Senin, 27 April 2009

ENGKAU YANG BUAT

Siapa yang berbuat? Engkau yang buat! Apa yang telah kau buat? Tanya saja dengan dirimu sendiri! Nanti akan tahu sendiri, siapa yang berbuat dan apa yang telah dibuat!!
Apakah engkau merasa telah memasung hati orang? Orang yang ingin berkreasi dan bekerja secara bebas dan orang yang mempunyai jiwa seni yang dalam?

Jadi perjalanan hidup semua orang, Tuhan yang mengatur, tapi aturan Tuhan seolah seperti mengalah dengan kekerasan hati seseorang yang mau menang sendiri, egois, pencemburu dan suka mengatur terlalu dalam, bukan hanya mau memasung kaki, bahkan dia telah memasung kreatifitas seseorang atau lebih dari itu, tetapi yang paling sakit dirasakannya adalah ketika dia dipasung hatinya!

Berapa lama dia telah dipasung? Yah lumayan… kurang lebih 18 tahun lamanya! Delapan belas tahun ?? Apakah dia tidak mati dipasung selama itu? Oh tidak… dia tidak mau mati, karena dia tetap makan, dan kadang-kadang mencuri makanan enak di luar, ketika yang memasung sedang meleng dan lengah!

Apakah kamu dipasung dengan rantai yang kurang kuat sehingga kamu bisa keluar rumah dan mencuri makanan di luar? Bukan begitu maksud yang sebenarnya. Sebenarnya yang telah dipasung adalah hatiku, sehingga aku tidak dapat bekerja dengan benar dan tidak dapat berkreasi dengan baik, bahkan hatiku, badanku, dipasung agar tidak bisa menemui keluargaku sendiri, bahkan untuk menemui ibuku juga sulit dan ada perasaan takut dibuatnya! Dosakah dia yang membuat kamu begitu?? Aku tidak tahu …. tidak tahu..!!



Apa akibatnya? Mungkin dia akan kesepian selamanya, karena dia ditinggal sendiri oleh orang terdekatnya!! Tapi, apakah kamu dosa meninggalkannya? Oh… tidak dosa! Daripada aku gila tidak bisa berkreasi dan mati berdiri, lebih baik aku melepas pasungan yang telah dia berikan kepadaku!

Bagaimana caranya kamu melepaskan pasunganmu itu? Ah, gampang saja … kabur dari rumah, agar bisa menghirup udara segar! Apakah kabur yang kamu lakukan saat itu juga, ataukah dengan cara coba-coba dulu! Oh iya… betul sekali! Aku telah kabur dari rumah karena sudah tidak tahan dan depresi berat. Aku kabur 3 kali dari rumahku, sebelum aku kabur beneran dan pisah untuk selamanya!

Temanku yang baik, coba ceritakan apa yang sebetulnya terjadi pada dirimu? Apakah kamu seorang psikiater, menanyakan seperti itu? Bukan, aku bukan psikiater juga bukan psikolog, aku hanya sekedar ingin tahu apa penyebab kamu kabur dari rumah sebanyak 3 kali, dan merasa dipasung selama ±18 tahun?

………………………………..

Dede seorang Insinyur, tahun delapan puluhan baru menjadi seorang sarjana. Dia masih bersahaja dan dari kecil adalah anak yang penurut, tekun dan penuh kemandirian.

Dia memberanikan diri berangkat sendiri ke Jakarta dengan kereta api dan tinggal berpindah-pindah dari rumah ke rumah, dan akhirnya dia merasa mantap untuk kuliah di sebuah universitas di kawasan Jakarta Barat. Dia indekost di dekat kampusnya.

Anak yang sejak kelas 4 SD sudah ditinggal oleh ayahnya, merasa hidupnya tidak pernah merasakan sentuhan mendalam dari ayahnya! Ibunyalah yang sangat perhatian dan bertanggung jawab penuh untuk membimbing dan membantu dia untuk menyelesaikan kuliahnya di Ibukota.

