinya telah resmi bercerai.

“ Tetapi peristiwa paling tragis dan yang paling menyedihkan adalah saat palu diketok, anakku yang sangat kusayangi nangis meraung-raung dan memelukku kuat-kuat, saat anakku menangis, aku jadi teringat setiap peristiwa saat aku masih serumah dengan keluargaku, saat geledek amarahnya suasana jadi mencekam, anakku menangis meraung-raung…!”

“ Papa janji sama Dina… Papa sudah janji sama Dina … !! “
Tangis Dina sambil mendekap Dede
“ Papa jangan pergi … Dina sama siapa kalau papa nggak ada ? “
Air mata Dede menggenang dipelupuk mata, mengapa keperihan terus datang?
“ Ayo pulang pa… pulang sama Dina, pulang kerumah … ya pa .. “
Dina meraung dipelukan Dede, dan air mata pun tumpah

Betapa sedih dibuatnya, suasana menjadi sedih, pelukan Dina sangat kuat, Dede digiring ke mobil oleh anaknya dan akhirnya ikut pulang ke rumah, tapi detik itu pun ia sebenarnya sudah resmi menjadi seorang duda.

“ …….. Air terus mengalir dan akhirnya akan bermuara ke laut, dia terus mengalir dan mengikuti arus dalam kesendiriannya. Sayang saat itu anakku masih kecil dan belum dewasa sehingga aku belum berani meninggalkannya dari rumah, takut dia jadi sakit, dan jiwanya terancam ……… “.

“ ……… Aku dengan sabar merawat lagi anakku di rumah, karena statusku sudah bercerai, aku hidup serumah, tapi aku tidak sekamar dengan mamanya. Kehidupan di rumah itu tetap ada bara, tetapi tidak begitu kelihatan karena suasananya cukup tenang. Yang terpenting kini tidak ada satu orang pun bisa menekan aku lagi, karena aku statusnya sudah duda ………….. “

Kehidupan menjadi lebih tenang dan bahagia karena walau sudah cerai, Dede tetap bisa memeluk anak yang paling dia sayangi. Tapi akhirnya jalan terbaik jugalah yang disepakati oleh pasangan Dede dan Oti, keputusannya adalah berpisah untuk selama-lamanya. Kenapa sekarang dia bisa ikhlas berpisah? Karena Dina, sudah nun jauh di sana, Dina saat ini sekolah di Amerika.

Dina juga telah menyetujui perpisahan Dede dengan Oti, inilah jalan terbaik yang harus dijalani oleh pasangan Dede dan Oti. Kalau tidak, apa yang akan terjadi?? “ Aku bisa jadi gila, karena saat aku masih bersamanya, aku masih setengah gila …,” aku Dede saat ditanya oleh temannya. Walaupun sebelumnya pernah rujuk lagi dan masih tinggal serumah, akhirnya niat Dede tetap bulat untuk berpisah. Perpisahan Dede dengan Oti dilakukan dengan baik, bahkan disaksikan dengan surat perjanjian di Notaris Jakarta.

Saat ditandatanganinya surat perjanjian di Notaris, Dede mengatakan sesuatu dengan penuh perasaan, disaksikan Dina “ Oh… Oti sebagai rasa cintaku kepadamu, aku serahkan yang aku punya kepadamu…. Aku meninggalkan kamu, sebagai tanda cintaku kepadamu , dan kita akan tetap berkomunikasi, demi kebahagiaan anak kita .. “

Detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dalam kesendiriannya, Dede tetap cinta akan budaya dan terus berkarya untuk bisa mengimplementasikan seluruh cita-citanya di bidang seni dalam suasana bebas dan damai, sampai ke alam fana!!

Alam akan membantu Dede dalam berkarya, karena alam telah memberi dia inspirasi, yang telah melekat di jiwanya, untuk membuahkan karya-karya besar dan berkharisma! “ Oh… alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, bantulah aku dalam membuahkan karya-karya seni… dan berilah roh untuk semua hasil karya-karyaku, sehingga bisa berbobot dan bisa menjadikan karya-karya itu berguna bagi masyarakat umum sehingga dapat dinikmati dan dipelajari bagi para pencinta seni di negeri ini “.

Empat tahun adalah waktu yang cukup lama untuk merenung dan kebebasan kumanfaatkan untuk mengenang masa lalu, melalui kesepianku, karena aku selalu sendiri. Dan di kala sepi aku termenung, aku coba untuk membuahkan karya-karya tulis berupa lirik lagu, puisi dan novel.

Ratusan karya telah kutelurkan dalam kurang lebih selama tiga tahun, karena yang satu tahunnya lagi aku istirahat total dari rasa duka yang telah kualami selama 18 tahun. Siapa yang kuat mengalami duka dan depresi selama itu? Jawabannya adalah sabar! Kesabaranlah yang menjadi benteng seorang Dede untuk bertahan hidup dalam rasa setengah gila.

Banyak karyanya yang bernuansa sedih, alam, sepi dan cinta, karena hal-hal tersebut menambah inspirasi untuk dapat menciptakan suatu karya yang indah dan mengalir polos apa adanya, seperti sifat air mengalir terus menerus, tiada henti. Semua lirik lagunya bercerita, demikian juga dengan novel-novelnya. Dimana setiap judul lagu adalah judul novel atau cerpen yang telah dihasilkannya.

Ada satu hal yang sangat dalam maknanya, ketika kretifitasnya terpasung selama 18 tahun, dia tidak bisa membuahkan karya apa-apa untuk kepentingan seni. Dia hanya sebagai pengusaha, dimana belum ada kebanggaan yang berarti selama dia sebagai pengusaha. Dia hanya berhasil menanggung dan membesarkan anaknya saja.

Tetapi ketika dia bebas terbang dan keluar dari jeruji besi, yang menghimpit semua kreasi seni yang dimilikinya, dia menjadi lebih tenang. Setelah satu tahun masa kebebasannya itu, dia masih belum bisa mencari bentuk hati yang terkandung di dalamnya, dia saat itu hanya punya angan-angan, tapi belum bisa membuahkan karya-karya seni. Dalam perjalanan hidupnya, di saat dia telah bebas selama 4 tahun, akhirnya semua perasaan, curahan hati, dituangkan dalam kertas putih, berkat sekian lama sendiri dan sendiri. Akan sendirikah dia sampai mati? Saat itu waktu yang baik untuk bersemedi dalam cerita dan duka, kata Dede dalam hati. Kenangan dan bayangan itu datang dan pergi, kisah-kisah dulu itu mempunyai makna sangat dalam.

Akhirnya pada tanggal 29 April 2004 jam 10.31 pm, Dede yang telah tenang, yang jiwanya mengalir seperti air, telah menciptakan sebuah karya curahan hati yang paling dalam, berupa puisi berjudul:


“ENGKAU YANG BUAT”


Kesabaran, kebaikan, kejujuran, ketulusan, tidak ada artinya untukmu…
Sejak aku mengenalmu… gelombang prahara, duka, murka amarah, gaduh, gemuruh suaramu membuat suasana sungguh mencekam dan membuat aku setengah gila… sayang anakku saat itu masih lugu dan sayu… aku tetap mengalah… menanti saatnya tiba….

Aku sayang sama anakku yang selalu tersipu dan menangis meraung-raung… saat geledek amarahnya gara-gara aku… sekedar telat datang dan pulang ke rumahku yang bagaikan bara dan bara merekah di sekitarnya….

Akhirnya anakku sudah tahu apa yang terjadi diantara kami bertiga… anakku kini sudah nun jauh di sana.. suatu pertanda petaka rumah tanggaku akan menemukan kebebasan dan terhindar dari himpitan kepedihan yang selalu kualami… akhirnya aku meninggalkan kamu….
Tapi aku selalu bertanggung jawab kepadamu… kuberikan segala yang kupunya untukmu… sebagai tanda terima kasihku kepadamu…

Dalam mobil menuju rumah Rempoa
29 April 2004 10.31 pm


Sebetulnya kata-katanya sangat sederhana,tapi mempunyai makna yang sangat dalam, menusuk relung hati penciptanya. Mungkin ini merupakan puncak dari perasaan tertekan yang begitu lama dan klimaks dari kepedihan yang dialaminya, juga bias goncangan jiwa anaknya yang sangat luar biasa, sehingga dia menjadi sangat energik dan sedih hatinya ketika dia melihat orang tuanya berkelahi sedemikian dahsyatnya.

Ditilik dari judulnya “Engkau Yang Buat”, artinya kejadian-kejadian yang dalam dan menusuk hati itu seakan-akan bukan penciptanya yang buat; jadi yang buat adalah orang-orang yang suka menekan, keras, egois, suka ngatur dan selalu curiga dengan setiap gerakan atau tindakan yang dilakukan oleh pasangannya.

Jadi pengalaman itu sangat berarti untuk diriku yang dengan sangat sabar, menunggu sampai delapan belas tahun, hanya untuk sekedar berani berpisah dengan istriku. Aku menunggu anakku dewasa, sehingga tahu mana yang benar dan mana yang salah.

Dengan peristiwa itulah aku berani juga akhirnya berpisah dengan kekasihku yang juga istriku, yang sangat kucintai. Dan sebagai terima kasihku kepada nya, akhirnya aku meninggalkannya…!!

……………………………………………………

Teman Dede, Roni, pernah bertanya kepada Dede:
“Kenapa harus pisah dengan istri loe, De?”
“Begini Ron, daripada aku menjadi gila, lebih baik aku segera pisah, karena aku sudah tidak tahan, Ron!”

“Ah, masa’ sampai begitu?”
“Iya Ron, sekarang aku sudah setengah gila, jadi aku terpaksa melakukan hal ini ” jelas Dede
“Ya sudah, … tabahkan hatimu dan loe harus selalu ingat akan kebaikan istri loe, De..!”
“Iya… pasti Ron! Aku sebenarnya sangat sayang dengan dia, dan aku tetap berhubungan dengan dia untuk bisa sekedar curhat dengannya mengenai perkembangan anakku di Amerika…”



“Mulai kapan sih anakmu di Amerika?”
“Sejak tahun 1997, Ron… dan sejak akhir tahun 1998 aku telah memutuskan hubungan dengan mama anakku, yang sangat kusayangi!”
Dede menghela nafas dalam-dalam, pertanda ia sakit mengenangnya
“Sangat sayang … , kok tega pisah dengan dia?” tanya Roni lagi
“Tadi kan aku sudah katakan, lebih baik aku pergi daripada aku gila atau mati, Ron…!”
Roni mengangkat bahunya, tangannya memegang bahu Dede kuat-kuat
“De, semoga loe tabah dan tetap bisa berkomunikasi dengan istri dan anak loe..!!”

“So pasti, Ron…! Aku selalu berhubungan dengan istri dan anakku”
sambung Dede seraya menatap mata sahabatnya dengan penuh arti,
“ Dan aku sudah memberikan apa yang dia minta melalui Notaris, jadi aku sudah plong karena selalu bertanggung jawab kepadanya, kalau ada kesusahan dalam hidupnya! Malah kemarin rumah yang kuberikan kepadanya mendadak sebagian atapnya pada rubuh, toh aku juga yang membantu untuk membangun kembali rumah itu!”
“Kenapa bisa begitu, De…?”
“Wah… itu ceritanya lebih tragis lagi, Ron!” suara Dede meninggi
Roni menjadi tertarik, dan kembali bertanya,
“Kapan kejadiannya, De?”
“Bulan Januari 2002, dan aku pasti tidak akan pernah lupa dengan kejadian itu… mungkin itu merupakan peringatan untuk dia yang selalu berang, marah dan ngatur, walau pun aku sudah pisah dengannya! Dengan perasaan sedih, marah, duka, sepi dan rindu, akhirnya dengan berat hati aku terpaksa mencurahkan isi hatiku agar menjadikan pengalaman yang berharga untuk dia dan untuk siapa saja yang ingin berkuasa dan tidak tahu diri…”

Dede menggelengkan kepalanya beberapa kali, Roni juga jadi ikut-ikutan.
“Ok deh, De… boleh tau ceritanya mengenai apa sih?”
“Mengenai kejadian yang menimpa rumahnya itu!” kata Dede..
“Oh… gitu, tapi kayaknya setahu gue dia kan sangat baik dan rajin ibadahnya “
“Emang Ron, gue pun tahu itu, tetapi di balik itu tidak ada orang yang tahu mengenai sifat-sifat buruk yang dia miliki!”
“Jadi siapa saja yang tahu akan sifat-sifatnya itu?”
“Yang tahu cuma aku dan dirinya sendiri, Ron…!”

Dede tersenyum, kepahitan masih mengambang jelas disudut bibirnya.
“Tapi Ron, terus terang saja… semua orang pasti punya kejelekan dan kebaikan. Aku juga punya sifat-sifat jelek, tapi tidak keterlaluan. Aku jujur aja Ron, dia juga punya sifat yang baik juga, tetapi tetap aja jalan yang terbaik untukku adalah …., aku harus pisah dengan dia, demi kebaikan bersama”
“Oh… begitu masalahnya… terus bagaimana mengenai peristiwa tragis itu?”
“Ya itu tadi, akhirnya aku buat syair dan karya seni untuk memberi peringatan padanya, dengan tulisan dan curahan hati dalam mimpi atas kejadian itu;


Di kala orang diam… mengertilah dan sabarlah…
Janganlah orang yang tulus dan baik
dianggap curang dan berkhianat…

Berkali-kali kukatakan kepadamu, sabar…
percayalah kepada semua orang yang baik, sabarlah…
percayalah kepada dirimu sendiri…
janganlah percaya kepada orang lain…
yang justru akan membuat petaka untukmu…

Sejak aku berkenalan dengannya…
aku telah merasakan kepedihan yang mendalam…
kenang si Dede saat itu…
Dede selalu mengalah dengan Oti..!!




Oti, kenapa sih kamu tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang?
tanya si Dede…
Dia jawab, “emang gue pikirin…”
Oh… sungguh dia tetap tidak berubah…

Padahal Dede dengan Oti sudah pernai bercerai, dulu…
pada tahun 1994 yang lalu…
Sungguh ironis, Dede kembali lagi dengan istrinya…
justru saat palu diketok Hakim Pengadilan saat itu…

Tapi dasar si Oti sangat keras…
dan mau ngatur segalanya, sampai celana kolornya si Dede…
akhirnya Dede tidak tahan lagi, aku Dede saat itu…

Si Dede meninggalkannya …
tapi si Dede tetap berhubungan per telepon…
karena mereka berdua telah punya anak perempuan satu-satunya…
saat anaknya tinggal di Amerika…
biasanya si Oti selalu menunggui anaknya di Amerika..

Akhirnya telah disepakati bersama antara si Oti dan Dede…
telah bercerai di depan Notaris, melalui kesepakatan tertulis di Notaris…
dengan sedih… kesepakatan itu disaksikan oleh anak kandung mereka berdua…
sungguh anak itu cuek sekali…
karena sebetulnya dia telah setuju kalau orang tuanya bercerai…
dan dia telah mengerti dan iklas sebagai saksi saat itu…

Semua permintaan si Oti telah dipenuhinya…
sehingga resmilah si Dede dan Oti bercerai
melalui kesepakatan di depan Notaris…


Tiga bulan setelah kesepakatan itu…
tiba-tiba Oti mengundang Dede untuk datang ke rumah Oti…
dia mau mengundang makan si Dede…

“Pagi itu aku diundnag makan dengannya”, kata si Dede…
Oti manis tutur katanya saat mengundangku,
”Datanglah ke rumahku…
akan kusiapkan ayam dan hidangan yang enak..”
jelas-jelas kudengar tawaran itu…

Namun menjelang siang, dia minta tolong dibelikan ayam…
Kutertegun dan merasa aneh, karena dia bilang makasih…
Kukatakan.. terserahlah, aku diundang.. kok disuruh bawa ayam?
Aneh dan ajaib.. undangan semacam apakah itu…
atau sekedar basa basi sehingga aku ke rumahnya?

Akhirnya aku tiba di rumahnya…
perutku lapar dan mengharapkan makan yang enak…
Saat aku duduk di meja… ternyata makanan tidak ada…
Ayam goreng? Oh.. jauh!!
Mungkin belum dipotong oleh yang jual…
Sehingga aku hanya makan tahu, ikan dan sayur kangkung…
yang telah habis diacak-acak …
Oh.. sambil makan aku berkata…
Keterlaluan, tega amat..??

Setelah makan dia menyodorkan kertas segel yang harus kutandatangani…
Aku marah… diundang makan kok diberikan kertas segel…
yang nantinya bisa menyengsarakanku…?
Oh.. aku tidak akan menandatanganinya, kata si Dede…





Akhirnya terjadi percekcokan…
Aku pun jadi tidak bersahabat lagi…
Aku ngobrol dan rasanya ingin cepat-cepat pulang…
“Oh Tuhan… dia aneh dan ajaib..”

Tiba-tiba terdengar suara…
seolah-olah ada suara gaduh di atas genteng…
Oh Tuhan… aku sangat kaget..!
Atap telah sebagiannya ambruk dirumahnya…
yang baru saja direnovasi itu…

Oh Tuhan…kenapa dia disentil secepat itu…?
Aku menyaksikan kejadian itu..
Tobatlah… tobat…! Hati kecilku berkata begitu…

Kubantu mengeluarkan barang yang dapat diselamatkan…
Agar dia tidak banyak menderita kerugian…
Kuceritakan semua itu dihadapan kakaknya…
Aku menangis.. kenapa dia menekanku dan selalu menekanku…
Padahal… baru saja aku sepakat untuk membantunya..

Oh.. itu peringatan untukmu…
Percayalah… itu untuk kamu…
baik hatilah kepada semua orang… juga untukku…
Aku tidak jahat… seperti bayanganmu…
aku tidak akan lari.. karena kamu adalah…
mamanya anakku, Oti sayangku…!






Orang lain sering kubantu… apalagi kamu…
percayalah… tapi jangan ganggu aku lagi…
karena kita sudah sepakat untuk berpisah…
dan tak akan menyatu lagi…
karena kejadian ini sudah kualami dua kali denganmu…
tak mungkin kukembali kepadamu…
aku prihatin dan aku tetap ingin membantumu…

Oh Tuhan…
Mudah-mudahan segala dosa-dosanya dan dosa-dosaku dapat dimaafkan…
aku selalu berdo’a sehingga di masa yang akan datang…
bisa lebih mengerti dan percaya…
aku selalu akan membantumu…
kalau aku tetap mampu…
Oh… tapi jangan ngelunjak..!!

Tapi aku kasihan karena anak satu-satunya itu…
Nun jauh di sana…
Dia pasti akan sepi sendiri…
Tapi dia senang menyepi dan menepi…

Sekali lagi… tobatlah..!!
Berubahlah.. dan sayangilah anakmu itu…
karena dia anakmu satu-satunya…
untuk apa hidup ini tanpa anak..???

Berilah segalanya untuk anak itu…
semoga dia baik.. dan berubah…
untuk dirinya… bukan untuk aku…
semoga…


Tapi aku tetap baik dengannya…
aku membantu dia semampuku..
sehingga rumahku itu…
bisa cepat selesai diperbaiki…

Aku juga sampaikan kepada anakku…
Bahwa rumah yang ambruk itu sudah diperbaiki…
dan sekarang sudah selesai dan sudah bisa ditempati …

Mudah-mudahan dengan kejadian itu…
dia bisa baik…
Oh.. baiklah…
janganlah membuat aku sedih terus…

Dengarkanlah bisikan hatimu saat kamu sholat…
karena sebenarnya kamu orang baik..
tetapi dia telah dikalahkan oleh setan…
yang selalu ada dalam dirinya…

Kudo’akan semoga dia mendapat jodoh yang baik…
dan lebih baik dari si Dede…
dan dia bisa sabar dan tidak menyakiti suaminya kelak…
sekali lagi, bisakah orang seperti kamu itu
mempercayai dirimu sendiri…
Semoga… oh semoga dia bisa…
Kuucapkan salam penuh kenangan kepadamu…!!


“Yah.. begitulah tragisnya kejadian itu, aku merasa sangat sedih…”
Air mata mau menyerobot keluar mata Dede, hatinya sedih bercampur-campur sakit
“Kenapa hal itu bisa terjadi?”
Penuh perhatian Roni lirih bertanya,
“Aku tidak tahu, Ron! Semoga dengan kejadian yang sangat tragis itu, dia bisa dan makin mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa! Semoga dia mendapatkan kesehatan dan umur panjang, sehingga dia tetap bisa mengawasi anaknya di Amerika!”

…………………………………

Kejadian demi kejadian telah kualami, dalam berkarya sebetulnya, suatu imajinasi dan terkadang juga merupakan curahan perasaan yang terinspirasi dari kejadian-kejadian yang dialami maupun perasaan yang telah dialami dalam mimpi. Sebaiknya karya seni itu jangan diinterpretasikan yang macam-macam, sebaiknya diresapi, diolah, dinilai dan tidak perlu ditiru…!! Rasakanlah… dan nikmatilah…!

“De, puisi “Engkau Yang Buat” sungguh berat, dalam dan perih? Apakah itu curahan hatimu?”
Roni bertanya penuh rasa ingin tahu,
“Tidak sih … ! Mungkin itu merupakan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dia hanya bisa diungkapkan dengan tulisan seperti itu! mungkin curahan dalam mimpi… Ron!”
“Berapa lama loe buat puisi itu?” Roni mencecer pertanyaan mengenai puisi itu..

“ Cerita lengkapnya begini Ron … , saat aku tinggal sendiri, aku selalu termenung dan perasaan sedih masih melekat di hatiku. Aku jarang sekali bisa tidur. Suatu ketika aku tidak bisa tidur selama 2 minggu, akhirnya aku sakit karena kurang tidur. Sejumlah dokter internist telah kukunjungi, hasilnya nol besar, karena sebenarnya yang sakit adalah perasaanku, bukan badanku, sehingga aku tidak bisa tidur nyenyak. Selama 2 minggu aku seperti tidur ayam, mata terkadang berkedip-kedip, otak kemana-mana, memikirkan sesuatu tanpa arah.

Segala macam obat dan vitamin telah kuminum, segala jenis obat tidur telah kuteguk, segala macam saran telah kuterima, namun aku masih tidak bisa tidur nyenyak. Apakah aku tidak bisa tidur karena aku tinggal di apartemen sendirian?? Aku coba untuk tinggal sementara waktu di rumah adikku, aku mulai merasakan kedamaian, kehidupan dan rasa nyaman dan pelipur kesepian mulai terobati, aku mulai bisa tidur, sakitku pun mulai pulih dan aku coba menjaga diriku dengan fitness agar badanku fit!”

“Kasihan deh loe, De! Kenapa loe ngga cari teman atau pacar, De?”
“Iya, aku pernah punya pacar dan teman dekat, tapi pacarannya tidak berumur panjang karena aku orangnya selalu ragu dan malu-malu! Kadang-kadang aku mau, tapi aku malu dengannya, Ron…”
Akhirnya Dede mau juga cerita, padahal hatinya maluu ….
“Ya repot dong, De..! Mau kok malu??”
“Karena aku takut Ron, selalu dibayang-bayangi dengan kegagalan dan sakit hati!!”

“Cuek aja loe, De..!”
“Aku takut, Ron! Aku sangat menghargai cewek-cewek yang kukenal dan aku selalu sabar menunggu dan sangat perhatian dengan mereka! Tapi keraguan selalu menyelimuti hatiku, Bayangan selalu kumimpikan, wajahnya selalu kukenang, matanya adalah bidadariku, kabut air mata selalu terlihat dan terkadang jatuh ke lesung pipitnya. Senyummu membuat aku malu, kadang kala aku malu melihatmu!! Begitulah Ron, kata-kata indah itu selalu membayangi bathinku… sehingga aku menjadi ragu dan tidak ada keberanian untuk serius dengan teman cewek yang kukenal dekat. Sampai suatu ketika aku berkenalan dengan cewek cantik, keturunan Batak campuran Belanda. Orangnya cantik tapi pendiam, namanya Tami, sebenarnya dialah tipe ideal yang kumimpi-mimpikan.
Aku sangat dekat dengannya, sampai Papa, Mamanya dan saudara-saudaranya aku kenal semuanya. Bahkan seluruh keluarganya pernah menginap di tempatku di Bali. Tetap aku kurang beruntung, karena aku malu-malu terus! Sampai kapankah aku malu? Sampai matikah?”
Terdengar nada suara Dede mengandung keputus asaan.





Tidak !! Aku tidak ingin sampai mati hidup begini, suatu saat dalam perjalananku, seorang gadis cantik singgah didalam hidupku. Jujur saja, aku tidak mencari kepuasan, yang kudambakan adalah perasaan cinta dan sentuhan kasih sayang.

Sebenarnya, kepergian Tami lah yang membuat hatiku terasa perih, kesakitan yang ditinggalkannya begitu mendalam, walaupun Tami melakukannya dengan halus, tapi tetap saja rasa sakit itu tidak dapat hilang dari hatiku. Dengan penuh kesabaran kulewati kembali hari-hari penuh kesepian, seraya menghibur diri dengan rangkaian kalimat indah,
“ De, biarlah dia berlalu dari hidupmu, Tuhan tahu mana yang terbaik untukmu, barangkali Tami bukan jodohku …” ( kalau boleh, aku tunggu jandamu … he he he … )

Dan sepanjang kesendirianku, aku selalu berdoa untuknya… lewat doa-doa yang panjang, kubisikkan namanya dan kupintakan hidup yang bahagia untuknya. Dan hal itu kerap kulakukan ketika rasa sakit itu datang menghampiri, walaupun hatiku telah kau gores tetapi aku tetap sabar dan selalu berdoa untuk kesejahteraanmu. Sebab keyakinanku berbisik, bahwa Tuhan akan memberikan keadilan dan kasih sayang Nya, terutama pada hati yang perih, pilu dan nyeri, apalagi bila itu datang dari orang yang teramat dikasihi.

Dede yang malang, berjalan dan melangkah dalam harapan, dan suatu saat ia menemukan seseorang yang ia harap dapat mengisi kekosongan hatinya serta memberikan ketulusan kasih, dan Dede menaruh asa diatas rasa sakit ditinggalkan oleh Tami.

Gadis itu bernama Wini. Cantik, sebab blasteran China dan Belanda. Kehadirannya perlahan-lahan telah mengusir sepi dihati Dede. Kehadirannya telah membuat ia merasa bangun dari mimpi buruknya yang panjang. Kesepian terusir sudah dan kebahagiaan terasa akan menjelang dalam hari-harinya. Dede yang baik, bukankah ia selalu menghargai setiap temannya ? Apalagi bila orang tersebut adalah kekasihnya, maka ia akan menempatkan wanita tersebut ditempat yang paling tinggi.


Suatu saat di Singapura, bergandengan tangan penuh kebahagiaan, Dede dan Wini berjalan ditengah-tengah Singapura yang benderang disaat malam tiba. Tidak ada yang lebih bahagia di dunia ini kecuali mereka berdua, detik demi detik hanya diisi oleh tawa, menit ke menit penuh dengan keceriaan dan waktu ke waktu tak ada yang tersia-sia.

Malam semakin larut, Dede semakin gelisah … Sebuah pertanyaan menyembul dihatinya “ Apakah aku akan sanggup menjaga kasih sayang ini, tanpa harus menodainya? “ , disaat-saat kritis dimana biasanya tidak ada lelaki yang sanggup menahan gelora dan hasrat yang bergelora, ternyata aku dapat melewatinya dengan baik. 3 hari yang kulalui bersama Wini di Singapura, penuh dengan kesucian, tanpa noda.

Bukan hal yang mudah untuk Wini, apalagi untuk Dede. Hari-hari indah penuh kenangan, tentu tak mudah dihapuskan dari ingatan. Kesabaran dan kebaikan hati Dede akan terbingkai dengan indah dihati Wini, sepanjang nafasnya, sepanjang hidupnya.

Begitulah, Roni sahabatku… begitu panjang kisahku, tapi tak pernah berakhir dengan kebahagiaan kan… ? “
Dede menutup ceritanya, dengan lenguhan nafas yang panjang.

Sebagai sahabat, trenyuh juga Roni melihat sahabat karibnya begitu, tapi seketika itu juga ia teringat sesuatu,
“Dede … besarkanlah hatimu, nanti aku kenalkan dengan saudaraku, manis wajahnya dan masih kuliah di Fakultas Hukum. Mau ngga loe, De?” Oh …tawaran Roni cukup menggiurkan juga …
“Coba aja lah, siapa tahu aku jadi berani dan aku suka dengannya, kapan Ron?”
“Nanti malam ya..!”
“Dimana dan jam berapa?”
“Di café sekitar Jalan Wijaya ya, jam 7 malam…””Ok, aku tunggu ya …!”


Tepat jam 7 malam aku sudah menunggu di café itu. Aku menunggu di sofa paling pojok sambil melihat anak-anak ABG lagi main bilyard di sebelahku. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30, aku sedikit kecewa, karena Roni dan saudaranya belum juga muncul!

Saat aku berdiri dan mau pulang, tiba-tiba Roni muncul dengan 2 dara manis. Satunya tidak terlalu tinggi tapi lumayan manis, namanya Titik dan yang satunya tinggi ±170 cm juga lumayan cantik, namanya Rina.

Aku berkenalan dengannya, “De.. ini kenalin Titik, saudaraku dan temannya, Rina” . Perkenalan yang biasa-biasa saja, lalu aku ngobrol aja di café itu, dan tidak ada perasaan apa-apa dengannya, karena aku baru kenal, cuma terkadang …. aku malu melihat kedua dara manis itu.

“Ngobrol dong loe, De!” kata Roni…“Kok ngelamun aja?”
Ok deh..!! aku pun mulai ngobrol sambil malu-malu, karena si Titik menatap mataku begitu tajam, aku jadi tersipu malu, tapi kadang-kadang nafsu… he..he..he..!!

Sejak pertemuan itu aku mulai bergairah untuk mulai punya teman yang bisa menghibur di kala aku sepi sendiri, aku ingin ada seseorang yang menyayangiku…!

Temanku Roni memang sangat sayang denganku, dia tahu persis akan penderitaan dan kepedihan yang kualami. Tapi walaupun sekarang ada teman, perasaan sepi selalu mengganggu perasaanku dan kadang-kadang sedih ngelamun sendiri.

Tidurku juga belum normal dan aku mulai tidak bisa tidur lagi, tapi kali ini penyakit tidak bisa tidurku lebih parah lagi, aku sudah 3 bulan tidak bisa tidur nyenyak, perasaan khawatirku mulai ada.

Akhirnya pada April 2001 aku memutuskan untuk opname di Rumah Sakit International yang terletak di Tangerang, Jawa Barat. Aku telah memilih kamar Super VIP, dimana melalui jendela aku bisa melihat

lapangan golf. Hatiku mulai nyaman dan merasa ramai, karena ditemani suster yang baik-baik, kadang-kadang sebelum aku dikasih obat, kepalaku dielus-elus oleh suster sehingga aku bisa tidur.

Perasaan tenang mulai ada di dalam diriku, tapi setelah 2 hari opname, tidurku belum pulih juga, padahal sudah dikasih obat tidur berbentuk cair seperti morfin cair yang sangat dahsyat untuk bisa fly, namun kenyataannya … ? belum bisa tidur pulas juga.

Karena sudah demikian parahnya aku, suster jaga berinisiatif untuk melibatkan seorang psikolog. Besok paginya mukaku pucat dan kurang gairah, karena perasaan hatiku, batinku terasa kosong dan tidak ada rasa.

Psikolog itu telah memberiku therapy bathin, suster jaga disuruh menemaniku sebelum aku tidur, sehingga tidak merasa sepi dan sekaligus sambil nonton TV, sehingga suasana ruangan rasanya jadi ramai.

Kepalaku dielus-elus sehingga terasa tersentuh hatiku. Ternyata malam itu katanya aku bisa tidur ngorok kurang lebih 3 jam lamanya, berarti aku tidur lelap selama 3 jam.

Memang tidak ada seorang pun yang menengok Dede saat itu, karena Dede tidak memperbolehkan sanak saudara dan teman-temannya untuk menengoknya. Ia menelpon ke kantornya , “ Tolong jangan ada yang nengok saya selama di rumah sakit, cukup kirim bunga saja “.

Besok paginya, karangan bunga satu persatu berdatangan, semua karangan bunga itu indah sekali, tidak kurang dari 40 bunga anggrek, mawar dll. Dan bunga sedap malam memenuhi sekitar ruang tamu dan ruang tidurku saat itu. Hatiku menjadi riang dan lapang, aku ditemani suster dan sederetan bunga indah dan mewangi. Perasaanku jadi gembira dan senang, pasti akan membuat aku lelap dalam tidurku nanti malam.

Malam itu aku dijaga dengan suster Mery, dia sangat ramah dan manis wajahnya, tahi lalat di dagunya membuat dia lebih manis dan cukup menarik kalau dipandang dalam suasana remang-remang itu. Oh… kadang-kadang aku tidak berkedip dibuatnya ketika dia mengelus-elus kepalaku…! Aku kaget dalam lamunan malam itu, sambil nonton TV di depanku, suster bertanya kepadaku:

“Pak Dede… sebenarnya ada apa dengan Bapak? Kenapa tidak ditengok oleh istrinya?”
Aku terkejut, dan gelagapan menjawab pertanyaannya
“Oh… istri? Istri yang mana?”
“Ah… Bapak becanda aja nih!” kata suster Mery.
“Aku sekarang sendiri dan sudah hampir setahun pisah dengan istriku..” “Lalu anak-anak Bapak?”
“Anakku sudah nun jauh di sana…” jawabku lirih
“Dimana Pak?”
“Di Amerika! Dia sekolah di sana, dan tinggal dengan saudaraku ” “Pantas saja…” gumam suster Mery.
“Kalau suster sudah kawin?” tanyaku mulai menggoda
“Belum Pak”
“Kenapa ….. ? ” tanyaku mulai tambah berani
“Siapa sih yang mau sama saya, Pak! Saya kan cuma suster dan tidak cantik..”

“Ah masa’.., suster kan manis, kalau mau, suster pasti ada yang naksir!” “Emang sih, saya sibuk terus di rumah sakit, sehingga tidak sempat bergaul sama orang, apalagi saya kan tinggal di asrama sini!”

Mmmmm …..
“Suster Mery, boleh khan aku dielus-elus lagi?”
“Boleh Pak!”
“Tapi… yang dielus-elus jangan kepalaku, suster! Tapi kepala yang di bawah, suster…”
“Apa?!!” bentak suster Mery…
Aku tersentak, tidak sangka akan dibentak begitu, suster Merry galak aah,
“Maksudku, kepala bawah kakiku…!”
“Maksudnya…??”
“Itu lho.. jempol kakiku.. dielus-elus sampai ke telapak kakiku ya .. suster Mery yang manis!”
Demikian rayuku pada suster Merry,
“Ok Pak…”

Aku jadi senang dan geli ketika suster Mery menggerayangi telapak kakiku. Maklum, dulu aku cepat tidur kalau istriku menggerayangi mulai dari telapak kakiku sampai ke seluruh badanku, sehingga aku cepat tidur pulas.

Sudah 5 menit suster Mery menggerayangi telapak kaki dengan lembut sambil ngobrol, tiba-tiba aku tertidur pulas sampai pagi. Ternyata yang bisa menyembuhkan tidurku bukannya obat tidur, Mogadon, maupun morfin!! Tapi yang bisa membuat aku tidur adalah teman ngobrol, sentuhan tangan dan sentuhan hati.

Dalam 3 hari kondisi badanku menjadi pulih kembali karena obat yang paling mujarab adalah sentuhan-sentuhan halus, sentuhan hati, bunga wangi dan rasa ada teman tidur sehingga bisa melupakan segala kejadian-kejadian yang pernah dialami.

………………………………………

Demikianlah, Dede mulai memiliki keberanian untuk bercanda, mulai tidak takut lagi untuk merasakan sentuhan dan hatinya perlahan terkuak, seraya menemukan banyak arti yang selama ini hilang ditelan kesendirian dan musnah dihantui trauma yang sulit hilang dari jiwanya.

………………………………………

Makin hari kondisi tubuhku makin membaik dan terasa berat badanku bertambah. Besoknya aku dijaga oleh suster Tuty, orangnya lebih ramah dari suster Mery, kulitnya putih, mukanya lonjong seperti orang keturunan Indo, kalau senyum lesung pipitnya kentara di kedua pipinya. Dadanya berisi, hm …hm …hm… dia murah senyum dan kadang-kadang menggodaku!

Tepat jam 7 malam aku disediakan makanan dengan lauk ikan tongkol, telur dan sayur bayam. Mukaku berseri-seri, lauk yang sederhana itu enak sekali, rasanya seperti makan di restoran Jepang, karena saat aku makan ditemani oleh suster Tuty. Rasa kesepianku menjadi lenyap karena suster Tuty yang riang bisa membuat suasana gembira.

Nasi dan lauk kulalap semua, padahal kemarin makan malamnya lebih enak tapi aku tidak menghabiskannya. Kenapa demikian? Hatiku bertanya demikian … Jawabannya adalah… yang menemani aku makan malam adalah suster Tuty yang manis, dan selalu senyum kalau aku mencuri pandang dengannya! Lirikan matanya seolah-olah menggoda… padahal belum tentu begitu! Mungkin hanya perasaanku saja! Karena aku merasa kesepian sekian lama. Setelah selesai makan, aku ngelamun sendiri sambil nonton TV, karena suster Tuty tidak muncul-muncul, dan jam sudah menunjukkan pukul 21.00, kontan aku merasa gelisah dan kesepian di kamar sendirian. Aku hanya bisa memandang bunga bertebaran di atas karpet mewah di ruang tengah dan di kamarku. Aku mulai jenuh dan gelisah, tapi aku punya akal biar suster Tuty datang menemaniku, aku pencet bel, tidak sampai 1 menit suster Tuty sudah muncul di kamarku!

“Malam suster Tuty, kemana aja suster?”
“Maaf Pak, saya baru selesai mandi!”
“Pantes aja kelihatan lebih cantik!”
“Ah.. Bapak bisa aja” kata suster Tuty sambil menatap mataku dalam-dalam. Tatapan matamu membuat malam ini jadi hangat sehangat hatiku yang lagi galau, gelisah dan kangen dengan seseorang yang tak mungkin kumiliki lagi, karena dia sudah punya kekasih hati.

“Suster Tuty…” rungut Dede malas…
“Ada apa Pak?”
“Aku ngga bisa tidur lagi, temani aku ya suster…”
Aku mulai merengek-rengek, minta perhatian
“ Sudah dibilang, kalau ada saya pasti cepat tidur deh!”
Suster Tuty mulai genit juga nih
“Ok suster yang manis, aku jadi bahagia lho malam ini, kalau aku temani kamu!”
“Oh gitu.. boleh juga” kata suster sambil manja dan gemes!