Yang terpenting di sini adalah bagaimana kita mengamati Dede, seorang sarjana teknik mesin yang dalam pergaulan sehari-harinya cukup keras, karena cara kerja teknik mesin sangat jauh sekali dari bidang seni yang indah dan lembut. Lain halnya dengan teknik seni rupa maupun teknik arsitektur!

Dalam rentang perjalanan hidupnya, ia sesungguhnya tak dapat lari dari gairah berkesenian yang membara dijiwanya. Apalagi ketika rasa keterpasungannya semakin mengkristal, setelah sekian lama tertekan, mengalami depresi yang cukup berat, sakit hati, terluka didalam diam, maka ia tidak dapat mengungkapkan rasa cintanya terhadap kesenian dan kebudayaan.

Ia memang pendiam, cenderung kurang bergaul. Tetapi lama kelamaan muncul rasa berontak yang mulai menyeruak disela-sela kesenyapannya. Sesekali ia mulai bergaul di luar rumah dengan membuat berbagai alasan dan berbohong kecil-kecilan, karena ada rasa takut jika pulang terlambat dari kantor, maka hal itu akan menyebabkan pertengkaran dan ia tidak menginginkan hal itu terjadi, karena ia sangat menyayangi putri semata wayangnya, Dina, cantik seperti ibunya tetapi aura dan sifat-sifatnya seperti Dede, papanya.

Tekanan besar dan sering terjadi, biasanya disebabkan oleh hal-hal sepele misalnya, pada suatu minggu yang cerah … Dede berniat mengajak putrinya berjalan-jalan.

“ Dina … Dina … dimana kamu ? “ panggil Dede sambil melongok keluar rumah.
“ Disini papa “ Dede tersentak karena Dina menubruknya dari belakang.
Dengan gemas Dede mencubit pipi anaknya seraya memeluknya dengan penuh kemesraan.
Kemudian mereka duduk berhadapan, Dede berpikir sebentar …
“ Papa punya ide, seandainya hari ini kita jalan-jalan ke mall, asyik nggak?”
Dina serta merta melompat kegirangan, penuh kegembiraan ia melesat terbang kekamarnya “ Dina ganti baju dulu ya pa …. !! “ teriaknya sambil berlari.
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar, membuat Dede tersentak kaget,
“ Kalian mau kemana ?!!! “
Istri Dede, Oti sudah berdiri dibelakang, sambil bertolak pinggang.
“ Aku mengajak Dina jalan-jalan ke mall, kan sekarang … “ Belum selesai kalimat jawaban Dede, Oti sudah menyambungnya dengan pedas,
“ Memang siapa yang mengijinkan kalian keluar rumah ? “
“ Oti, sekarang kan hari Minggu, apa sih salahnya kami ….”
“ Jawab dulu !! “ teriak Oti “ Siapa yang kasih ijin ? “
“ Sabar Ti, kan hanya ke mall …”
“ Tidak bisa !! Tidak ada ke mall, Tidak kemana-mana !! “

Diam-diam Dina keluar dari kamarnya, lewat sudut matanya Dede menangkap gerak anaknya dari balik kaca. Dina tersayang mengendap-endap ketakutan.

“ Oti sayang, kasihan dong sama Dina … “ Dede berusaha membujuk istrinya.
“ Pokoknya, tidak !! Asal kalian tahu ya, akulah yang berhak memberi izin, bisa atau tidaknya kalian pergi hari ini.. ngerti nggak ? “
Dede menghela nafas dalam-dalam, dan Dina mulai terisak.. kekecewaan nampak jelas pada matanya.
Air mata Dina lama kelamaan menimbulkan keberanian pada Dede, tiba-tiba Dede berjalan dengan cepat, menggandeng Dina dan lari menuju mobil.
Oti terhenyak sesaat, tetapi ia terdiam dan tidak berusaha mengejar, ia membiarkan ayah dan anak itu kabur.