Tidak terasa suster mengelus-elus kepalaku. Laporan suster Mery kemarin, setelah dielus-elus aku bisa tidur pulas. Suster Tuty mengikuti saran suster Mery, sambil mengelus-elus, entah sengaja atau tidak, tangan kanan suster Tuty diletakkan di atas perutku, dan tangan kirinya mengelus-elus kepalaku. Oh… aku sangat bahagia dan merasa senang, sampai aku ngantuk dibuatnya. Aku hampir tertidur saat itu, aku merasakan getaran didiriku, karena ternyata tangan kanan suster yang tergeletak di perutku terasa makin hangat.

Tanpa kusadari, sambil memejamkan mata yang setengah ngantuk, aku tindihkan telapak tanganku ke telapak tangan kanannya, suasana menjadi lebih hangat lagi, ketika itu tanganku dengan sekejap saja telah diremas oleh suster Tuty. Aku balas meremas dengan halus dan aku merasakan perasaan suster Tuty yang kesepian seperti kesepianku selama ini.

………………………………..

Dede, kasihan bener kamu … kerinduan akan sentuhan tulus begitu bergelora, mendesak-desak, saling berebut untuk dilayani. Dede, kasihan bener kamu, hidup dalam kesendirian, menghindari cinta karena takut akan sakitnya yang tiada ampun, padahal siapa sih yang sanggup hidup sendiri seperti ini? Tidur sendirian, tidak ada yang memperhatikan, begitu haus akan ketulusan kasih sayang, rindu akan sentuhan seorang wanita. Tapi ketakutanmu jauh lebih besar dari kerinduanmu… Dede, kasihan bener kamu ..

………………………………….

Aku pura-pura tertidur, karena sebenarnya aku malu tapi mau…!! Mau apa? Ah..ah.. takut ah… dalam hatiku bergumam begitu.., tapi aku mau…!! Mau dicumbu olehmu! Rupanya.. dia sangat berani, saat kugenggam tangan halusnya itu dengan penuh perasaan dan ternyata bangkitlah selaksa nikmat yang mengantarkan gelombang birahi … ternyata dia… menyentuh lembut pipiku, mengusapi leherku, menciumi tanganku dan mendesah mesra dicuping telingaku dengan bibirnya dan kurasakan gemulai lidahnya yang lembut … “ Oh,.. suster Tuty..” desahan lembut mulai memasuki telingaku, seolah menggodaku tanpa henti, sehingga aku merasakan nikmat yang membawaku pergi ke awang-awang, dan mataku masih tetap terpejam, karena sejujurnya .. aku mau!

Sentuhan bibirnya dan kelembutan yang dahsyat telah sampai di perutku, membuat aku terperangkap dalam desahan yang tak tertahan, perlahan kunikmati perjalanan kasih sayang ini sambil menikmati sentuhan tangannya ketika membelai sesuatu yang meregang tak tertahankan. Aku tidak dapat menahan diriku lagi, … aku merengkuh tubuhnya dan sebelum aku sampai mengecupnya, ternyata suster Tuty telah mendekat ke bibirku terlebih dahulu. Suasana semakin bergelora, penuh dengan kenikmatan dan sarat dengan khayalan. Tak terasa telah 1 jam kami bercumbu… dan …….

Sentuhan suster Tuty rasanya menyerbu sampai dikepala, Dede ingin mengerang, tapi malu.. Dede ingin mendesah, tapi malu… Dede ingin menjerit … ingin menjerit … ingin menjerit … Ampuuuunnn !!! Dan perlahan Dede mulai membasah …

…………………………………..

Aku terbangun, eh …. Ternyata badanku sudah basah mandi keringat, yang mengucur deras disekujur badan .. ooo, rupanya suster Tuty lupa menyalakan AC . Suster Tuty yang manis dan baik, mimpi yang indah ini pertanda bahwa aku telah tertidur pulas sampai pagi. Terimakasih suster manisku, engkau telah membuatnya, karena telah lama aku tidak merasakan kenikmatan seperti malam ini.

Dan ketika suster Tuty datang malam harinya, wangi Bulgary menyeruak menusuk hidungku,
“ Suster, kok wangi banget sih …? “ tanyaku mulai membuka percakapan
“ Kan sebelum kesini, mandi dulu …” jawabnya genit
Dan ketika aku memeluknya untuk mengucapkan terimakasih, wangi itu menyembul disekitar lehernya, dan aku ternyata sudah pula mulai dapat merasakan kembali artinya terangsang.
“ Terimakasih ya suster, karena telah membuat aku bahagia malam ini “ ujarku tulus dari lubuk hati terdalam
“ Oke pak Dede …”
“ Oke juga suster, take care ya … ‘
Dan tak terasa, aku telah ngorok dan suster Tuty meninggalkan kamarku sekitar jam 11 malam.

Oh.. aku lelap ditelan malam yang sangat menyenangkan! Mungkinkah suster Tuty tiap hari menjagaku? Kalau memang begitu, aku akan perpanjang tidurku di rumah sakit ini, sampai seminggu lagi.. gumamku sendiri saat pagi itu!

Wajahku fresh dan gembira, tidurku lelap sampai pagi, tanpa obat tidur apa pun malam kemarin, karena obat yang paling mujarab adalah sentuhan hati. Dan siang harinya perasaanku senang dan hatiku tersenyum sendiri.

Aku mengambil selembar kertas dan ballpoint dan aku membuat syair puisi, kugoreskan sesuatu di kertas itu, tidak lebih dari 2 menit aku telah berhasil membuat sebuah syair puisi dengan judul:



BELAJAR TIDUR


Saat kumemejamkan mataku…
Saat-saat itu pun aku susah tidur….
Aku belajar tidur…
Saat kumenerawang, akupun tidak bisa tidur…



Pergilah… oh pergilah.. aku ingin tidur…
Belajar tidur sudah kujalani berhari-hari…
Tiap hari sampai larut pagi…
Kenyataannya aku susah tidur seperti ini….

Oh.. bantulah aku.. aku susah tidur….
Oh.. lihatlah aku… aku ingin tidur…
Ajarilah aku tidur…
Aku ingin belajar tidur…

Oh sayang aku ingin tidur…
Oh sayang aku ingin disayang…
Biar aku bisa tidur kenyang…
Tidur seperti kamu sayang…

24 April 2004 04.00 am



Ternyata obat yang paling mujarab untuk mengobati orang yang susah tidur adalah sentuhan hati dan keadaan yang ramai tapi damai, penuh dengan cinta dan kasih sayang. Telah berapa banyak buku mengenai ‘Bagaimana tidur yang nyenyak’ telah kubaca, tidak satu buku pun yang bisa membuat aku bisa tidur normal dan nyenyak. Akhirnya yang bisa membuat aku tidur adalah tempat yang tenang, sepi dan di tempat aku dirawat dengan kasih sayang dan perhatian tanpa ada kegaduhan sehingga pikiran menjadi tenang, akhirnya aku bisa tidur pulas sampai pagi.

Perasaan dan belajar tidur akhirnya sukses kujalani sejak di rumah sakit itu. Rasanya tidur itu aku ingat-ingat terus, tanpa banyak pikiran dalam kesendirianku, dan aku sudah mulai bisa tidur. Aku pulang ke rumah dari rumah sakit diantar oleh supirku, ketenangan mulai ada dalam diriku dan aku mulai bisa tidur.

Saat aku tinggal di rumah adikku, perasaanku mulai tidak sendiri lagi dan ada yang memperhatikanku tiap hari karena suasananya juga mendukung untuk bisa tidur, walaupun kamarnya sempit ternyata aku bisa tidur karena banyak orang yang memperhatikanku di sana!

Aku terus berkarya dan aku akan banyak berkarya. Telah banyak puisi, lirik lagu dan novel kubuat sehingga kesepianku bisa terhibur dan kesendirianku dapat terisi oleh kegiatan, dan membuat karya-karya tulis itulah yang akan aku lestarikan didalam diriku untuk bisa dinikmati oleh para penggemar seni dan bagi orang-orang yang suka membaca!

Beberapa syair yang telah kuciptakan dan aku suka antara lain dengan judul:

S E N I

Seni adalah sesuatu yang indah…
Selalu tersirat dalam hati seseorang…
Yang mengerti makna dari guratan seni pada manusia yang memilikinya…

Goresan kata-kata yang penuh arti itu…
Suatu curahan hati yang membuat kita jadi menghargai…
Arti seni kehidupan ini…

Seni diciptakan oleh manusia…
Dunia ini penuh dengan seni…
Tidak bisa dibiaskan dengan kata-kata, pikiran, renungan dan hiasan… Karena seni ada dimana-mana… di dunia.. di hati.. dan di alam Fana…

Seni kehidupan merupakan guratan bagi setiap manusia…
Yang telah ditentukan oleh Yang Kuasa…
Tapi semua dapat dibina, dibuat dan dilestarikan…
Dalam kehidupan abadi…

Jakarta, 24 April 2004


Dan dengan judul:

OH BUNGA

Bunga itu akan menjadi bagian dari kehidupan yang abadi…
Bila ia selalu dipelihara, dirayu, dipuja, disayang, dihargai
dan dipercaya dengan penuh arti…
dia akan berkembang menjadi sekuntum bunga ayu,
wangi dan abadi..
seabadi kebaikan hatimu itu…

Yang selalu bersemi
dan akan menjadi pegangan hidup baru penuh arti…
untuk mencapai nama dan angan-angan yang tinggi…

Oh.. itu akan dapat dicapai, bila aku…
tetap menghargai dan mencintai kehidupan yang penuh tantangan ini…


Jakarta, 24 Ags. 2003 9.45 pm



Tetapi dari semua syair puisi yang mempunyai makna paling dalam dan penuh perasaan masa lalu, penuh duka, penuh sakit, penuh sedih, penuh tekanan bathin, penuh unek-unek, penuh pengekangan dan penuh kenangan adalah puisi yang kuberi judul,

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

Seribu telepon telah berdering di ponselku, seratus pesanan puisi telah kuterima melalui ponselku, sederetan pertanyaan-pertanyaan yang telah kuterima dari para wartawan ibu kota dan serombongan infotainment telah berkunjung ke studioku, tapi kenangan dan kejadian-kejadian itu benar-benar akan membawa hikmah yang luar biasa bagi kehidupan dalam berkreatifitas. Dan untuk itu aku perlu dukungan para senior dan
masyarakat, karena pada saat itu terbentuk sebuah opini bahwa seolah-olah sebuah karya seni, dalam hal ini puisiku dijadikan kambing hitam, dijadikan penyebab, diisukan menjadi pemicu keributan !! Sampai-sampai puisiku disita di Polisi, dijadikan barang bukti.

Suatu ketika, saat heboh-hebohnya berita di TV, aku sangat terharu, seorang mantan pejabat tinggi menelepon aku, untuk menanyakan kronologis kasus itu, dan aku harus menceritakannya agar tidak ada persepsi buruk tentang aku dan tentang puisiku.

Telepon berdering di ponselku, ternyata aku mendapat telepon Pak Bim. “Dede, kok ada rame-rame mengenai puisi, ada apa sebenarnya De?”

Suaranya terdengar cemas,
“Bisa ceritakan De?”
Aku ceritakanlah kronologi kejadian tersebut kepada Pak Bim.
Begitu panjangnya kisah itu, dan begitu ruwetnya, sehingga aku sempat bertanya-tanya pada diriku sendiri, benarkah puisiku itu membawa petaka?

Di ruang yang sama, dimana kejadian heboh itu berlangsung, beberapa hari sesudahnya …
“ sepertinya, aku harus berhati-hati betul ketika menulis ya …, kok bisa puisiku jadi perkara bagi orang lain ..?
Aku bergumam, tidak tahu pertanyaan itu ditujukan pada siapa.
Teman-temanku melotot, dan langsung menjawab dengan keras,
“ De, kalau kamu jadi ragu-ragu untuk berkarya, kita juga akan ragu-ragu untuk bekerjasama denganmu”
“ Tapi … “
Suara temanku makin keras meyakinkanku
“ Seniman tidak boleh ragu dalam berkarya, tidak boleh dibatasi, dan tidak ada seorangpun yang bisa memasung kreatifitas orang lain, kecuali orang itu sendiri yang memasungnya !! “

Oh .. Tuhan, benarkah aku mulai memasung kreatifitasku sendiri ? padahal aku pernah terpasung 18 tahun lamanya?

Kata temanku menyambung omongannya ,
“ Kreatifitas itu karunia Tuhan, dan tidak semua orang diberi ilham seni, lalu kenapa kau memasung dirimu sendiri, Cuma karena takut berurusan dengan orang lain? “
“ Kesenian adalah kebebasan, kesenian adalah keindahan dunia, dan bersyukurlah kamu, karena menjadi salah satu orang yang bisa memperindah dunia dengan kesenian… “

Aku termenung, kata-kata itu bagaikan tamparan yang telak mendarat dipipiku, untung bukan handphone yang mampir… kan sakit ..
Semangatku mulai bangkit, keberanianku untuk berdiri menghadapi segala persoalan yang muncul, bahkan sekarang tak tertahan. Kebenaran yang disampaikan teman-temanku adalah obat yang langsung menyembuhkan keragu-raguanku.

Apalagi temanku, dengan penuh semangat mengajakku pergi menemui seseorang yang menurutnya pantas untuk dimintai pendapat mengenai perkara ini. Malam harinya setelah pembicaraan di ruang makan, kami pergi ke rumah seorang budayawan, seorang penyair yang sudah menjadi suhu dikalangan seniman papan atas Indonesia, WS Rendra. Pembicaraan yang menyenangkan dirumahnya yang penuh dengan barang antik semakin menyadarkanku, bahwa aku harus terus menulis dan menulis lagi, tanpa perlu merasa takut, sebab tugas seorang seniman adalah berkarya, titik. Apalagi coretan tangan beliau, menguatkan hatiku untuk tetap berdiri tegar menghadapi apapun yang akan terjadi.

Kehebohan yang menjadi santapanku sehari-hari, mulai aku kunyah dengan nikmat, walaupun cukup besar resiko yang harus ku ambil, karena
setelah itu aku mulai kehilangan privacy-ku, banyak wartawan infotainment memburu aku, untuk dimintai keterangan. Karena berita sebelumnya banyak yang salah, maka untuk menghilangkan preseden buruk terhadap karya seni, aku harus memberikan klarifikasi seputar kejadian itu sehingga betul-betul jelas kejadian yang sebenarnya.

Berita-berita di koran dan televisi terus bergulir mengalahkan berita hangat lainnya. Luar biasa !! Terkadang aku geli, kok malahan aku yang masuk infotainment? Teman-temanku mengirimkan sms yang isinya bermacam-macam, dari yang nyinyir sampai yang memberi semangat.

Sampai suatu ketika Dede becanda dengan temannya,
“ Kasih tahu teman-teman ya, agar jangan sekali-sekali membaca puisi itu, nanti takut terjadi percekcokan lagi lho..! tapi bukan aku yang buat lho…! Engkau yang buat khan…? Jadi jangan salahin aku ya…! He..he..he..! “

Seperti saran teman-temanku, maka aku menuliskan banyak puisi setelah itu, dan puisi itu sebagai berikut:


“KARISMA PUISIKU”

Aku percaya sinarmu berkarisma…
Karena puisi karismaku…
Tapi sayang aku jadi saksi karenamu…
Saksi yang penuh kejujuran dan kenangan masa lalu…

Apakah petaka itu akan menjadi karisma…?
Ataukah karisma itu menjadi alam pemersatu…?
Bagi kedua insan itu…?


Oh… Insan tundukkanlah kepalamu…
Lihatlah jiwa dalam dirimu….
Tidak ada yang sempurna….!!

Bukankah titik kebahagiaan telah dekat denganmu…?
Kalau kamu bersatu dan saling memaafkan….
Demi masa depan anak-anakmu…

Made Putrawan
13 – 01 - 2005


Aku ingin puisi dan karya-karya lain yang lahir melalui diriku dapat berguna bagi orang lain, dan itu adalah sebagai tanda kesyukuran atas karunia yang besar ini. Walaupun puisi ‘Engkau yang Buat’ dianggap orang sebagai pembawa petaka, aku tetap meyakininya sebagai puisi yang indah, karena lahir dari hati yang terdalam, sebagai ungkapan perasaan dari seorang laki-laki yang hidup terdiam dalam rasa sakit. Jadi puisi itu adalah bentuk keindahan dari rasa sakit.

Aku mengalir terus, mengalir seperti air yang lama kelamaan akan mencari tempat dimana dia akan turun, dengan ikhlas ia menguap dan turun lagi sebagai hujan, mengalir lagi, meresap kedalam tanah, membasahi akar-akar, menyuburkan tanaman …….. demikian aku buat diriku setenang air ….. menuju ke laut, menuju kedamaian dalam kebersamaan.


AIR

Biarkan air mengalir…
Dia tidak bisa dibendung…
Dia akan mencari celah…
Dan bermuara di tempat rendah…

Karena dia selalu rendah diri…
Tetapi kalau dia murka…
Tidak satu manusiapun yang dapat…
Membendung amarahnya…

Dia akan menjadi gelombang badai…
Yang dapat meluluh lantakkan…
Semua yang ada di sekitarnya…
Bahkan sampai ke kota…

Seperti badai tsunami…
Yang melanda Aceh dan Sumatera Utara…
Jangan main-main dengan air…
Karena dia ada dimana-mana…
Dan berguna bagi makhluk bumi…

17/1/2005 10:00:00


Hidupku jadi meriah, teman-temanku mengirimkan sms bertubi-tubi, gumamku … Mmmm, semua ini seperti air yang mengalir, dengan berbagai keindahan yang hadir bersamanya.

Waduh heboh sekali dunia pergosipan,
gara2 pembacaan puisi Mas ..

Emma Warokka
18/1/2005 11:10:15


Wah… ngetop deh puisinya..

Seorang pejabat tinggi di bali
19/1/2005 08:15:05


Wuah De…
sekarang makin sering muncul nih, gara2 puisi…
jadi penasaran puisi2nya spt apa aja?

Oh iya, keluargaku nonton terus lho..
di infotainment…
semoga sukses dengan karya2nya…

Deliyanthie (artis)
19/1/2005 11:29:51


Hanya puisi yg mempunyai roh sang empu
yg dpt menimbulkan prahara…
Puisi berkarisma pun
sedang menempuh perjalanannya…
Masalahnya siapa yg berani membaca lagi..??
Dia akan menjadi korban berikutnya..?

Jimmy
19/1/2005 12:10:12


Luar biasa…
Berita puisinya di Bali
mengalahkan berita tsunami
dan berita korupsi di Bali…
Om canti, canti, canti om

Agus Indra
Arsham Gandhi Puri, Bali


Dengan meledaknya puisi “engkau yang buat”
tampaknya puisi2nya sdh selayaknya dibukukan

Gung Ari
Anggota DPR Kodya Bali
25/1/2005 12:37:36


Di Bali sampai hari ini blm reda kaget dgn peristiwa Aceh,
kembali dikagetkan dgn meledaknya puisi ‘engkau yang buat’
Percayalah, telah lahir seniman kondang..

Ir. Mahendra, Bali
25/1/2005 10:51:55


Pak, akhirnya saya percaya dgn pendapat orang bijak
bahwa ujung pena lebih tajam
daripada ujung keris…

Wayan Sumantra
(Pelukis Bali)
24/1/2005 17:44:35


Pak, saya salut dgn puisinya yg begitu menggigit,
ini adalah aset bangsa yg terpendam dan mengendap
yg selanjutnya menimbulkan ledakan yg maha dahsyat
dan membuat dunia seni ini seakan bergetar hebat…
Selamat Pak, semoga lahir lagi puisi yg lebih dahsyat…

Pelukis Wiradana, Bali
26/1/2005 13:22:37
Berita tentang puisi Bpk yg terus menerus diberitakan di televisi
sempat memudarkan berita-berita lain,
mungkin pengaruh roh-roh patung di Museum Bpk…

Wassalam,
Para pedagang antik di Bali
25/1/2005 10:48:33


Puisi ini sangat dalam artinya,
dpt menyentuh perasaan siapa saja yg membacanya.
Sekian thn saya mengenal Mas Made saya baru tahu
beliau mempunyai jiwa seni yg sangat tinggi.
Sukses buat Mas Made dan teruslah berkarya….

With love,
Eddies Adellia
(Artis/Presenter)


Puisinya berbobot,
Sampai akhirnya ada org yg merasa
Walau hanya dgn membaca.

30/1/2005 14:07:24
Merry Putriani (Presenter)


Puisinya mengandung makna…
yg seolah-olah cerita dalam kehidupan sebenarnya,
tiap bait puisinya tergores dgn penuh perasaan,
sukses selalu utk Bang Made.

2/2/2005 10:52:40
Happy Salma
Sebetulnya sebuah puisi adalah, ketika penciptanya selesai membuat, puisi itu adalah mutlak milik penciptanya, tetapi apabila puisi tersebut sudah disebarkan kepada masyarakat, dibacakan dimuka umum, dicetak dalam buku-buku atau majalah, dilansir ke media yang lebih luas, atau bahkan ketika hanya dibingkai dan digantung ditembok, maka teks puisi itu bukan lagi milik penciptanya, tetapi sudah dimiliki oleh masyarakat.
Seyogyanya, karya seni tersebut harus diresapi dan dicerna terlebih dahulu, sebelum dibaca apalagi untuk dikomentari. Masa’ sih karya puisiku menjadi begitu berkharisma? Berbagai tanggapan telah kuuraikan di depan, tetapi janganlah sebuah karya seni dijadikan suatu penyebab dari suatu permusuhan atau perkelahian?

Kalau ini terjadi, ini adalah awal preseden buruk bagi pencipta sebuah karya seni! Kemudian gara-gara sebuah puisi dijadikan barang bukti, kemudian terjadi perceraian ataupun hukuman bagi yang berkelahi gara-gara dibicarakannya puisi ini, kemudian puisi dicekal tidak boleh beredar?! Wah berabe bisa-bisa aku jadi frustasi dan tdk mau berkarya lagi. Karena selama kejadian dan ribut-ribut di media itu, aku tidak bisa menelorkan karya-karyaku lagi! Sampai kapan aku bisa menenangkan pikiran untuk bisa berkarya?? Apakah seseorang yang membaca Novel Agatha Christy mengenai suatu pembunuhan kemudian si pembaca gara-gara membaca novel itu, dia akhirnya membunuh orang, terus yang disalahkan adalah pengarang novel tersebut?? Ya.. tidak mungkin dong pengarangnya disalahkan, justru pengarang tersebut mempunyai imajinasi yang sangat dahsyat dan dalam sehingga seseorang dapat terpengaruh oleh goresan penanya!!

“ De, barangkali untuk mengimbangi keindahan dan kedahsyatan puisi mu itu, engkau harus menuliskan padanan bagi puisi tersebut “
Jelas temanku pada suatu saat, tapi rupanya aku kok kurang faham ya…
“ Maksudnya, agar orang-orang yang merasa senasib denganmu dapat terhibur dengan puisi-puisimu yang lain, tidak Cuma bisa merenungi kesusahannya, tapi lewat goresan penamu juga mereka dapat semangat”
Wah !! itu pendapat yang luar biasa… dan tanpa kusia-siakan waktu, tanganku mulai bergetar, tak tahan untuk segera menulis.. dan menulis …

RAIHLAH CINTA


Dengan langkahku…
Dengan hariku…
Tak ingin menjadi sia-sia…
Tak ingin kumenukar pesonamu…

Dengan kenistaan…
Dengan kepasrahan…
Tak ingin kuberhenti…
Tak ingin kumenatap…

Pada sebuah kenyataan…
Ingin kumenyelami kesejukan…
Untuk menghadapi hati…

Keberkahan cinta selalu kudambakan…
Gumpalan cinta selalu menyatu…
Dalam jiwaku…


Oh… raihlah cinta…
Dalam keabadian….
Oh… terciptalah cinta abadi…
Sepanjang masa…

17/1/2005


Temanku menjawabnya dengan puisi pendeknya :

Biarkanlah maaf bersinar dihatiku
Dan biarkan ia bercahaya di jiwamu
Tanpa mengambil waktu, aku segera menulis lagi ….

Kata terindah dalam…
Sejuta warna maaf…
Kudapatkan hari kemarin…
Menambah kebahagiaan atas…
Kesendirianku…

Tetapi getaran nafas yang datang…
Dan percikan sinar yang kau berikan…
Membawaku meroket…
Yang belum pernah kurasakan sebelumnya…

Selama denyut jantungku…
Masih berdetak…
Air gemercik kulirik…
Menjadi saksi dalam kegaduhan malam itu…

Semoga engkau terus bernafas…
Dan terus menyinariku…
Tak lupa kuucapkan
Terima kasih untukmu selalu

24/1/2005 12:55:40


Aku menunggu sms jawabannya, dan ……

Bukankah hanya cinta
Yang dapat satukan dua jiwa
Bahkan kemarahan yang membara
Takluk dipangkuannya


Ok temanku… terima kasih untukmu, karena kamu telah merespon puisi-puisiku dengan satu kata yaitu “CINTA”
Akhirnya kubalas dengan puisiku berjudul :


‘PETIR CINTA’

Oh temanku… waktu telah berlalu…
Kutinggalkan dalam memory cinta…
Sehingga sepi sedih mengiringi waktu…
Aku menjadi pendiam saat itu…

Hatiku menjadi galau…
Tapi percikanmu menjadi berita…
Karena kamu telah diderai petir cinta…

26/1/2005 11:25:01


Sekali lagi kuperuntukkan sebuah puisi untukmu , sebelum novel ini ditutup dengan judul:

“T I T I K”

Seandainya engkau mau…
Bolehkah aku merujukkanmu…?
Tanda terima kasihku atas percikan sinar…
yang telah engkau beri kepadaku…

Oh.. teman-temanku…
Hanya tabah, sabar, jernih,
mengalah, pemaaf, sejuk dan “TITIK”
yang akan menyelesaikan masalahmu…
secara kekeluargaan…

Oh… dia menangis dalam sepi…
Menunggu waktu perdamaian…
yang tak kunjung tiba…
Oh… semua akan berlalu…
Karena T I T I K.

Made Putrawan
28/1/2005 09:47:31



Betapa indah kan?
Seandainya semua orang dapat menyampaikan cinta.
Ketika seluruh manusia berbicara atas nama cinta.
Saat dunia tumbuh karena cinta.
Dan alam semesta bergerak untuk cinta.
Betapa indahnya …
Betapa damainya …

………………………………………..

Dede termenung, ………..
Ia teringat kembali hidupnya dimasa lalu
Begitu pahit, begitu getir, begitu menyakitkan
Saking sakitnya, akibat rasa tidak tahan terjepit dalam kesulitan
Kabur dari rumah, perceraian, rujuk, perceraian, rujuk lagi, sampai cerai lagi… hingga harus belajar tidur di rumah sakit segala, belum lagi perjalanan cinta yang keluar masuk dalam hidupnya, ketakutan yang membayangi setiap langkah, dan berbagai kesulitan lainnya…

Tidakkah ternyata semua itu ada hikmahnya? Sebab tanpa itu semua, mustahil puisi ‘Engkau yang buat’ pernah terdengar di Indonesia, lebih tidak mungkin lagi cerita ini lahir tanpa melalui perjalanan tersebut.

Kepala Dede menunduk dalam, ia merenungi semuanya …
“ Aku mencoba merasakan scenario Tuhan. Baru aku berencana ingin menerbitkan buku puisi, Tuhan malah duluan berpromosi. Entah apa yang akan terjadi di kemudian hari, seandainya Tuhan memang menyuruh aku untuk menulis, maka aku akan terus menulis… dan jika Tuhan memang memerintahkan aku untuk berkarya, maka aku akan terus berkarya …. , akan kubuat banyak-banyak .. untuk seni dan budaya, dan semuanya akan kupersembahkan bagi dunia, dengan harapan besar bisa berguna dan bermanfaat …”

Teman-teman,
Renungkanlah ….
Mengertilah …
Berpikirlah ….
Berbuatlah ….
Instrospeksilah ….
Berbuat baiklah ….
Jangan mengekang ….
Jangan egois ….
Tenanglah ….
Saling percayalah ….


Sehingga hidup ini indah …
Damai ….
Rukun ….
Senang ….
Sukses ….
Padu ….
Serasi ….
Bahagia ….
Wangi ….
Sayang ….
Dan ….
C I N T A


Matahari terbit diufuk fajar,
Dede melangkah,
Membawa kisah hidupnya
Memanggul suka dukanya
Menggenggan harapan dan asa
Menyongsong terbukanya dunia
Bagi hidup yang didambakannya
Bahagia sampai akhir masa.


“ Dina … papa sayang sekali sama kamu, kamu tahu kenapa? Karena engkau yang buat, … papa kangen …”



ooOoo


Apabila dalam cerita di buku ini ada kesamaan cerita maupun nama, semata-mata karena kebetulan, cerita ini benar-benar merupakan imajinasi pencipta / penulisnya di dalam suatu mimpi.



Inilah lirik lagu itu .. inilah puisiku yang telah dibungkus dalam jalinan melody, sehingga keindahan menjadi tampak, menjelma dan nyata ……….


“ENGKAU YANG BUAT”


Kesabaran, kebaikan telah kupersembahkan…
Kejujuran, ketulusan telah kuberikan…
Tapi gelombang prahara…
Amarah dan murka, yang kudapatkan…
Gaduh dan gemuruh suaramu…
Membuat suasana hidupku sungguh mencekam…
Membuat aku, setengah gila…

Oh… Tuhanku…
Saat itu anakku masih lugu…
Dan aku tetap mengalah…
Menanti saatnya tiba…

Oh… anakku…
Menangis meraung-raung saat itu…
Saat geledek amarahnya…
Bergetar di telingaku…
Rumahku bagai bara…
Merekah di sekitarnya…

Dan akhirnya anakku sekarang…
Berada nun jauh di sana…
Pertanda petaka rumah tanggaku…
Telah menemukan kebebasan dan terhindar…
Dari himpitan kepedihan yang kualami…
Akhirnya aku, meninggalkan kamu…
Tanda cintaku, kepadamu…
Kepadamu… kepadamu… kepadamu…













Manis Ku

Empat tahun yang lalu …
Dua wajah ayu
telah diperkenalkan dengan ku,
oleh temanku, namanya Roni …

Saat itu Roni menelponku,
“ Hei Mamad aku ada teman,
aku ingin memperkenalkannya untuk mu…”

Akhirnya ku jawab,
“ Ya kebetulan aku tidak sibuk Ron…”
Mamad berkata demikian.

Tidak ada di dalam angan-anganku,
orang yang akan dikenalkannya itu
adalah orang yang ayu…

Tetapi dalam perjalanannya,
Mamad pun menginginkan,
orang-orang yang ayu seperti itu.

Mamad menerima tawaran itu,
dengan senang hati,
dia ingin menemuiku …,
bukan se-mata mata untuk memperkenalkanku,
dengan yang ayu-ayu,
tetapi si Roni sebetulnya pingin ketemu aku,
karena dia kangen dengan aku.

Roni orangnya besar,
keturunan darah Belanda …
mukanya bulat,
dan sedikit berjerawat,
rambutnya belah dua,
kacamatanya pun tebal,
tebal seperti kaca mobil ku …

“ O! Roni, aku mau …
bagaimana kalau kita ketemu …
di … cafe saja …“,
akhirnya dia mengajakku,
di salah satu cafe
di Jakarta Selatan, jalan Wijaya.

Akhirnya aku ketemu dia disana.
Dikiri-kanannya ada dua orang yang mungil,
yang satu imut – imut,
dan yang satunya besar,
bernama Rina…

Rina orangnya pemalu,
dia duduk dipojok,
tanpa kata-kata apapun untukku...

Kuperkenalkan diriku
“ Namaku Mamad …”

Dia berkata
“ Namaku Rina…”

Temannya yang kecil mungil,
matanya sayu,
oh… dia tidak tidur semalaman
kata Roni,
namanya si Nina…

“ Ini Mat, kenalkan … ini Nina ponakanku…”
kata Roni
Tapi aku …
tidak ada perasaan apa-apa saat itu dengannya …

Karena sebetulnya,
aku kangen dengan Roni,
bukan kangen sama cewek-cewek ayu itu,
aku tidak kenal dia !
aku tidak mau dengannya …

Tetapi bisikkan kata-kata ku,
bisikkan hatiku…
dan bisikkan kata-kata itu …
membuat aku meliriknya…

Dia termenung …
sambil kakinya selonjor ke depan meja …
Waiters datang kepadaku
“ mau minum apa pak ? ”

“ Ok, Aku orange juice!, Roni apa ? “

“ Aku, Coca cola !”

Tiba-tiba Rina nyeletuk kepadaku …
“ Aku minum Tequilla…!” katanya
“ Alah mak !” kata Mamad …
Aku jadi terperanjat olehnya…

Ternyata yang kecil bernama Nina,
telah lebih dulu
minum-minuman alkohol lainya…
Rupanya dia itu peminum semuanya…

Tetapi yang badannya tinggi itu
yang namanya Rina,
sebetulnya dia bukan peminum …
Dia hanya pemabok !, kata ku…

Diapun cekikikan “ ha…ha…ha…”
dia disampingku …
dia menggunakan baju yang sangat tipis … menerawang…
sehingga hatiku bergetar karenanya ….

Tetapi si Roni tangannya jail,
tanganku dipegangnya …
dan disentuhkannya ke tangan si Nina …

Si Nina akhirnya melirikku …
dan mengedipkan matanya denganku …

Kata Roni,
“ ini ponakanku, namanya Nina …
temannya Rina juga…”
Sedikitpun aku tidak memberikan
perhatian dengannya.

Akhirnya malam sudah tiba …
Suara disco,
suara gaduh sudah ada ditelingaku,
dan ada ditelinga kita semua…

Aku melirik ke sebelah
ada sebuah meja billyard,
Disana aku lihat kenalan ku, seorang tokoh
bernama Nova…

Rupanya dia pemilik kafé itu,
Dia melirikku, karena aku
telah duduk mojok
dengan dua dara cantik itu …
disamping meja bilyard itu.

Nova menghampiri ku …
Mamad menyapa dia …
“ Halo bos… Nova !!”

Nova berbisik kepada ku …”
“ Mamad, semua teman – teman mu
tidak ada yang jelek … semua cantik – cantik …”

Karena pernah suatu ketika,
Aku juga ketemu dengan Nova…
Saat itu aku juga makan
dengan seorang dara cantik …
Nova tertegun, melihatnya …
aku memperkenalkan dara cantik itu
dengan Nova saat itu …

Akhirnya Roni mengatakan kepadaku,
“ Kita pulang saja yuk ! ”
Akupun belum mau pulang,
Karena aku pingin lebih lama lagi,
melihat kedua dara cantik itu.

Aku tanya yang namanya Rina
“ Rin, kamu lagi kuliah dimana ?”

Dia jawab,
“ Saya kuliah di salah satu kampus
di Jakarta Timur ”

“ tingkat berapa ?”

“ tingkat dua ...” dia saat itu.

Tetapi sedikit pun matanya
tidak menaruh pesan-pesan apa,
kepada mataku…
karena sebenarnya akupun tidak ingin,
menaruh pesan – pesan,
untuk dia berdua…

Dasar temannya centil !
Orangnya kecil …!
Rokmininya juga mengangkang di udara,
BH-nya pun juga kesana kesini,
karena tidak ada kancing lagi
yang melekat di BH itu…

Susunya kelihatan menonjol ke depan,
membuat aku bergairah tanpa rasa…
Rasa itu tidak datang,
karena dia bukan apa-apaku …
Dia adalah temannya temanku.

Dia masih kecil tetapi dia bisa merayu kita
di kala sepi …
dan di kala malam gelap gulita seperti ini…

Dia telah menawarkan kepada ku …
untuk cek - in di sebuah hotel di jakarta selatan,
tetapi di dalam benakku,
tidak ada keinginan ku …
untuk berbuat yang tidak baik dengannya…

Dia ingin istirahat berdua
dengan temannya, kata si Rina.
Tetapi saat itu si Roni tidak tahu,
kalau keduanya minta cek-in di salah satu hotel …

Tetapi aku dasarnya lugu dan polos dan,
tidak mempunyai perasaan apa-apa,
akhirnya aku antar dia …
dan aku cek-in nin disebuah hotel dia disana.
Diapun tertidur lelap disana
dan aku pulang malam saat itu,
aku tidak mau mengganggunya…
Tidak ada benak apa-apa
didalam diriku … saat itu …

Ternyata yang namanya Nina,
Telah menelpon pacarnya
yang bernama si Boy …

“ Halo Boy… aku lagi di hotel,
sama temanku Rina,
kamu datang dong kesini,
nggak ada siapa-siapa disini,
aku cuma istirahat.
Istirahat sehari,
aku besok juga pulang …”

Tiba-tiba cowoknya pun datang …!
Terpaksa dia tidur bertiga saat itu.
Sebenarnya Nina itu …
kalau di depan cowoknya,
agak genit dan merangsang …
Sehingga cowoknya pun terangsang …

Temannya Rina saat itu,
malu dan sedih …
Nina membuat si Rina menangis
karena nafsu …
Diapun tidur menyelimuti mukanya …

Mukanya sangat iba …
Karena dia juga ingin dirangsangnya,
Tetapi tidak mungkin …

“Tidak mungkin…” kata Rina dalam hati
“Itu pacar temanku Nina…”

Ninapun tidak tahan …
Dia menelanjangi pacarnya si Boy
Si Boy bilang …
“ ah, malu ah, ada temanmu…”
“ tidak apa – apa…,
temanku sudah tidur,
mukanya sudah diselimuti selimut …
setebal bulu angsa…,
bulu itupun bisa merayap
dalam kalbu mu…” katanya.

Darah panas si Boy
telah datang dengan tiba-tiba…
Dia datang dengan bersemangat,
Darahnya panas beredar di tubuhnya…

Dia pun menanggalkan
semua baju yang ada di tubuhnya,
dikakinya,
di pinggulnya,
di kepalanya,
Ternyata saat itu Boy membawa
sebuah topi yang disenangi…
dan selalu dipakainya …
baik siang maupun saat malam hari.