Sambil berteriak dari mobil, Dede memanggil pembantunya untuk membukakan pintu pagar, dengan tergopoh-gopoh si pembantu mendatangi Dede seraya menunduk tak berdaya
“ Maafkan saya pak, pagar depan tidak dapat dibuka … “
“ Mengapa ?? “ teriak Dede
“ Kunci gembok dan rantainya dipegang ibu … “
Dede memukul stir dengan jengkel dan mendengus “ Hhhh … Oti !!”
Melihat ayahnya yang mulai putus asa, tangis Dina pun merebak… lirih, tertekan dan terdengar menyakitkan.
Dede keluar dari mobil dan menghampiri Oti
“ Mana kunci gemboknya? “ Tanya Dede
“ Tidak ada yang akan bisa membukanya tanpa ijinku “ bentak Oti
“ Mana kunci gemboknya Oti … “
“ Sudah kubilang, tidak, tanpa ijinku !! “ suara Oti semakin meninggi
“ Berikan padaku Oti !! “
“ Tidak akan kuberikan padamu !!! “
“ Oti !! … please … “
“ Jangankan kamu, pembantu pun tidak boleh keluar rumah ini tanpa ijinku, mengerti atau tidak ? “ Jerit Oti keras-keras.

Tangis Dina semakin keras, lewat kaca jendela mobil Dede melihat anak tersayangnya menderita, hati Dede terpukul .. hal buruk semacam ini seharusnya tidak terjadi didepan mata anaknya, semestinya Dina tidak perlu selalu menjadi saksi dari pertengkaran kedua orang tuanya …

Demikianlah, Dede kembali mengalah … demi Dina, demi belahan hati yang sangat dicintainya. Karena sekam sewaktu-waktu dapat menjadi bara, tinggal menunggu waktu saja .. bara itu akan meledak dan berubah menjadi api yang panas… tiada seorangpun yang dapat membendungnya.

Suatu saat Dede minggat dari rumahnya selama kurang lebih satu bulan. Karena dia kangen dengan putri tersayang, akhirnya dia pulang karena dicari terus oleh istri dan anaknya. Dede luluh hatinya dan pulang ke rumah dengan hati iba dan duka!

Dede mencoba lagi bertahan untuk hidup rukun dan tenteram, perasaan tenang, akan tetapi hidup wajar dan nyaman dirasakan paling lama sekitar 3 bulan, setelah itu tekanan-tekanan mulai datang lagi sehingga percekcokan, pertengkaran dan ketidaknyamanan mulai terasa mencengkram. Dede cuma bisa bertahan 3 tahun di rumah, dan akhirnya dengan berat hati Dede minggat lagi, tetapi kali ini minggatnya lebih lama lagi, selama 3 bulan Dede hidup berpindah dari hotel ke hotel dan kadang-kadang tidur di rumah saudaranya. Hidupnya saat itu seperti buronan, tidak berani keluar rumah, karena dia diburu, membuat perasaannya selalu takut kalau melihat orang dan jiwanya sangat tertekan.
Sehabis 6 bulan bisa menghirup udara bebas sambil merasakan ketakutan yang luar biasa, toh akhirnya Dede menyerah dan dijemput pulang oleh istri dan anaknya. Dede ditemukan di rumah adiknya di Jakarta Selatan. Dede kembali ke rumahnya dan bisa bercanda dengan anak kesayangannya, Dina. Dina sangat bahagia saat papanya pulang ke rumah, dia juga sebenarnya sangat dekat dengan papanya, karena papanya selalu memanjakannya.

“ Papa, boleh nggak Dina minta sesuatu sama papa … ? “
Dina menggelayut manja didada Dede, ia melihat bola mata yang jernih dan penuh dengan harapan
“ Tentu sayang, semua akan papa kasih buat Dina, asal hati Dina menjadi senang dan bahagia “
“ Jangan pergi lagi dong pa … Dina senang kalau papa ada dirumah “
Hati Dede tersengat, hatinya mulai menangis.. Dia peluk anak cantiknya dengan segenap rasa cinta
“ Ya, sayang, papa nggak akan pergi-pergi lagi. Papa akan temani Dina terus sampai besar, sampai saatnya tiba ya … “ lirih suara Dede mengucapkan janji pada anaknya, dan mereka berpelukan lama sekali.