Sebelum Boy sempat menoleh ke tempat tidur
Ternyata si Nina,
telah lebih dulu telanjang …
Badannya mungil tapi sayang …
Buah dadanya agak turun sedikit
karena dia memang sering bermain buah dada
dengan pacarnya itu…

Saat itu pacarnya,
langsung meremas-remas buah dadanya…
Mencium pipinya…
Mencium lehernya…
Mencium di bawah pusarnya…
Aku jadi rindu dengan kamu Nina

Nina pun nafasnya mendesah …
Seperti lagi marah,
dan lagi garang !!!

Seperti harimau
yang lagi menangkap mangsanya…
Tidak kusangka…
Rina mengintip saat itu,
melalui lubang kecil,
yang ada diselimutnya.

Dia pun terangsang olehnya,
Tetapi apa dikata …
rangsangan itu untuk Nina …
bukan untuknya …

Akhirnya dimatikanlah lampu
malam itu oleh Rina…
Si Boy pun senang hatinya …
karena dia akan melampiaskan hawa nafsunya …
diatas tempat tidur itu …

Tempat tidurnya agak bau,
karena ternyata si Rina tidak tahan lagi,
Rina pipis ditempat tidur itu,
sehingga menjadi bau,
tetapi apapun baunya,
apapun jeleknya,
apapun gelapnya,
apapun kumuhnya tempat itu …
Nina tetap bergairah …

Suasana panas saat itu
telah menyelimuti dirinya
telah menyelimuti payudaranya,
juga ‘anu’nya si Boy…

Kasur bergoyang terus oleng seperti sekoci …
Lubang selimut masuk,
hawa anyir …
Temannya Nina nyegir …

Rina jadi anyir, karena pipisnya …
telah membasahi …
tubuhnya … sambil nafsu …

Badai terus menantang,
Sekoci busa tetap bergoyang …
Temannya Rina ….
tidur sambil mengintip ….
Di bawah bantal guling …
Tunggang langgang …
Jatuh ke lantai …
Lantai beton ikut bergoyang – goyang !
Tidak dapat kuceritakan lagi saat itu …
Tempat tidurnya bergoyang lagi …
Seperti ada gempa 4 scala richter
Sungguh tidak disangka,
goyangan itu … tiba – tiba berhenti …
gempa itu tidak lebih dari dua menit ...

Oh rupanya si Boy tidak kuat,
untuk menemani si unyil Nina,
di tempat tidur itu …

Akhirnya Nina marah dan memukul Boy,
“Boy!, aku belum keluar, aku belum puas,
kenapa kamu sudah selesai!!!”

Saat itu dia marah,
karena Boy tidak bisa memuaskan Nina …
Boy pun malu …,
dan dia langsung pergi ke kamar mandi,
dia mencuci tubuhnya

Tetapi saking marahnya Nina terdiam,
diapun tidak mencuci apa-apa,
diapun langsung tertidur lelap
sampai besok pagi …

Di kamar saat itu
Tidak ada cahaya … menyala …
Sehingga terasa dingin !
Si Rina berebut bunga mimpi …

Di ranjang … Rina …
di himpit paha si Boy yang genit …
Walaupun sudah ada si bola salju itu …
Himpitan pahanya ganas …
Karena dia nafsu dengan Rina …
Bukan dengan pacarnya … Nina …

“ Aku takut dengan pacar mu …”
bisik Rina di telinga si Boy.

Tapi si Boy akhirnya,
memegang bawah perut ku ….
Sampai lesu …
Ngilu …

Suara desis dari mulut Nina makin keras ….
Aku pura – pura mendorong … Nina …
Ternyata Nina tertidur pulas …

Nina tidak ganas …
tapi malas …
dan malas …
karena dia lemas …
dia belum puas …!

Suara desah mulut Rina…
Seperti gunung … meletus …

“ Seekor burung terbang terangsang …
Ingin terbang ke celah belahan dadaku…
yang terangsang…”
kata Rina dalam hati …
Sambil terbang membayangkan
blue film tadi ….

Oh… burung si Boy
menyusup ke lubang liang dubur ku…
Akhirnya nafsu ku mati pelan-pelan …
Oh… aku pegang burungnya yang lepas,
salah lubang !
Rina bilang … “Aku takut Boy…!!”
“ Kapan-kapan aja…” kata Rina.

Akhirnya… diapun pulang pagi-pagi,
subuh sudah datang …
Pagi itu tinggal si Rina seorang di hotel itu …

Mamad menelpon si Rina
“ Rin, bagaimana kemaren,
kamu bisa tidur nggak?”
Mamad bertanya demikian.

“Ah aku susah tidur, abis teman ku ngorok !”
katanya.
Ternyata yang ngorok…
saat itu bukan si Nina,
tetapi si Boy…,
karena saat dia tidur,
selalu menganga mulutnya …
Sehingga seluruh ruangan dipadati,
oleh suara-suara yang
seperti suara raksasa,
yang ditelan oleh bumi….

Karena Rina sendiri saat itu …
Akupun mampir,
untuk membayar sewa kamar hotel itu
Aku bayarlah sewa kamar itu …,
kemudian aku ajak Rina
naik mobilku jalan-jalan,
dan aku drop dia dirumahnya …

*

Tetapi dalam perjalanannya …
Aku terus berhubungan dengannya,
dan terus berhubungan dengannya …
Dan aku terus menghubungi nya …

Dikala aku sepi sendiri
Aku selalu sms dia,
“ Rina apakabar …”
“ Baik …”
“ Bagaimana kuliahmu …?”
“ Baik …”
“ Gimana pacar mu…?”
“ Iya mas, aku lagi punya pacar …
pacarku orang padang,
tetapi dia orangnya pendiam,
aku nggak suka …”

“ Aku suka sedikit saja,
tetapi dia tidak disetujui oleh orang tuaku …”

Pikir Mamad, ini kesempatan,
buat aku lebih dekat, dengan Rina …
yang lagi tidak begitu mood,
dengan pacarnya…

Tiba-tiba didalam benakku aku berkata,
“ Ku pandang Rina,
dengan hati - hati …
tetapi menyeluruh,
keseluruh tubuhnya …”

Tinggi badannya saat itu…
kurang lebih 172 centimeter…

Rambutnya lebat,
mukanya agak sedikit lonjong,
hidungnya juga mancung,
badannya gempal berisi,
daging-daging itu …
telah menyebabkan
dia agak gemuk sedikit

Pahanya padat berisi,
tetapi betisnya seperti betis bidadariku
dara manisku…
Yang suatu saat bisa
membuat aku rindu…

Didalam perjalanan itu Rina bertanya kepadaku,
“ Mas Mamad,
apakah mas Mamad sudah punya istri?”
Mamad menjawab,
“ aku punya istri,
tetapi istriku sudah ditelan…
ditelan buaya…”

“ Karena mulut istriku …
seperti mulut buaya !
Tangan istriku seperti ekor buaya !”

“ Tetapi orangnya lembut …
mukanya bersih dan wangi …
Seperti orang alim …”

“ Karena dia memang alim …
Membuatku menjadi percaya dengannya
dia sembahyang …
melebihi orang-orang yang biasa,
di bumi ini…”

“ Kalau dilihat mukanya, dia baik sekali …
Kalau bergaulpun, dia baik sekali …
Tetapi kebaikkannya itu akan hilang,
ketika dia sudah murka !”
Bagaikan bara merangrang…
Merangsang…
Menerawang rawang….
Dan melayang – layang
di udara…
menimpa diriku,
yang lagi bimbang dan ragu…

Siapapun tidak tahu kalau aku sakit saat itu …
seperti orang yang tidak punya nyawa
karenanya …

“ Akhirnya aku tidak tahan Rina !!!
aku berusaha menghindarinya …
dengan cara aku kabur darinya …
karena aku tidak mau ribut tiap hari dengannya,
akupun mengorbankan anakku satu-satunya …”

Keluh kesah ini aku kumandangkan,
ditelinga dara manis Rina,
dia tidak tahu apa – apa…”
karena dia masih kecil,
dia hanya… diam termangu
di kala aku menceritakan,
sesuatu untuk keluarga ku…”

“ Rina lupakan masa laluku … ya …?”
aku ini sebetulnya ingin mencari teman
untuk berbicara…
untuk bisa mencurahkan isi hati ku
yang lagi kotor ini…
karena aku telah meninggalkannya,
sejak beberapa tahun yang lalu…”

“ Aku tidur sendiri !
dan sendiri …
untuk diriku sendiri …”

“ Rina… kamu sebetulnya… enak,
tidak punya masalah seperti aku…”
dara manisku yang masih lugu,
dan tidak punya beban hidup apa-apa,
karena kamu masih sekolah
dan masih dibiayai oleh orang tua mu…”

“ Ingin rasanya aku seperti kamu Rina,
tidak ada pikiran apapun …
yang ada dalam dirimu
Pikiran hanya kuliah,
jajan dan bersenang – senang …”

“ Maklum kamu adalah,
seorang mahasiswa
yang baru mulai,
untuk mencapai cita-cita
setinggi bulan di langit …”

“ Rina … bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?…”
“ Boleh mas…”
“ Oh, sorry … “
“ Bolehkah aku memanggil kamu mas ?”
“ Boleh aja Rin, asal jangan aku
dipanggil om saja!”
“ Karena aku sebetulnya masih jauh,
dari kata-kata om itu…”
“ Walaupun kamu sudah mengira,
aku om-om …ya itu lah …
yang ada dalam diriku …”

Sebetulnya aku tidak pingin curhat,
kepada kamu,
kepada orang seperti kamu,
kepada dara manis seperti kamu,
yang masih lugu,
yang tidak tahu apa-apa …

Karena aku sekarang,
berada disampingmu,
Aku harus mencurahkan kata-kata,
lagi yang ada di dalam hatiku itu,
untuk melampiaskan !!!
untuk menghilangkan…”
hati yang duka …”

“Mudah-mudahan aku bisa tenang,
karena aku bisa berbicara,
pada seseorang …
seperti kamu …”
walaupun kamu tidak ada arti bagiku,
kamu tidak istimewa untukku,
dalam hati Mamad bercerita sendiri…

Rina sebetulnya …
aku tidak memperhatikan kamu,
kenapa kamu bisa duduk
di sebelahku sekarang ?
di dalam mobilku ini…!
temanku Roni sebetulnya
menjodohkan ku,
dengan temanmu Nina...

Ingatkah kamu …?
Saat aku mengantar kamu,
cek in di hotel ?
Aku mengangkat Nina
seperti aku mengangkat bola salju …

Karena dia bulat …
seperti bola salju …
Ringan seperti kapas …”
Karena badannya kurus …
dan tingginya tidak melebihi
dari 162 centimeter,

Sedangkan kamu …
172 centimeter …
sungguh beda …
Hatiku berkata-kata sendiri,
berbisik bisik sendiri …

Sebenarnya aku senang,
sama orang kecil seperti Nina,
Bukan seperti kamu Rina !
Karena kamu besar …
Bongsor …
Gendut…

Tetapi dalam dirimu,
ada bakat-bakat,
untuk bisa menjadi,
dara manis…
Cantik …
Seperti dara manis yang kuimpikan…”

Aku ingin permak dirimu !
Aku ingin permak wajahmu !
Aku ingin permak kulitmu !
Aku ingin permak rambut mu !
Muka mu, alismu,
hidungmu,
matamu,
tetapi secara alami,
bukan secara operasi
Oh… aku ingin permak kamu
melalui hatiku …”

Karena dirimu, aura diri mu,
manis dan cantik …”
Kalau kamu dibimbing
dan diarahkan, kamu bisa
menjadi seorang
dara manis cantik …

Aku akan kirim kamu,
melalui paket ke salon-salon,
yang ada di jakarta ini …
Aku akan lulur tubuhmu,
yang gempal itu.
Aku akan lulur perutmu
Dengan menu vegetarian …”
Aku akan sarankan kamu,
untuk tidak terlalu banyak makan,
pada malam hari,
karena makan pada malam hari itu bisa,
membuat kamu gendut seperti ini.
Begitulah pikiran dalam hatiku sendiri …

Rina melamun melihat mobil - mobil
di sekitar mobil ini …
Jalan penuh sesak,
mobil tiada henti melewati,
dan melewati…
dan menyerempet moncong mobilku…”
tetapi serempetan itu tidak mengenai mobilku
Aku kaget jadinya!

Akupun terus bercerita
dan menanyakan sesuatu kepada Rina…”
“ Rina… bolehkah kamu,
menjadi teman curhat ku…??
“ Aku pingin ngobrol-ngobrol dengan mu…”

“ Boleh mas!”

“ Mas Mamad…,
aku sebenarnya kasihan … mas …
kalau aku mendengar ceritamu itu…”
“ Aku baru kali ini,
mendengarkan cerita seperti kamu…”

Hari demi hari telah berlalu…
Aku sibuk dan rutin berhubungan,
dengan si dara manis Rina,
yang masih gempal,
dan masih belum begitu ayu …

Aku membimbingnya…
Aku memberikan,
menu makan untuknya …

Besoknya aku katakan kepadanya,
“ Rina, aku pingin
menurunan berat badanmu,
yang 67 kilogram,
menjadi 53 kilogram…!”

Lalu Rina menjawab,
“ Astafirullah…!”,
dia akan menyiksaku,
dengan tidak memberi aku jalan-jalan,
untuk mencari makan,
dan untuk berkenyang ria,
di dunia ini,
“ Mungkinkah itu…???”
tanya Rina.

“ Rin…! di dunia ini …
sesuatu yang tidak mungkin bisa,
menjadi mungkin,
sesuatu yang mungkin,
menjadi tidak mungkin,
Keajaiban akan datang,
kalau kamu menekuni
menu makanku itu …”

Yang penting… kalau kamu ingin,
menjadi dara manis yang cantik,
seperti bidadari,
Yang turun dari langit,
ikutilah menu makan ku itu!

Lalu aku selipkan,
lima belas lembar kertas plastik untuknya.
“ Rina… ini aku iklas memberi kamu,
meskipun kamu bukan apa-apaku,
kamu adalah saudaraku saat ini,
yang perlu aku bimbing,
sehingga kamu lulus kuliahmu,
dan kamu akan cantik … seperti auramu…
yang ada di dalam batin mu…”

“ Untuk apa mas plastik ini ? “

“ Ya untuk kamu ke salon,
Untuk kamu luluran,
Untuk kamu krimbat,
Untuk kamu medikur,
Untuk kamu pedikur,
Dan untuk mengelus elus buah dadamu,
sehingga makin kencang dibuatnya…

“ Oh gitu mas…”
Kok mas baik sekali sih…
Sebenarnya…,
ada apa dengan aku mas ?
Apakah mas akan memperkosaku?
setelah aku cantik?!

“ Oh tidak Rina …!
Aku bukan seperti itu,
Lihatlah wajahku…!
Apakah ada bayangan dimataku,
untuk memperkosa
orang seperti kamu ???”

“ Tidak mungkin…!,
Jiwaku tidak seperti itu “…!

Akhirnya Rina menjawab,
“ Maaf mas aku tidak menduga,
Mas seperti itu …aku khawatir,
maklum kita kan baru kenal…”

“ Makanya Rin…!!
janganlah berprasangka buruk dengan ku,
bergaulah kamu dengan aku,
karena aku sebenarnya,
ingin punya teman untuk berbicara,
karena hatiku kosong ….
melompong…
saat ini …”

Saat aku sendiri seperti ini
hatiku kosong …,
seperti kepompong ….,
kepompong yang kosong …”

Karena kupu-kupu
di dalamnya telah mati !
Seperti jiwaku …”
Kepompong kosong itu,
Tidak akan menjadi apa-apa…”

Karena ulat didalamnya telah mati…”
Karena diracun oleh suasana,
yang sangat mencekam ini…

Rina isilah kepompong itu dengan,
benih kupu-kupu yang bisa hidup
di dunia ini,
biar dia tidak mati …
Ajaklah dia bicara !
Ajaklah dia menangis…
Menangis bersama …
Ajaklah dia senang – senang bersama …
Ajaklah dia dalam bimbinganmu …
Dalam mimpimu …
Dalam suatu kehangatan !
Kehangatan manismu itu…

Oh… manisku …
Berilah kesempatan aku untuk berbicara…
Untuk berkeluh kesah dengan mu …
Biar kepompong itu hidup,
menjadi kupu-kupu…

Tetapi tidak menjadi kupu-kupu malam…
Dia menjadi kupu-kupu yang indah …

Sayapnya bergambar bidadari …,
mengenakan baju yang sangat indah …
seperti desain batik,
desain kain …,
yang sangat indah…,
yang banyak diciptakan,
oleh pengrajin kita di Jogja dan di Pekalongan …”

Tipis…
Halus desainnya …
Hitam kecoklat-coklatan…
Tetapi keseluruhan bernuansa hijau,
seperti nuansa yang ada dalam diriku…”
Seorang Mamad yang mempunyai jiwa seni…”
Dan beragam coraknya …

“ Rina aku haus !”
kata Mamad …
“ Aku harus minum sejenak Rin…!”
Aku mengambil segelas aqua,
di dalam mobil itu…
Ku minum aqua itu,
dengan perlahan-lahan …”
seperti minum susu …!
yang ada didirimu …

Susu murni yang ada didalam dirimu…”
Sungguh…,
enak kalau diminum,
bukan dengan gelas ….”
Tapi langsung diminum
melalui dot mu…”
Dot mu itu sungguh ayu,
belum pernah disentuh oleh tangan jail
seperti ku….

Oh Tuhan… aku tidak jail…
Aku tidak mau berbuat dosa…
Kalau belum saatnya tiba …

Aku ingin membentuk jiwanya
Dara manisku …
menjadi jiwa yang sangat baik
Sangat halus dan menjadi sarjana,
yang diidam – idamkan oleh masyarakat

Karena apa !!!
Masyarakat kita disini belum sempurna …
kebanyakkan wanita – wanitanya,
walaupun sudah sarjana
dia akhirnya menjadi seorang ibu rumah tangga…,
tidak bekerja…!
Walaupun dia telah bersusah payah
menyelesaikan kuliahnya…,
dia tidak bekerja,
jadi semua itu adalah sia-sia belaka…

Maka akupun mempunyai naluri
bahwa …. dara manisku,
yang berasal dari minang ini,
setelah dia cantik…
menawan …,
dan dia telah lulus dari kuliahnya …,
dia akan bisa berkarya…
karena jiwa bisnisnya pun
ada di dalam dirinya…

*

Hari demi hari …
minggu demi minggu …
Satu minggu setelah Mamad berbincang bincang, dengan dara manis itu…
Tiba-tiba… Rina mendapat telpon…,
dari temannya… Nina…”
Akhirnya mereka ingin ketemu,
di kampusnya Rina…

Nina telpon Rina,
“ Halo Rina apakabar?,
kemana aja sih kamu…!,
semenjak itu kamu menghilang saja…
di telan bumi…
tidak pernah muncul-muncul
dari pandanganku…” kata Nina…
“ Bisa aja lu!’ … sahut Rina,
gua kan sibuk di kampus,
kenapa lu sewot aja sih...?”

“ Bukan sewot Rina…,
aku ingin tahu keadaanmu,
aku ingin tahu kejujuran mu…”

“Kejujuran apa sih?!, …
Emang elu siapa sih…?!”
“ Kejujuran…kejujuran !
emang elu enyak babe gue?!!”
“ Enyak babe gue aja,
nggak pernah ngomong begitu !
elu kok ngomong begitu…?!”

Ih… dia judes sekali….
Menjawab kata-kata temannya itu…

Akhirnya dia bertemu,
disuatu warung mahasiswa
namanya warung gaul…”
Di warung gaul itu
dia berbicara dari hati ke hati,
dia apa adanya seperti biasa…

Bakso telah dilalapnya…,
Mie sudah dikunyahnya
es kelapa muda,
sudah di teguknya dalam-dalam…”

Tetapi anehnya,
Nina tidak mau makan saat itu…”
karena ada sesuatu
di dalam hatinya…”

Rina bertanya kepada Nina,
“ Nin… ada apa sih?!
elu kok cemberut aja !…
diam aja?!”
“ Nggak ada apa-apa,
gua kepengen tau elu aja!”
“ Kok elu ngilang aja sih waktu itu…
semenjak kita ketemu mas Mamad,
kok elu ngilang aja sih… Ada apa sih ?”
Judes amat sih ?

Memang orang kecil itu selalu pintar,
dan punya akal yang banyak seperti si Nina…”
Karena merasa temannya direbut oleh Rina,
dia marah….,
tangannya seperti bola pimpong yang ringan … melayang,
tetapi kalau kena jidat, bisa berabe…
Oh bola itu bisa membuat benjol juga ...
Apalagi kena mata yang sedang terbuka,
bisa membuat berdarah – darah …

“ Apakah kamu tidak tau… Rin,
Kalau Mamad suka ama aku ??”
kata Nina…

“ Ada apa sih lu…”, kata Rina
“ Bukan apa-apa,
gua sih nggak ada apa-apa… “ kata Nina…
“ Aku pengen tau kejujuranmu…,
apakah kamu pernah jalan sama Mamad ?,
Mamad temannya om ku itu lho…!”

Akhirnya dengan polosnya
Dengan keluguannya,
dengan centilnya…
Rina menjawab dengan tenang
Bahwa dia secara tulus mengaku…
bahwa dia sekarang sering curhat
dengan si Mamad itu…

Suasana yang tenang, dan panas…
tiba-tiba menjadi sejuk karena angin bergoyang
memancarkan gelombang …
bising ke dalam warung gaul itu…
Membuat hari ini …
sangat menyenangkan
karena angin sepoi - sepoi
sudah lewat di pipi dan di mata
yang lagi makan bakso.

Tiba-tiba suasana berubah jadi panas lagi karena,
Nina marah kepada si Rina
“ Kamu sungguh mengecewakan aku
sebagai teman satu-satunya yang aku kenal…!
kenapa kamu rebut temanku…!”
Nina berkata demikian …

“ Eh… Nina,
aku bukan merebut teman mu…
aku hanya merebut …
keluh kesahnya,
kesulitannya,
dan segala sesuatu
yang menimpa didirinya…
Aku hanya temannya bertutur kata…
sambil suka duka
dan sambil bercengkerama
tanpa ada perasaan apa-apa…”

“ Ancrit lu..!!!”
katanya
“ Ancrit luh… kamu telah merebut dia …
dia adalah… temanku…
Rina…!!!
Ingatkah kamu pada saat di hotel itu,
aku dipeluknya,
aku dibimbingnya
dan aku dirangkulnya,
bahkan diangkatnya

Saat itu, apakah kamu tidak melihat…
Aku dipeluk dan diangkat,
seperti bola salju oleh si Mamad…?!,
tidakkah itu sebagai pertanda
bahwa si Mamad perhatian
dan senang dengan aku kan ?!”

“ Saat itu … aku dibuat …
seperti bola salju …,
diangkat dan ditekuk …
bahkan aku dipujanya …, tau gak …!!!”

Akhirnya …
Rina diam seribu bahasa,
mulutnya berkomat kamit mendo’akan
semoga pertemanan ini tidak sampai disini…
dan ingin berlanjut seperti biasa,
seperti sedia kala….

Karena aku merasa
bahwa si Mamad itu,
adalah teman curhat ku…
Bukan pacarku ataupun
bukan selingkuhanku…
Aku kan punya pacar…!

Setelah komat-kamit,
diapun membisikkan,
kata-kata kepada temannya …
Temannya melotot dan melotot untuk Rina ….
“ Nina maafkan aku,
aku tidak merebutnya …
aku hanya teman bicaranya
aku cuma sering dibimbingnya …
Apakah kamu tidak keberatan …?!”

Akhirnya Nina marah !!!
dan berlari dari warung gaul itu,
dan langsung dia pergi tancap gas
lari …
seperti lari maraton,
dia pun tersandung batu
dan akhirnya dia jatuh…
tersungkur dibalik batu itu…

Ninapun kesakitan …
“ Aduuuhh, aku sakit…”
“ Aduuuhh …. aku sakit….
sakit hatiku ….,
mendengar kata-kata temanku itu…!
Sungguh tidak menyangka,
dia berbuat begitu…”

Akhirnya Rina menghampirinya…
“ Nina … kamu telah dosa,
dengan ku, telah menuduhku
dengan sembarangan…
tanya pakai perasaan dong…,
lihatlah diriku … Nina …,
aku orang yang beriman,
tidak mungkin
memperkosa teman mu itu…”

Aku tidak pernah memperkosa orang…”
Aku adalah orang yang betul-betul menghargai
Seorang teman seperti kamu…”

Akhirnya dikuliahilah si Nina itu…,
saking kesakitannya,
diapun duduk tertegun,
mendengar kuliah-kuliah
yang sangat alami
dan sangat spontan saat itu…”

“ Nina… baik kan aku ?
waktu menemani kamu … di hotel !
di saat kamu bercumbu rayu,
dengan si Boy pacarmu itu…”

“ Ditempat tidurku…,
walaupun aku dibawah selimut itu,
tetapi aku melihat dan merasakan
keluh kesah cinta kasih yang kamu
lakukan saat itu dengan si Boy…”

“ Sebetulnya kamu yang harus malu Nina …!
Saat kamu bersuka ria,
bercumbu rayu…,
bercium – ciuman …
di depan lubang selimut itu…
Seharusnya kamu
yang malu kepadaku … Nina !”

Tetapi karena kebaikkan ku…”
Aku ikuti alunan cinta,
yang telah kamu lakukan
didepan dua bola mataku yang menganga,
melihat kamu lagi bersenggama,
di tempat tidur itu….

Nina bertanya kepada Rina…
Kenapa kamu berani, menghubungi temanku ?
temanku itu yang namanya Mamad … ??
Rina menjawab pertanyaan Nina…,
Karena aku tahu …,
kamu kan sudah punya si Boy
yang sudah bergumul,
saat itu melebihi pacarmu….
Dia bahkan sudah melebihi calon suami mu itu ! tahu nggak ??! Bentak Rina…

Akhirnya Nina malu,
dan minta maaf kepada Rina
“ Rina maafkan aku….,
aku telah mengucapkan kata-kata,
yang kurang baik
untuk di dengar oleh kita…”
“ Tapi baik untuk mu, Nina…!! Kata Rina…
kalau aku marah dengan mu,
sehingga kata-kata kasar itu,
bisa memberi pelajaran
untuk diri mu Nin…”

“ Nina … aku sebenarnya
ingin dekat dengan si Mamad…”
Karena aku membutuhkan sesuatu,
untuk bisa membantuku,
di dalam menyelesaikan kuliahku….”

Akhirnya Nina panggil taksi,
si Nina pun meluncur dengan taksi
dan menghilang …,
dalam panasnya matahari saat itu…

*

Rina pun pergi dan masuk ke kampusnya…
Dan dia ingin kuliah …,
menjalani kuliah yang sangat sulit saat itu…”

Tetapi di bangku kuliah,
dia tidak bisa berfikir serius…,
bahwa kejadian itu
telah menimpa dirinya,
tetapi dia tetap
akan menghubungi si Mamad…”
Pikirnya seperti itu …
karena dia ingin juga,
mengucapkan terima kasih
atas bantuan yang telah diberikan
kepadanya oleh Mamad saat itu….

Lima belas lembar kertas plastik
berwarna merah itu…”
Telah ku buat,
ku peruntukkan
untuk membeli sebuah buku
untuk mata kuliahku itu…”

Oh… Mamad sangat berjasa …”
Berjasa untukku,
telah membantu aku,
untuk menyelesaikan kuliahku …
Dan dia berjasa …
untuk memberikan nuansa indah
untuk membuatku lebih cantik
dan lebih kurus…”

Lebih langsing …
dan lebih bersih kulitku…
karena dia telah memberiku,
surat kuasa untuk pergi luluran,
setiap minggu sekali…
Pergi ke salon setiap minggu sekali …
Dan pergi menemui ku
tiap seminggu sekali…

Yang terakhir itu lah …
sebetulnya sangat berat untuk diriku…”
Karena aku sudah punya pacar,
sebagai calon suamiku nanti…

Tetapi pacarku itu tidak berguna
dan tidak bermanfaat untuk diriku,
dia tidak bisa membiayai aku,
disaat diriku sangat membutuhkan
biaya hidupku untuk bisa menyelesaikan sekolahku nanti…

Ibuku adalah seorang yang sudah tua…
ayahku sudah meninggal semenjak lama…
dan ibuku mengalami kesulitan
untuk membiayai hidup ku…
Untuk membiayai sekolah ku …
Apalagi untuk membiayai,
keperluanku sehari-hari…”
Saat ini…

Akhirnya dia pun…,
mau menepati janji Mamad,
untuk bercengkerama kata-kata…,
berkeluh kesah …
bercerita sandiwara,
untuk kepentingan aku
dan kepentingan dia … “
Mamad…

Sudah tiga bulan …
aku berhubungan dengan Mamad,
hatiku semakin dalam dengannya …
makin punya kenangan indah …,
di saat aku susah …

Akhirnya Mamad pun
bercerita kepada Rina …
Mamad setiap ketemu Rina
dia selalu ingat dengan berat badan Rina,
dia menanyakan kepada Rina …!
“ Rina berat kamu sekarang berapa?”
“ Sudah turun 5 kilo mas…!”
“ Wah… wah… pantas saja perutmu kecil,
badanmu dan sekitarnya, betis mu …
menjadi kecil…dan kencang”

Saat itu …,
dia terlihat bergembira ria
dan perutnya agak terbuka sedikit,
karena baju kaos,
yang di pakainya saat itu,
agak membelah perutnya,
sehingga pusarnya
kelihatan menyorot
ke mataku …”

Aku melirik ke arah pusar itu…”
Ternyata Di sekitar pusarnya,
banyak bulu-bulu hitam halus …
melingkar sampai ke perutnya…”
Mungkin sampai kebawah pusarnya…
menyatu dengan rongga-rongga,
diantara pahanya…”
Sungguh luar biasa,
aku bayangkan saat itu…

Dia tidak merasa apa-apa,
saat aku membayangkan pikiranku …
pada saat seperti itu,
karena dia lagi asik
mendengarkan radio di mobilku itu…

Sebelum sampai di jalan sudirman
Aku katakan kepada dia…
“ Rina …
maukah kamu mampir ke apartemen ku?…”

“ Ada apa sih mas, ke apartemen?
Aku kan takut…”
kata Rina!

“ Nggak apa-apa…
dari pada kita ngobrol di mobil,
kan lebih bagus ngobrol
di apartemen ku ya..?”

Saat itu …,
aku tidak mempunyai pikiran apa-apa…”
Karena sejak semula …
aku tidak ingin
ada pikiran apa-apa dengannya.

Aku meluncur ke apartemen ku,
akupun duduk di depan TV,
berdua sambil bercerita,
sambil bercanda …,
sambil cekikikan ….,
sambil menonton TV …

Sudah dua jam aku bercengkerama…”
Seperti seorang kakak dengan adik
Aku pun mencoba menghidupkan
dan memasang VCD karaoke,
untuk kita dendangkan bersama…”

Akupun mendendangkan sebuah lagu,
Yang berjudul “feeling…”
Ku dendangkan lagu feeling itu,
di depan dia…
Si dara manis yang belum manis
seperti angan-anganku itu….

Sudah 62 beratnya dia,
tapi aku yakin dua bulan lagi,
kalau aku ketemu dia,
berat badannya akan menjadi 58 kilo,
berarti beratnya akan turun 10 kilo ….”

*

Ternyata tiga bulan kemudian
aku ketemu dara manisku lagi …
Dia lebih cantik dari biasanya,
karena dia makin kurus
dan makin ayu …
langsing menawan
seperti dara manis ku …
yang kuinginkan saat ini …

Sayang…
dia adalah temanku…”
Adikku,
Saudaraku,
Dan dara manisku…

Aku tidak mempunyai pikiran apa-apa…
Kecuali pikiran untuk membimbingnya,
sampai dia lulus sekolah nanti…

Dan aku membimbingnya
tanpa pamrih …
walaupun aku telah mengorbankan
sedikit biaya untuk dirinya…

Benakku berkata…
Seandainya …
Aku tidur berdua dengannya,
aku pun tidak akan mau
berbuat apa- apa …”
Karena perbuatan itu,
menurutku tidak baik …”
Oh dia sudah mempunyai pacar …
Dan aku bukan pacar nya …

Dia adalah teman ngobrol ku…”
Dan teman untuk bercengkrama
bersuka ria dan berkeluh kesah…,
apabila aku mempunyai
sesuatu masalah yang ruwet,
baik di kantor maupun
di tempat lain saat ini…

Tiba-tiba… aku katakan kepada dia…”
Seandainya bulan depan berat badan mu
menjadi berat badan ideal…,
dengan berat 54 kilogram,
berarti kamu akan aku kasih hadiah…”
Untuk tour ke Singapura bersama-sama ku…

Yakinlah Rina …
aku tidak akan berbuat apa-apa,
dengan mu …
karena aku tulus kepadamu.
Aku ingin menjaga mu
Seperti aku menjaga anakku…”

Saat ini dia telah mencoba
untuk menurunkan berat badannya
untuk mendapat hadiah dari ku…
tiada kata yang dia dapat berikan
kepada ku, kecuali …

“ Terima kasih mas,
dan terima kasih atas
perhatian mas selama ini…
Aku sangat bergembira
karena mas Mamad sudah membantuku,
untuk membiayai kuliahku,
tanpa pamrih…
Sungguh luar biasa hatimu mas
Sungguh murni dan sungguh suci hatimu
Semoga mas Mamad mendapat rezeki
yang berlimpah dari yang Kuasa…
Atas budi jasamu kepada ku
dan mungkin bantuan mu kepada orang lain juga,
akan mendapatkan pahala yang setimpal
dari yang Maha Kuasa “

“ Mas… aku sebetulnya
ingin lama-lama ngobrol sama mas…
tapi aku sudah janji sama mamahku
aku ingin mengantarkan mamahku
ke supermarket,
untuk membeli lauk pauk…
dan memberi keperluan sehari – hari …,
untuk itu perkenankanlah saya pulang mas…”

Tiba-tiba …
mas Mamad merogoh kantongnya,
dan memberikan segepok uang …
untuk Rina …

Akhirnya Rina mengatakan
“ terima kasih banyak mas …”
“ Mas … aku akan kasih tahu mamah ku mas …,
karena mas telah membantu saya,
uang ini akan aku serahkan
kepada mamah ku yang lagi susah,
untuk bisa berbelanja ke supermarket nanti…”

Diapun pulang,
“ dah ... mas… dah … sayang … see you …”
“ Ok…, Rina adikku…dara manisku…
semoga kamu senang ya…”
kata Mamad…

Dia pulang naik taksi
dari apartemenku,
menuju rumahnya
di kawasan Jakarta Timur…

Sampai dirumahnya,
mamahnya sudah siap-siap
menunggu untuk pergi berdua dengannya…
Oh… Dia telah pergi dengan mamahnya …

*

Saat Rina dengan mamahnya…
Dia tumpahkan isi hatinya,
kepada mamahnya …

“ Mamah aku kenal dengan seorang
yang bernama Mamad,
orangnya baik mah…
dialah … yang memberi aku bimbingan
selama ini …
memberiku uang secukupnya …
tanpa pamrih …
karena dia adalah teman bicaraku mamah…
inilah pemberian dia …
aku berikan kepada mamah,
oh… segepok uang itu telah diberikan dengan dia dengan tulus tanpa ada perasaan kotor didalamnya…”

“ Karena mamah tahu …
bahwa uang yang bersih itu,
uang yang baru dicetak itu,
dari percetakan negara …
akan menjadi kotor …!
kalau pikiran yang memberikan itu kotor …!
Kalau pikirannya si Mamad kotor …!
Tetapi di dalam perjalanan
aku bergaul dengan nya mah …
dia adalah seorang …
yang punya hati yang tulus bersih …
terpadu di dalam jiwanya,
di dalam raganya,
di dalam kulit yang bersih,
karena dia sering ke salon
dengan ku, dia sering luluran dengan ku…”

“ Ketika itu mamah …
aku diajaknya di sebuah spa …
di jalan sawah besar,
spa-nya indah dan menawan…
menawan hati yang datang ke tempat itu …”

“Aku dilulurnya oleh tukang lulur ku,
dia dilulurnya oleh tukang lulur nya…”
Di sebelah ku…,
aku bertelanjang dada mah…
dia pun bertelanjang dada mah…
tetapi dia tidak punya pikiran apa-apa,
karena dia telah berjanji dengan ku mah…
dia memberikan sesuatu dengan ku…
tetapi tidak ingin menyentuh hatiku…
apalagi menyentuh buah dada ku …!”

Mamahnya pun tertegun,
akhirnya dia pun berkata
kepada mamahnya…
“Bila mamah ada keperluan,
mas Mamad pasti membantunya…”
Tiba-tiba mamahnya berkata,
“ Mamah ingin ke Padang,
tetapi mamah tidak mempunyai ongkos Rina…
tolonglah telpon…,
telponlah dia Rina …
biar membantu mamah
untuk perjalanan ke Padang,
mamah harus ke sana
karena ada hal yang sangat penting…”

“Ok mah…!
Nanti aku bilang kepada Mas Mamad,
dan aku juga ingin menyusul mu mah…
karena Mamad pasti mau membantuku mah…”

“Oh… begitu, ya kalau begitu
salam mamah untuk dia,
tetapi mamah pesan kepada kamu Rina…
janganlah dikasih tau abang – abang mu … ?!
karena abang-abang mu akan curiga…?!
kamu bergaul dengannya begitu dekat ?!
tanpa disentuh…,
abangmu tidak mungkin percaya nak…!
Tapi mamah tahu jiwamu nak…
Kamu tidak mungkin seperti itu…
kalau bukan pacarmu…”

“Ok mah… percayalah …
Mamad orangnya baik ”

Aku tanya kepada Mamah
“ Mah… bagaimana kalau Mamad
menjadi suamiku…?”
“ Tetapi kalau dia mau lho mah…!!”

Mamahnya bilang,“ Boleh saja,
asalkan dia betul-betul mau dengan mu…?
“ Tetapi umur nya dua kali lipat
dengan umur ku mah…?”
“ Tidak apa-apa,
orang laki itu tidak pernah tua…”
“ Kalau dia bisa merawat dirinya…
dan bisa memberikan jamu dirinya
dia tidak akan pernah tua…
Mamah juga, dengan papahmu beda umurnya,
sampai dua puluh lima tahun…
tetapi mamah dan papah tetap bahagia …”

Begitulah Rina mendengarkan
nasehat mamahnya…
Rina bilang,
“ terima kasih mamah…
aku akan menjaga diriku mah…
karena nasehat mamah itu
sangat berguna untukku Mah…”

*

Keesokkan harinya..
Rina menelpon Mamad…
“Mas bantu aku dong,
Karena mamahku mau ke padang
nggak punya uang…?”