Perjalanan hidup Dede makin getir dan tidak menentu, karier terus berjalan, tetapi berjalan di tempat, karena kesempatan untuk bergaul dan berusaha jarang sekali ditemukan, karena setelah minggatnya yang kedua, dia belum juga menemukan kebebasan berekspresi. Dia jalani hidup ini dengan sifat-sifat air, dia tenang dan mengalah, menuju tempat yang lebih rendah, mengalir terus tanpa henti, walau ada batu karang dan badai yang menghempas di sekitarnya, dia tetap tenang dan menunggu saatnya tiba, saat dia akan bebas dan sampai ke tujuan, agar bisa hidup tenang dan berkarya. Oh… rasanya bosan aku bercerita, karena kehidupan yang demikian seperti sudah terbiasa. Klimaksnya, Dede kembali ke kehidupan rutin dengan cara minggat, dilalui seperti air mengalir, juga tanpa beban yang luar biasa, walau pun perasaannya menjadi setengah gila, karena dia tidak bisa merasakan hidup yang teratur, senang dan bahagia.



Saat inilah Dede berani memutuskan untuk bercerai resmi. Pengadilan Jakarta Selatan telah mengetok palu. Akhirnya Dede dan istrinya telah resmi bercerai.

“ Tetapi peristiwa paling tragis dan yang paling menyedihkan adalah saat palu diketok, anakku yang sangat kusayangi nangis meraung-raung dan memelukku kuat-kuat, saat anakku menangis, aku jadi teringat setiap peristiwa saat aku masih serumah dengan keluargaku, saat geledek amarahnya suasana jadi mencekam, anakku menangis meraung-raung…!”

“ Papa janji sama Dina… Papa sudah janji sama Dina … !! “
Tangis Dina sambil mendekap Dede
“ Papa jangan pergi … Dina sama siapa kalau papa nggak ada ? “
Air mata Dede menggenang dipelupuk mata, mengapa keperihan terus datang?
“ Ayo pulang pa… pulang sama Dina, pulang kerumah … ya pa .. “
Dina meraung dipelukan Dede, dan air mata pun tumpah

Betapa sedih dibuatnya, suasana menjadi sedih, pelukan Dina sangat kuat, Dede digiring ke mobil oleh anaknya dan akhirnya ikut pulang ke rumah, tapi detik itu pun ia sebenarnya sudah resmi menjadi seorang duda.

“ …….. Air terus mengalir dan akhirnya akan bermuara ke laut, dia terus mengalir dan mengikuti arus dalam kesendiriannya. Sayang saat itu anakku masih kecil dan belum dewasa sehingga aku belum berani meninggalkannya dari rumah, takut dia jadi sakit, dan jiwanya terancam ……… “.

“ ……… Aku dengan sabar merawat lagi anakku di rumah, karena statusku sudah bercerai, aku hidup serumah, tapi aku tidak sekamar dengan mamanya. Kehidupan di rumah itu tetap ada bara, tetapi tidak begitu kelihatan karena suasananya cukup tenang. Yang terpenting kini tidak ada satu orang pun bisa menekan aku lagi, karena aku statusnya sudah duda ………….. “

Kehidupan menjadi lebih tenang dan bahagia karena walau sudah cerai, Dede tetap bisa memeluk anak yang paling dia sayangi. Tapi akhirnya jalan terbaik jugalah yang disepakati oleh pasangan Dede dan Oti, keputusannya adalah berpisah untuk selama-lamanya. Kenapa sekarang dia bisa ikhlas berpisah? Karena Dina, sudah nun jauh di sana, Dina saat ini sekolah di Amerika.