“ Ok…” kata Mamad
“ aku transfer ke rekening kamu,
biar kamu tidak ketemu aku pun
kamu tetap bisa menjalankan
amanat mamah mu ”

Mamahnya pun terbang ke Padang
dan sampai disana …
dia menghadiri acara keluarga.

Kemudian Rina kembali menelpon Mamad
“ Mas Mamad aku juga ingin ke padang…
karena aku juga diundang oleh mamah ku,
dan tolong bantu aku ya…
aku tidak akan lupa balas budi mu mas …”

Akhirnya dia dibantu oleh Mamad
untuk pergi ke Padang,
mamahnya dan Rina menginap
di sebuah hotel kecil di Padang.

Rina kembali bercerita,
kepada mamahnya
“ Mamah inilah …
kebaikkan temanku Mamad …
Sehingga aku pun bisa sampai di Padang,
sebelumnya aku tidak pernah
menyentuhkan kaki di Padang …”
karena mamah papahku tidak bisa,
dan tidak punya biaya untuk itu…!
Mamad aku terima kasih banyak kepadamu…!
hatinya berkata demikian…

Dan aku tidak akan bisa dengan mu
sampai kapanpun !
sampai matipun !
sampai di surga pun …!
aku tidak bisa lupa dengan kamu Mamad…!
Kamu adalah kakakku
Kamu adalah suamiku…
kalau kamu mau…!!
Tapi kalau kamu tidak mau
Tidak apa-apa lah…
Tetap bimbinglah aku
Sehingga aku bisa menyelesaikan sekolahku …
Demikian Rina bersabda…
Seperti sabda nun jauh disana…
Sabda dari yang tidak kelihatan…

Itulah namanya Mamad…
Telah banyak membantu orang
Demi kepentingan orang-orang yang membutuhkannya…

*

Kemudian …
Rina pulang ke Jakarta dari Padang…
Dia bergegas pergi ke sebuah toko buku
untuk bisa mengikuti pelajaran,
karena selama ini dia satu minggu
dia sudah tidak kuliah …
sehingga dia takut,
dia lari memanggil taksi
kemudian dia pergi
ke toko buku di pasar raya

Di pasar raya tiba-tiba,
muncul seorang laki-laki berwajah ganteng …
Putih semampai agak kurus,
Karena kurusnya itu bukan dari dalam dirinya …
kurusnya itu mungkin,
karena dia sering mengkonsumsi narkoba…
Karena kurusnya langsing
Tapi kulitnya gesing…
Dan kasar…
Karena kurang tidur…

O…! ternyata dia si Boy…
Si Boy… pacarnya Nina…
Saat aku melihat wajahnya Boy…
Saat itu juga aku mengingat,
dia sedang bersenggama !
dengan Nina temanku …
kata Rina dalam hati …

Lalu Boy merayuku …
seperti dia merayu aku …
dengan pahanya …
menghimpit pahaku saat itu …
Aku tiba-tiba teringat saat itu …
Himpitan pahanya panas menggeliat …

Oh… dia Boy …
Putih hatimu,
putih wajahmu,
kulit mu putih …
membuat aku senang padamu…

“ Boy apakabar !”
“ Rina apakabar …?”
“ Baik-baik… “
“ Tetapi kenapa kamu menghilang…?
Takut yah sama Nina? ”
“ Nggak Rin…,
nomor hp-mu aku lupa,
dan aku lupa catat waktu itu…,
tapi sebetulnya aku ingin sekali
ketemu dengan mu…”
“ Saat itu aku pun ingin menyentuh diri mu…
ingatkah kamu?!,
sebenarnya aku tidak suka dengan Nina
karena dia sudah memaki – maki ku …!
Tetapi aku tidak bisa jauh darinya,
karena Nina dengan ku
adalah teman di dalam
mengkonsumsi obat itu…”

“ Oh, pantas
kamu kurus seperti itu Boy…
hilangkanlah kebiasaan seperti itu Boy…”

Kata Rina
“Kalau kamu masih seperti itu
aku tidak akan mau dengan mu Boy…”
Boy berkata
“ Janganlah begitu Rina…
aku suka kamu
kalau kamu suka aku,
aku ingin berusaha
melupakan Nina …”
Aku ingin
berhubungan dengan kamu,
lebih – lebih kamu sekarang
sudah langsing dari biasanya
kamu lebih cantik dari biasanya…

Dia mengajak Rina,
untuk cek-in di hotel yang sama
Karena dia ingin mengingatnya
saat dia bercengkrama dengan Nina
kekasihnya itu …

Diapun datang ke resepsionis hotel itu …
Dia meminta lantai tiga,
di kamar yang sama …
O… dia ingin bernostalgia…
Bernostalgia meraba-raba dengan pahanya…
Sayang saat itu tidak terjadi dengannya

Sekarang Boy check-in,
di hotel yang sama !
di kamar yang sama !
di tempat tidur yang sama !
tetapi dengan orang yang berbeda …
berbeda mukanya !
berbeda hatinya !
berbeda cantiknya !
berbeda rambutnya !
berbeda tingginya…
kamu sungguh tinggi Rina…
membuat aku tinggi hati,
tetapi aku ingin rendah hatimu,
sampai ke bawah pusar mu itu…

Aku menghimpit paha Rina…
lagi seperti …
aku menghimpit paha mu kala itu …

Tetapi anehnya kehangatan Rina betul - betul bernuansa lembut …
bukan seperti si Nina !
yang kasar dan keburu nafsu !
Saat aku tidur berdua dengannya
si Rina pun berdiam saja …
Tidak bergairah,
tidak seperti si Nina,
belum apa-apa sudah bertelanjang dada …
Tetapi Rina sungguh romantis,
dia menelusuri tubuhku
dengan tangannya yang dingin,
kemudian tangannya tiba – tiba menjadi hangat
sehangat pahanya …

Saat dia menelusuri tubuhku yang kurus itu,
akupun menelusuri pinggangnya,
yang sudah langsing dari biasanya,
aku memegang pantatnya yang cembung …
Seperti bola, bola matanya …
yang cembung… bulat !
dan sangat indah di pandang mata …

Dia pun bercengkerama …
bukan di atas kasur …
Tetapi dibawah selimut yang dulu itu …
Tetapi tanpa lubang yang menganga …
Selimut itu warnanya putih,
seperti bulu angsa …
Aku ingat kembali,
bulu angsa itu …
Saat aku bersenggama dengan Nina …

Saat itu aku benci dengannya !
Karena aku dicaci maki !
Bisikku kepada Rina …
Kedalam telinganya aku berbisik bisik,
dan merayu …
“ Rina… janganlah hina aku lagi ya !,
seperti dulu Nina menghinaku …
Kalau goyanganku hanya dua menit
mungkin atau kurang dari itu.
Tetapi aku akan berusaha goyang lebih lama
dari itu …”

Diapun meraung raung …
Menggeliat – geliat …
dibawah selimut yang berbulu angsa itu …
Geliatnya membuat Rina pun tergoda …
dan ternoda olehnya …

Saat itu tidak ada gempa !
tidak ada goncangan !
karena goncangan itu sangat halus …
tidak seperti Nina yang kasar !

Rina pun membalikkan tubuhnya sekejap,
akhirnya Rina pun
diatas tubuhnya yang kecil itu …
Rina membasuh tubuhnya
yang kecil itu dengan ludahnya …
Ludahnya pun belepotan di dadanya …
karena dadanya telah dijilatnya …
dengan lidahnya …
hingga dadanya basah
basah seperti air membasahi …
Membasahi mulut ku…

Lendir mulut ku pun,
membasahi dadanya …
Sungguh luar biasa…
Nuansa malam ini sungguh luar biasa…
Tidak seperti biasanya…

Tidak terasa …
geliat daging ketemu daging itu
sudah lima menit lamanya …
mungkin sudah sepuluh menit
aku pun kaget karena aku bisa
menggeliat di dadanya …
di itunya …
sampai melebihi sepuluh menit …
dia puas dengan geliat itu …

Rina pun memejamkan matanya …
Karena dia minta dicium dengan ku …
Aku cium dia…
Aku basahi bibirnya melalui bibirku …
Aku cium dengan ciuman sayang …

Oh ciuman itu …
Telah menjadi kenangan untukku …
selama lamanya …

Aku ingin memisahkan diriku
dengan si Nina saat ini juga !
dan saat itu juga !
dan dalam waktu yang tidak terbatas…!

Karena aku ingin putus dengan nya !
Karena aku ingin mencurahkan isi hatiku
kepada Rina …

Walaupun Rina adalah temannya,
aku ingin hidup dengannya,
untuk selama – lamanya …
Karena aku bisa
memberikan kenikmatan untuk nya…
Dia pun bisa memberiku
kenikmatan untukku…
Sungguh luar biasa …

Rina…
Kok kamu secantik …,
Secantik… dara manis …,
yang betul – betul manis …
seperti manis impianku …?

Akupun bergumul dengan mu lagi …
Walaupun aku sudah puas
dengan mu Rina…!
“ Tolonglah …
jangan kasih tahu pacar mu…
Rina …
Aku ingin menggantikan posisi pacar mu
dengan aku,
dengan pribadi yang kurus ini, Rin…
tapi aku yakin berkat nasehatmu !
aku akan menjadi gemuk …
karena aku sudah berjanji
tidak akan mengkonsumsi narkoba
dengan Nina lagi…
Aku akan putus dengan nya Rina…”

“ Iya… baiklah Boy!
tapi janganlah ini
diceritakan dengan Nina,
karena aku seolah olah
ingin merebut Nina
dari kamu Boy …”

“ Tidak mungkin… Rina…!
Aku akan merahasikan hal ini
kepada siapa saja,
tetapi dengan syarat
kalau aku putus dengan Nina
bisakah kamu memutuskan
hubunganmu dengan pacar mu ?
orang Padang itu … ?
Dengan polisi laut itu ... ??”

“ Aku akan usahakan… !
Tetapi aku tidak janji Boy…!
Karena aku yakin kamu masih dekat
dengan Nina …!”

Boy pun akan berusaha menjauhi Nina …
Begitu juga Rina …,
Rina ingin menjauhkan diri dari pacarnya itu,
karena pacarnya itu …
sebetulnya tidak bisa membiayai dia,
karena gajinya pas-pasan …

*

Kenangan manis itu
telah hilang dari ingatan ku,
sudah sebulan lamanya,
aku hanya bisa berhubungan
dengan Boy melalui telepon ku,
bukan melalui pertemuan lagi
karena aku takut dengan Nina…

Kemudian Rina merasa berdosa
dengan Mamad …
Seolah-olah dia tidak bisa
memberikan cintanya kepada Mamad …
Sedangkan sebetulnya
Rina menaruh hati dengan Mamad,
tetapi tidak diberikan kesempatan
oleh si Mamad,
Mamad tidak mau dengan Rina,
karena dia ingin membimbingnya saja …

Saat itu…
tiba-tiba Mamad menghubungi Rina

“Oh….! Rina…
aku kangen sama kamu…
apakah kamu sudah kurus seperti impianku ….?”
Hatiku berkata demikian karena Rina orangnya patuh dan selalu menurut dengan ku …

“ Rina kita makan yuk !”
“ Dimana mas ?”
“ Di restoran Padang yuk …?,
karena aku suka dengan restoran Padang
Bukannya karena kamu orang Padang !
Bukan !
Tetapi kesukaanku itu
memang masakan Padang …”
Kita biasa makan di lantai bawah
di Plaza Senayan …
Sebuah restoran padang
yang sangat enak untuk makan siang …”

Jadi bukan karena kamu orang Padang !
Bukan !
Kamu adalah teman hidupku
untuk berbincang – bincang
Oh… ! kamu Rina
Kamu sungguh kurus…
dan menawan…

Akupun duduk di restoran Padang,
merayu dia …
Aku lihat disitu ada timbangan !
Timbangan kecil,
aku tarik tangannya,
aku timbang dia !
Ternyata dia telah kurus
langsing… sekali !
Manis sekali …!
Ayu sekali …!
Manisku …
Cintaku …
Adikku …

Kamu sangat manis dan langsing …
Ternyata kamu akan mendapatkan,
hadiah dari ku …
untuk berlibur ke Singapura …
Karena timbangan mu saat ini
sudah 54 kilogram.

Oh… kamu cantik sekali…
Kamu ayu sekali…
Aku ingin melulur kamu lagi sayang…!
Walaupun aku tidak sayang dengan mu !
Walaupun aku tidak akan bisa
jatuh cinta dengan mu !
Karena ketulusan hati ku kepada mu,
sungguh tulus tidak dibuat – buat …
Karena aku ingin berjasa dengan mu !
Aku sudah sumpah !
ingin membantu mu
Sampai kamu lulus !
Dan sampai aku melihat mu kawin
dengan pacar mu itu …

*

Aku pesan tiket …
Tiket pesawat …
Aku persembahkan tiket ini
kepada mu Rina …
Aku telah memilih eksekutif klas,
Karena aku tidak biasa memilih ekonomi klas.

Aku pilih pesawat yang sangat nyaman …
Aku terbang dengannya …
Aku himpit pantatnya …
Dengan pantatku …
Di tempat duduk penerbangan itu …
Tetapi aku telah bersumpah …
Tidak akan apa-apa kan dia …

Walaupun kamu telanjang di depan ku !
Walaupun kamu cantik
seperti dara manisku itu !
Aku tidak akan berbuat dosa !
Karena dosa itu
bisa membuat surga itu jauh dari ku …

Aku pun sampai di airport Singapura,
Aku meluncur dengan taksi
menuju sebuah hotel di Orchard Road
Tempat hotel kesayanganku …
karena aku selalu tidur disana …
Karena disana tempatnya ramai …
Dan bisa berjalan kaki tunggang langgang
melenggang sambil …
menerawang buah dadanya yang mungil
belum pernah di sentuh oleh siapa - siapa …
tetapi mungkin sudah pernah
di sentuh oleh Boy…?!!
karena aku punya firasat begitu Rina …?
betulkah itu Rina..?!!!
Betulkah…!!!
Aku sambil berbicara …
sambil mengusap airmatanya …

Hotel itu sangat indah …
seindah hatinya…
Hotel itu menjadi saksi bisu …
aku tidur di sebelahnya …
tanpa ada perasaan nafsu birahi …
Tanpa ada rasa nafsu kuda …!
Tanpa ada nafsu singa …!!
Saat itu hanya ada nafsu seorang bayi …
yang tidak bisa berbuat apa-apa …

Karena nafsu itu …
tidak mungkin dipraktekkan !
Karena dia seorang bayi …
Aku menangis sedih …
karena aku melihat kamu begini Rina …!

“ Rinaaaaa… !
Kamu begini…!
Kenapa kamu…?!
Kenapa kamu jadi begini…?!
Kenapa kamu begini di depan ku …?!
Aku kecewa …!!
Kenapa kamu jadi begini… Rinaaa?!
Hari ini tubuhmu bukan milikku …!
Aku masih mampu menahan diri Rin !
Mamad pun menangis …”

“ Kenapa Rina …?!”
“ Kenapa Rina …?!”

“ Mas Mamad aku mohon maaf …?
karena Boy telah menyetubuhi ku saat itu …!
kenapa tidak mas Mamad
yang menyetubuhi ku…?!
kenapa …?,
kenapa …?”

“ Rina …
Walaupun aku tidur seranjang dengan mu,
aku tidak akan menyetubuhi mu …
aku dosa menyetubuhi mu…
karena aku telah berjanji dengan mu !
hanya ingin membantu mu …
ingin menyekolahkan mu…
ingin membimbing mu …
ingin meraba mu saja …
ingin mencium mu …
tetapi bukan mencium mulut mu…
aku hanya ingin mencium pipi mu,
pipi kiri kanan mu Rin…”

Saat itu aku cium pipinya yang mulus itu …
Lalu aku cium kupingnya …
Bukan mencium mulutnya …

Aku pun tidur pulas …
ternyata jam sudah menunjukkan
jam sebelas malam …
Aku tidur disamping Rina …
Aku selimuti dia dengan kata – kata…

Aku mengelus pipinya …
karena aku tidak mungkin
mengelus ‘itu’ nya …
aku tidak mau dosa …
karena aku memang tidak mau
berbuat dosa dengannya …

Tetapi dengan orang lain aku tidak tahu …
Aku tidak mau munafik …!
Aku bukan laki – laki munafik …!
Tetapi untuk kamu,
Aku berjanji, aku ingin melindungi mu …

Walaupun jauh dari kota Jakarta ….!
Aku telah mengarungi laut luas
sehingga aku sampai di Singapura ini …
Bukan untuk memperkosa mu …
Tetapi untuk membimbing mu saja …
Airmata ku hapus dengan bantal guling
yang ada di sebelah ku …
Bantal guling itu melotot melihat ku …
dia sangat heran …
kenapa orang seperti aku …
yang mempunyai nafsu
tidak ingin menyetubuhi manismu …
sungguh heran guling itu …
seolah – olah guling itu …
mempunyai hati dan mempunyai nafas,
seperti diriku …

Tidak Rina ….!
Aku akan tidur di sebelah mu …
sampai pagi …

Rina pun …
Sebetulnya sudah memberi aba – aba untuk ku …
Dia hanya menggunakan kutang
dan celana dalam saja …
tergeletak di tubuh ku …
tapi aku tidak terangsang …

Padahal ‘anu’ku keras …!
Seperti kerasnya empek-empek Palembang …
Dua jam telah si ‘anu’ keras …
melintang di celana dalam ku …
tetapi aku tidak mau dosa …
Aku tidak banci Rina …!
Bisikkan kata-kata ku berkata begitu …!

Pagi pun telah meraung – raung
Menunggu … menunggu bisikkan hati ini …
Yang telah mati …
Ternyata dia bergegas,
untuk mandi bersama dengan ku …
Aku pun mandi bersama …
Tetapi aku pun tidak menyentuhkan,
‘anu’ku ke ‘anu’mu
Aku anggap dia seorang bayi…
Seorang bayi ku …
yang tidak pantas aku sentuh,
tetapi aku hanya menyentuh,
dengan hati ku dalam rangka
membimbing mu
menjadi seorang dara cantik jelita
dan menjadi seorang sarjana
Seorang sarjana yang sangat
di butuhkan oleh bangsa ku …

Selanjutnya aku berjalan – jalan
di sebuah toko di jalan Orchard Road …
Aku tawarkan dia
sebuah jam yang sangat mahal …
“ Rina mau kah kamu aku belikan jam ini …?”
“ Jangan mas, ini terlalu mahal untukku… cukuplah aku dibelikan jam Alba
yang sangat murah…
karena mas sudah membimbing ku selama ini… aku tidak mau menyusahkan kamu mas…
aku cukup dengan jam Alba…,
tetapi kalau kaos-kaos yang ringan – ringan
sepatu yang ringan – ringan
atau celana yang ringan – ringan …
aku mau mas …!”