Dina juga telah menyetujui perpisahan Dede dengan Oti, inilah jalan terbaik yang harus dijalani oleh pasangan Dede dan Oti. Kalau tidak, apa yang akan terjadi?? “ Aku bisa jadi gila, karena saat aku masih bersamanya, aku masih setengah gila …,” aku Dede saat ditanya oleh temannya. Walaupun sebelumnya pernah rujuk lagi dan masih tinggal serumah, akhirnya niat Dede tetap bulat untuk berpisah. Perpisahan Dede dengan Oti dilakukan dengan baik, bahkan disaksikan dengan surat perjanjian di Notaris Jakarta.

Saat ditandatanganinya surat perjanjian di Notaris, Dede mengatakan sesuatu dengan penuh perasaan, disaksikan Dina “ Oh… Oti sebagai rasa cintaku kepadamu, aku serahkan yang aku punya kepadamu…. Aku meninggalkan kamu, sebagai tanda cintaku kepadamu , dan kita akan tetap berkomunikasi, demi kebahagiaan anak kita .. “

Detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, dalam kesendiriannya, Dede tetap cinta akan budaya dan terus berkarya untuk bisa mengimplementasikan seluruh cita-citanya di bidang seni dalam suasana bebas dan damai, sampai ke alam fana!!

Alam akan membantu Dede dalam berkarya, karena alam telah memberi dia inspirasi, yang telah melekat di jiwanya, untuk membuahkan karya-karya besar dan berkharisma! “ Oh… alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, bantulah aku dalam membuahkan karya-karya seni… dan berilah roh untuk semua hasil karya-karyaku, sehingga bisa berbobot dan bisa menjadikan karya-karya itu berguna bagi masyarakat umum sehingga dapat dinikmati dan dipelajari bagi para pencinta seni di negeri ini “.

Empat tahun adalah waktu yang cukup lama untuk merenung dan kebebasan kumanfaatkan untuk mengenang masa lalu, melalui kesepianku, karena aku selalu sendiri. Dan di kala sepi aku termenung, aku coba untuk membuahkan karya-karya tulis berupa lirik lagu, puisi dan novel.

Ratusan karya telah kutelurkan dalam kurang lebih selama tiga tahun, karena yang satu tahunnya lagi aku istirahat total dari rasa duka yang telah kualami selama 18 tahun. Siapa yang kuat mengalami duka dan depresi selama itu? Jawabannya adalah sabar! Kesabaranlah yang menjadi benteng seorang Dede untuk bertahan hidup dalam rasa setengah gila.

Banyak karyanya yang bernuansa sedih, alam, sepi dan cinta, karena hal-hal tersebut menambah inspirasi untuk dapat menciptakan suatu karya yang indah dan mengalir polos apa adanya, seperti sifat air mengalir terus menerus, tiada henti. Semua lirik lagunya bercerita, demikian juga dengan novel-novelnya. Dimana setiap judul lagu adalah judul novel atau cerpen yang telah dihasilkannya.

Ada satu hal yang sangat dalam maknanya, ketika kretifitasnya terpasung selama 18 tahun, dia tidak bisa membuahkan karya apa-apa untuk kepentingan seni. Dia hanya sebagai pengusaha, dimana belum ada kebanggaan yang berarti selama dia sebagai pengusaha. Dia hanya berhasil menanggung dan membesarkan anaknya saja.

Tetapi ketika dia bebas terbang dan keluar dari jeruji besi, yang menghimpit semua kreasi seni yang dimilikinya, dia menjadi lebih tenang. Setelah satu tahun masa kebebasannya itu, dia masih belum bisa mencari bentuk hati yang terkandung di dalamnya, dia saat itu hanya punya angan-angan, tapi belum bisa membuahkan karya-karya seni. Dalam perjalanan hidupnya, di saat dia telah bebas selama 4 tahun, akhirnya semua perasaan, curahan hati, dituangkan dalam kertas putih, berkat sekian lama sendiri dan sendiri. Akan sendirikah dia sampai mati? Saat itu waktu yang baik untuk bersemedi dalam cerita dan duka, kata Dede dalam hati. Kenangan dan bayangan itu datang dan pergi, kisah-kisah dulu itu mempunyai makna sangat dalam.

Akhirnya pada tanggal 29 April 2004 jam 10.31 pm, Dede yang telah tenang, yang jiwanya mengalir seperti air, telah menciptakan sebuah karya curahan hati yang paling dalam, berupa puisi berjudul:


“ENGKAU YANG BUAT”


Kesabaran, kebaikan, kejujuran, ketulusan, tidak ada artinya untukmu…
Sejak aku mengenalmu… gelombang prahara, duka, murka amarah, gaduh, gemuruh suaramu membuat suasana sungguh mencekam dan membuat aku setengah gila… sayang anakku saat itu masih lugu dan sayu… aku tetap mengalah… menanti saatnya tiba….

Aku sayang sama anakku yang selalu tersipu dan menangis meraung-raung… saat geledek amarahnya gara-gara aku… sekedar telat datang dan pulang ke rumahku yang bagaikan bara dan bara merekah di sekitarnya….

Akhirnya anakku sudah tahu apa yang terjadi diantara kami bertiga… anakku kini sudah nun jauh di sana.. suatu pertanda petaka rumah tanggaku akan menemukan kebebasan dan terhindar dari himpitan kepedihan yang selalu kualami… akhirnya aku meninggalkan kamu….
Tapi aku selalu bertanggung jawab kepadamu… kuberikan segala yang kupunya untukmu… sebagai tanda terima kasihku kepadamu…

Dalam mobil menuju rumah Rempoa
29 April 2004 10.31 pm


Sebetulnya kata-katanya sangat sederhana,tapi mempunyai makna yang sangat dalam, menusuk relung hati penciptanya. Mungkin ini merupakan puncak dari perasaan tertekan yang begitu lama dan klimaks dari kepedihan yang dialaminya, juga bias goncangan jiwa anaknya yang sangat luar biasa, sehingga dia menjadi sangat energik dan sedih hatinya ketika dia melihat orang tuanya berkelahi sedemikian dahsyatnya.

Ditilik dari judulnya “Engkau Yang Buat”, artinya kejadian-kejadian yang dalam dan menusuk hati itu seakan-akan bukan penciptanya yang buat; jadi yang buat adalah orang-orang yang suka menekan, keras, egois, suka ngatur dan selalu curiga dengan setiap gerakan atau tindakan yang dilakukan oleh pasangannya.

Jadi pengalaman itu sangat berarti untuk diriku yang dengan sangat sabar, menunggu sampai delapan belas tahun, hanya untuk sekedar berani berpisah dengan istriku. Aku menunggu anakku dewasa, sehingga tahu mana yang benar dan mana yang salah.

Dengan peristiwa itulah aku berani juga akhirnya berpisah dengan kekasihku yang juga istriku, yang sangat kucintai. Dan sebagai terima kasihku kepada nya, akhirnya aku meninggalkannya…!!

……………………………………………………

Teman Dede, Roni, pernah bertanya kepada Dede:
“Kenapa harus pisah dengan istri loe, De?”
“Begini Ron, daripada aku menjadi gila, lebih baik aku segera pisah, karena aku sudah tidak tahan, Ron!”

“Ah, masa’ sampai begitu?”
“Iya Ron, sekarang aku sudah setengah gila, jadi aku terpaksa melakukan hal ini ” jelas Dede
“Ya sudah, … tabahkan hatimu dan loe harus selalu ingat akan kebaikan istri loe, De..!”
“Iya… pasti Ron! Aku sebenarnya sangat sayang dengan dia, dan aku tetap berhubungan dengan dia untuk bisa sekedar curhat dengannya mengenai perkembangan anakku di Amerika…”



“Mulai kapan sih anakmu di Amerika?”
“Sejak tahun 1997, Ron… dan sejak akhir tahun 1998 aku telah memutuskan hubungan dengan mama anakku, yang sangat kusayangi!”
Dede menghela nafas dalam-dalam, pertanda ia sakit mengenangnya
“Sangat sayang … , kok tega pisah dengan dia?” tanya Roni lagi
“Tadi kan aku sudah katakan, lebih baik aku pergi daripada aku gila atau mati, Ron…!”
Roni mengangkat bahunya, tangannya memegang bahu Dede kuat-kuat
“De, semoga loe tabah dan tetap bisa berkomunikasi dengan istri dan anak loe..!!”