Aku ajak ke sebuah toko …
Disitu banyak obral …
Aku belikan dia baju
sehingga dia lebih senang,
untuk digunakan pada saat dia kuliah…

Telah banyak ku belanjakan dia
Tidak ada kata – kata yang berguna saat itu …
Kecuali kata – kata ku untuk menasehati dia
Karena dia adalah manis ku …
tetapi bukan pacar ku …

Ku gandeng tangan mu Rina …!
Seperti menggandeng kekasih ku …!
Orang disebelah ku … melihat ku,
Oh mereka iri dengan ku …
Begitu mesranya…,
begitu mesranya …Rina memandang ku …
Menatap ku …
Dikira’in Rina adalah Pacar ku …!
Padahal Rina bukan pacar ku …!
Dia adalah seorang anak kecil,
yang harus ku bimbing dan ku bimbing …

Aku sudah tiga hari di Singapura …
Yang kudapat adalah ‘kebahagiaan’…
Yang kudapatkan adalah
nuansa yang sejuk …
nuansa hati yang sangat indah…
yang ada di dalam hati manisku itu…

Aku ambil secarik kertas
Aku mengambil sebuah pinsil …
Ku goreskan kata - kata di kertas itu …
Ingin rasanya …
aku membuat syair untuk mu …
Berjudul ‘Manis ku…’

Syair itu telah ku buat …
Telah jadi kuabadikan
dalam sebuah kertas
yang berlogo sebuah hotel Grand …
Hotel itu adalah hotel impian ku …
Hotel yang sangat memberikan nuansa sepi …
dikala aku sepi …
Dan memberikan nuansa ramai !
dikala banyak orang – orang di sebelah ku …

Lagu itu akhirnya …
kucoba senandung kan
di telinga mu Rina…!
Aku senandungkan lagu itu
dengan lembut
tanpa mengeluarkan air mata
karena lagu itu ceria …
Oh manis ku …
Oh khayal ku …
Aku bimbing kamu
Kata-kata itu memang cocok untuk mu Rina …

Bait demi bait …
Kata demi kata …
Kudengarkan …
Ku kumandangkan …
Ku dengarkan ke dalam diri mu…
Ke dalam hati mu …
Ke dalam telinga mu …
Ke dalam ketek mu yang wangi
Karena minyak wangi ku
telah kulumurkan …
kedalam ketek mu itu …

Dia telah dewasa …
Dan lebih dewasa …
dari saat ku bertemu pertama kali
dengannya …

Alangkah sejuknya hati ini …
setelah aku mendendangkan …
kata-kata ‘manis ku’ …
didepan telinga nya…

“ Oh mas Mamad … tersentuh hati ku …
ketika mas Mamad menyenandungkan lagu
‘manis ku’…
mas Mamad apakah lagu itu untuk ku …?”

“ Iya sayang …
Rina ku … Manis ku …,
‘Manis ku’ adalah judul lagu ku untuk mu …”

Aku mendapatkan inspirasi dari mu …,
bukan dari siapa – siapa …
bukan dari si Nina !
bukan dari si Boy yang telah menyetubuhi mu….!”
Tetapi aku mendapat inspirasi
dari kata-kata mu !
dari pusar mu … itu !
tanpa rangsangan sedikitpun
di dalam diri ku …

“ Mas Mamad terima kasih kepada mu …
tiada kata-kata yang bisa
kuberikan kepada mu…
kecuali kata-kata sayang dan sayang …
seperti aku menyayangi keluargaku …
Ibu ku …
Adik – adik ku …
Kakek ku …
Nenek ku …
Teman ku …
dan lain – lain …

Karena kamu telah membuat
aku hidup kembali di dunia ini !
tanpa kamu aku tidak akan bisa …
membayar uang kuliah
Tidak mungkin …!
aku bisa mati kalau tidak lulus sekolah mas …!
Karena cita – cita ku tinggi !
Ingin mencapai bulan …
di kala langit mendung,
yang selalu bisu …

Udara dingin menyengat hati ku dan hati mu …
Akupun sudah selesai mandi …
Tak kusangka aku telah berhasil,
tidak tergoda oleh manis ku yang cantik itu …

Sebetulnya aku mudah sekali menggodanya,
tanpa memperkosanya,
karena selama tiga hari,
dia telah memberikan kesempatan kepada ku …
Kesempatan untuk bercinta …
Tetapi kesempatan itu,
tidak aku gunakan dengan baik – baik !
karena naluri ku mengatakan bahwa itu dosa …

Saat itu tidak ada setan lewat,
di dalam kamar ku …
Setan itu sudah aku kirimkan ke Jakarta,
dengan pesawat udara tanpa pilot !
Tanpa kursi…!
Tanpa ada suara – suara apa – apa …

Ternyata setan itu !
aku telah kirim dengan getaran jiwa ku …!!!
Getaran jiwa ku telah bergetar mengirimnya,
sehingga setan tidak bisa lewat …
Ketika aku bertelanjang dada dengan manis ku …

Aku bukan banci … !
Aku bukan kekasih …!
Kekasih yang ku sayangi …
yang ku peluk …
yang ku cium …
dan yang ku manja …
Kadang – kadang aku pun
mengikuti irama setan
yang lagi lewat di depan ku saat itu …
aku bukan banci …

Aku bisa saja melaksanakan nafsu ku,
kepada mu …
kalau dia pacar ku …atau…
calon istri ku …

Aku pun tidak tahu
siapa calon istri ku nanti…
Sangat munafik …
kalau aku tidak ingin kawin lagi !
dengan seorang yang sangat cantik …
tetapi bisa ku percaya ! Dia tidak akan menyakiti hati ku..
Walaupun aku jauh lebih tua dengannya …

Kriteria itulah …
yang sangat sulit aku cari …
Aku takut dan takut …
Trauma masa lalu
membuat aku takut !
dan menjadikan aku gila !
Kegilaan itu membuat aku bahagia …
Membuat aku membuahkan hasil karya …
Hasil karya untuk kita semua …
Untuk bangsa ku …
Untuk bangsa mu …
Untuk bangsa dia …
Bangsa yang selalu rindu
untuk karya cipta seni …

Sambil aku ragu – ragu
akupun membisikkan
kata-kata kepada Rina …
“ Udahan Rin…
kita harus pulang ke Jakarta …”
“ Aduh mas… aku sangat sulit
mengatakan apa-apa lagi …
tetapi satu …, aku sangat sedih mas ….
Sebetulnya aku suka sama mas …
Tetapi kenapa mas nggak suka sama aku mas …?”

“ Rina… aku sudah katakan kepada mu …
aku cuma membimbing mu …
kamu harus kawin,
dengan pacar mu nanti …
yah… Rina …?
Rina …, sayang ku
Manis ku…?”

“ Iya.. mas Mamad aku dengar …,
tapi aku rela mas …
sebenarnya aku rela …
biar mas menyetubuhi aku…!
walaupun aku tidak ada hubungan apa-apa
dengan mu…
Aku hanya ingin
memberikan kepuasan saja
kepada mu … mas …”

“ Tidak Rina …
tidak Rina …
aku tetap teguh
dengan kata – kata ku …
aku tidak biarkan
setan itu lewat di depan mu
dan di depan ku ….
Aku sudah kirim dia
dengan gelombang rasa…
Getaran rasa …
Getaran jiwa …
Itulah makanya …
Aku sungguh senang dengannya…

“ Mas mamad mulai hari ini,
saya akan selalu berdo’a …
aku akan selalu sembahyang lima waktu …
Ingin mendo’akan
untuk keselamatan mas Mamad
Ingin mendo’akan
mas Mamad sukses dalam berkarya
dalam mencipta dan dalam usaha
Sehingga mas Mamad
bisa membantu dara - dara manis yang lain
secara tulus dan ikhlas …”

Oh … aku pun ragu dengan kata-kata itu …
apakah itu kata-kata sindiran untuk ku?
Tidak ! dia tulus …
Dia seorang anak kecil …
Tidak mungkin akan berkata-kata…
bercabang seperti,
cabangnya pohon mangga …

Kata-katanya itu bagai
pohon palem yang tanpa cabang
dia selalu akan lurus naik ke atas
dan tidak pernah punya cabang
seumur hidupnya …
Pohon itu namanya ‘Palem Raja’ …
Palem raja itu tubuhnya kurus
dan selalu membengkak
setelah dia umur dewasa…
Membengkak … membengkak …
saat dia sudah cukup umur …
Itulah do’a yang diberikan oleh Rina
Kepada mas Mamad…

“ Terima kasih Rina … kamu telah mendo’akan ku begitu khusuk … begitu indah …
begitu dalam artinya …
mudah – mudahan do’a mu …
selalu menyertaiku …”

Dan aku bisa membimbing mu
sampai kamu selesai sekolah nanti…

*

Akhirnya aku sampai di Jakarta …
Aku pun biasa bekerja …
Dia pun selalu menghubungiku melalui sms …!

“ Mas Mamad apakabar… ?
aku rindu mas sudah seminggu tidak ketemu … mas Mamad abangku …
mas kakak ku …
mas Mamad aku selalu rindu dan rindu …
bantulah aku mas Mamad
aku belum membayar sekolah nih …
kalau tidak aku tidak boleh ujian …
ini aku sudah ujian akhir lo mas …”

“ Ok … berapa nomor rekening mu
aku akan bayar …”
“ Oh ! rekening ku di Bank Bumi,
nomor rekeningnya 1200654987…”
“ Aduh sayang … sayang … Rina …
aku tidak punya rekening di Bank Bumi
aku hanya punya rekening di Bank Bahana, buatlah rekening disana,
nanti aku transfer melalui ATM ku …
ok sayang …”
“ Ok … mas terima kasih mas …
besok transfer ya…”
“ Ok…!”

Aku transferlah uang untuk Rina …
Dia bisa ujian …
Dan aku yakin tahun depan dia akan lulus ….
Dan aku akan hadiahkan,
sebuah kasur untuk kadonya…
seperti ada didalam lirik lagu ‘Manis Ku’ itu …

*

Dia telpon aku…
“ Mas aku mau Married lo mas…”
“ Oh…gitu ? Ok…”
“ Tapi gimana ya, suami ku gajinya kecil …
dia belum punya rumah …”

“ Ya… sudah nanti aku bantu kamu,
tapi jangan sampai berlama-lama
aku bantu kamu … !
selama satu tahun lagi aku bantu kamu ya …!!”

Dia senang sekali …
dan dia jalan – jalan ke plaza senayan…
tiba – tiba …
tidak ada angin dan tidak ada hujan
seorang dara manis memukul bahunya
thok….!!!
ktepak ! ktepok !!
“ kurang ajar kamu yah …!!!”
kata Nina…
Ternyata Nina …
Nina rambutnya pendek seperti bencong …
Marah – marah kepada Rina
“ kurang ajar kamu !!!
kamu telah merebut Boy kekasih ku…!
Aku sudah dapat berita
kalau kamu tidur dengannya !
dan kamu merebut hatinya …
dan sampai sekarang
kamu masih berhubungan dengannya !”

“ Nina …aku tidak mau
berbuat seperti itu tahu ?!
cowok kamu itu gatel…
tahu nggak !
suruh garuk dulu !
cowok mu itu gatel !
dia merayu ku …
dia membawa ku ke sebuah hotel …
dia meraba-raba ku …
dia berbuat sesuatu untukku…,
bukan sejak itu saja …
sejak kamu dulu …
bersenggama dengan dia,
akupun sebetulnya sudah digodanya …
aku juga dihimpitnya …
dengan pahanya …
sungguh kurang ajar dia tuh !
Jangan salahin aku dong !
Saat itu kan memang aku lagi terangsang…
Ya aku mau dong …kata Rina
Coba dia nggak merangsang aku …
nggak mungkin dong aku terangsang …
aku kan Cuma seorang perempuan …”
kata Rina cablak.

“ Ha… ha… ha…”
Rina tertawa cekikikan
sambil ngeledek dia …
“ Nina ! kalau kamu mau berantem
sama aku ?!
Ayo ! kita berantem disini !”
Akhirnya mereka berantem …
Tunggang langgang orang di sekitar dia…
ingin memisahkan dari gumulan dua dara,
yang sangat bersejarah … karena apa ?!
Karena pertama sekali,
di Plaza itu
ada dua orang dara manis
bergumul – gumul
berantem bagaikan anjing …
yang bergumul dengan kucing ….
Yang merobek – robek kulitnya …

Sungguh tidak pantas…
kata orang disebelah itu …
Perempuan secantik itu kok,
bergumul – gumul seperti anjing dengan kucing ?
Ada apa dengan dia…?
Karena yang tahu adalah dia…
Berdua darah manis itu !
Akhirnya satpam datang melerai …
dia pun malu tersipu – sipu
Akhirnya Nina lari …

Dia lari …
Dia langsung menghampiri sebuah kafe …
Dari kafe itu Rina menelpon Boy …
“ Boy… kurang ajar !
betul rupanya yah !,
aku pancing tadi si Rina
dia ngaku tidur dengan mu…
padahal aku pancing …
kenapa bisa begitu ? …
kenapa ?! …..
kenapa?!!
Aku tidak mau tahu !
dengan mu kenapa?!
Aku putus hubungan,
dengan kamu sekarang juga !
Sudahlah…
kamu pacaran sama Rina yang jelek itu !!!
Aku tidak peduli dengan kamu lagi…
Kita putus hubungan !
Kita putus !!
Kita putus !!!”

Ternyata alisnya Nina sobek dicakar oleh Rina
Maklum Rina badannya lebih besar
dan lebih tinggi …
Saat pergumulan itu satu nol untuk Rina …
Boy akhirnya marah dengan Nina…
Diapun putus hubungan dengan Nina…

Saat itu juga Rina mendapat telpon dari Boy…
“ Oh sayang …
kenapa kamu ceritakan hal itu,
kepada mantan pacarku Nina…??
kenapa ??…”

“ Karena begini Boy….?!
Aku itu yah…
sebetulnya tidak mungkin menceritakan,
tapi dia menuduhku seolah – olah dia sudah tahu kejadian itu, makanya aku ceritakan …
aku nggak bisa ngibul lah…kata Rina…
Jadi aku cerita semua … Boy!”

Ya sudah …
nasi sudah menjadi bubur…
biarkanlah…
angin berlalu dibawa …
ke langit nun jauh kesana…

Ketika itu juga Boy,
ingin lagi ketemu Rina…
Tetapi Rina tidak mau
karena dia telah dibuat malu oleh Boy…
dan oleh kekasihnya Boy saat itu…

“ Boy … aku tidak bisa melupakan
seumur hidup kejadian itu,
karena kejadian itu
sangat memalukan diriku
sehingga aku malu …”

“ Oh gitu…?!”

“ Aku patah hati dong…”

“ Dasar buaya lu Boy…lu kan playboy…
Nama lu aja udah Boy…
elu kan playboy…
ganti dulu nama lu,
baru aku mau kawin dengan mu…”

Aku ledek dia seperti tu…
Rina sambil cekikikan lagi …
ngeledek Boy…
Boy dasar orangnya playboy…
Dikasih kata-kata yang tidak sopan pun
dia tetap menjadi playboy …
dan playboy …

Boy… tetap ingin mendekati Rina…
“ Jangan begitu dong Rin…,
udahlah kalau gitu kita ketemu yuk?!
Kita nggak usah ngapa-ngapa’in,
tapi kita hanya ngobrol aja…”

“ Ah kamu tuh kalau ngobrol …kan aku tahu…,
tanganmu kemana-mana !
menggerayangi tubuh ku…
kamu memang setan! Boy …
Setan alas!
Kamu memang cocoknya di hutan Boy!
Kamu kawin sama babi hutan, baru cocok Boy…!
Hati mu selalu ingin menaklukkan
dara – dara cantik seperti aku …,
janganlah boy … aku akan kawin…”

“ Boy… tapi aku tidak akan mengundang mu…
karena kamu bisa membuat aku khilaf…”
aku sebetulnya masih teringat
kejadian buruk itu …

Tidak lama kemudian …
Rina pun mematikan telponnya,
karena muak dengan kata-kata Boy

*
Rina pulang ke rumahnya …
di suatu tempat indekost,
di kawasan Jakarta Timur itu
telah dipenuhi oleh kasur,
yang dijanjikan oleh Mamad…
ternyata Mamad telah mendahuluinya, memberikan kado sebelum dia kawin …,
dia memberikan kado Rina
sebuah kasur yang empuk …,
per-nya pun tidak bunyi,
walaupun ada goyangan apapun
yang menimpa kasur itu …!

Rina merencanakan perkawinannya bulan depan,
tetapi karena ada sesuatu hal
perkawinannya tertunda…
Tertunda menjadi tiga bulan lagi…
dia pun akan melangsungkan perkawinan
secara sederhana saja …
karena sekolahnya belum selesai…
sekolah Rina selesai,
kurang lebih enam bulan lagi …

Biar aku tidak menggoda istri orang,
nantinya ...
Lebih baik aku berikan uang
untuk menyelesaikan kuliah itu sekarang juga …
pikiran Mamad saat itu berkata demikian.

Mamad memeberikan segepok uang
di amplop coklat besar untuk dia …. Rina
untuk menyelesaikan sekolahnya …,
karena aku tidak mau ketemu dengannya karena dia akan married dengan kekasihnya …
tapi dalam hatiku kasihan…,
kenapa dia married dengan kekasihnya,
yang tidak mampu membiayai dia…
itu sangat ku sesalkan …
tapi jodoh ada di tangan yang diatas …
pikirku demikian…

Mamad agak batuk,
ketika dia mengatakan kata – kata itu …
Batuknya merupakan sisa batuk
yang ada pada saat dia menangis tadi …

oh … dia telah married
dengan seorang berdarah minang …
mudah-mudahan dia bisa berbahagia
dan bisa mengisi waktunya untuk bekerja
dan bekerja dan bisa hidup layak
di bumi persada ini…

Tiada kata yang dapat kuucapkan padamu Rina …
Selamat berbahagia….
Semoga kebahagiaan itu …
ada di dalam dirimu berdua
sampai mati …

Kesuksesan kamu bisa kamu raih
dengan kerja keras bukan dengan khayalan … bukan dengan kata-kata …
Bukan dengan hinaan …
Tetapi dengan kerja keras penuh kedewasaan …
Saat itu kamu akan berbahagia …
Karena kebahagiaan itu tidak akan datang dengan sendirinya…
Tetapi dengan usaha yang keras…
Aku nasehati dirimu…
Berbahagialah ….
Cintailah suamimu …
Cintailah keluarga suamimu …

Demikian juga sebaliknya
suamimu harus mencintai keluarga mu
dan harus mencintai kamu dengan tulus…
harta bisa dicari, tetapi cinta tidak bisa dicari Rin…!

Tetapi cinta itu bisa punah,
kalau harta yang dicari tidak ada …
itu filosofi yang sangat berguna
dan sangat berarti untuk mu…
Maka bekerja keras lah …
Sehingga kamu bisa sukses dan sukses selalu …
Nasehat itu yang bisa kuberikan
sebelum aku berpisah,
berteman dengan mu …
karena pertemanan ini tidak bisa dilanjutkan,
kalau kamu sudah berkeluarga,
bisa-bisa aku meruntuhkan
pilar – pilar keluarga mu nanti …

Untuk itu perkenankanlah
aku mengundurkan diri
dari pertemanan ini,
tanpa suatu embel apa-apa…

Begitulah sifatku,
yang bisa kamu impikan …
Di saat kamu mimpi
teringat dengan ku …

Bayangkanlah disaat kamu bisa
membayangkan diriku …!
Renungkanlah …
saat kamu merenungkan ku
itulah kata-kata yang
yang kuberikan dengan mu,
kata – kata penuh arti …
penuh dengan keindahan,
kesucian,
kesetiaan,
tanpa membuat dosa…
untuk aku dan untuk mu…

*

Demikian kata – kata hatiku …
yang penuh dengan citra rasa,
bahagia menangis bersama
di dalam pelukan mu
Rina manisku ….
Dara manisku …
manisku dan manisku ….
Untukku selalu
dan untuk mu
untuk diriku selalu….
Amin…

***