“So pasti, Ron…! Aku selalu berhubungan dengan istri dan anakku”
sambung Dede seraya menatap mata sahabatnya dengan penuh arti,
“ Dan aku sudah memberikan apa yang dia minta melalui Notaris, jadi aku sudah plong karena selalu bertanggung jawab kepadanya, kalau ada kesusahan dalam hidupnya! Malah kemarin rumah yang kuberikan kepadanya mendadak sebagian atapnya pada rubuh, toh aku juga yang membantu untuk membangun kembali rumah itu!”
“Kenapa bisa begitu, De…?”
“Wah… itu ceritanya lebih tragis lagi, Ron!” suara Dede meninggi
Roni menjadi tertarik, dan kembali bertanya,
“Kapan kejadiannya, De?”
“Bulan Januari 2002, dan aku pasti tidak akan pernah lupa dengan kejadian itu… mungkin itu merupakan peringatan untuk dia yang selalu berang, marah dan ngatur, walau pun aku sudah pisah dengannya! Dengan perasaan sedih, marah, duka, sepi dan rindu, akhirnya dengan berat hati aku terpaksa mencurahkan isi hatiku agar menjadikan pengalaman yang berharga untuk dia dan untuk siapa saja yang ingin berkuasa dan tidak tahu diri…”

Dede menggelengkan kepalanya beberapa kali, Roni juga jadi ikut-ikutan.
“Ok deh, De… boleh tau ceritanya mengenai apa sih?”
“Mengenai kejadian yang menimpa rumahnya itu!” kata Dede..
“Oh… gitu, tapi kayaknya setahu gue dia kan sangat baik dan rajin ibadahnya “
“Emang Ron, gue pun tahu itu, tetapi di balik itu tidak ada orang yang tahu mengenai sifat-sifat buruk yang dia miliki!”
“Jadi siapa saja yang tahu akan sifat-sifatnya itu?”
“Yang tahu cuma aku dan dirinya sendiri, Ron…!”

Dede tersenyum, kepahitan masih mengambang jelas disudut bibirnya.
“Tapi Ron, terus terang saja… semua orang pasti punya kejelekan dan kebaikan. Aku juga punya sifat-sifat jelek, tapi tidak keterlaluan. Aku jujur aja Ron, dia juga punya sifat yang baik juga, tetapi tetap aja jalan yang terbaik untukku adalah …., aku harus pisah dengan dia, demi kebaikan bersama”
“Oh… begitu masalahnya… terus bagaimana mengenai peristiwa tragis itu?”
“Ya itu tadi, akhirnya aku buat syair dan karya seni untuk memberi peringatan padanya, dengan tulisan dan curahan hati dalam mimpi atas kejadian itu;


Di kala orang diam… mengertilah dan sabarlah…
Janganlah orang yang tulus dan baik
dianggap curang dan berkhianat…

Berkali-kali kukatakan kepadamu, sabar…
percayalah kepada semua orang yang baik, sabarlah…
percayalah kepada dirimu sendiri…
janganlah percaya kepada orang lain…
yang justru akan membuat petaka untukmu…

Sejak aku berkenalan dengannya…
aku telah merasakan kepedihan yang mendalam…
kenang si Dede saat itu…
Dede selalu mengalah dengan Oti..!!




Oti, kenapa sih kamu tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang?
tanya si Dede…
Dia jawab, “emang gue pikirin…”
Oh… sungguh dia tetap tidak berubah…

Padahal Dede dengan Oti sudah pernai bercerai, dulu…
pada tahun 1994 yang lalu…
Sungguh ironis, Dede kembali lagi dengan istrinya…
justru saat palu diketok Hakim Pengadilan saat itu…

Tapi dasar si Oti sangat keras…
dan mau ngatur segalanya, sampai celana kolornya si Dede…
akhirnya Dede tidak tahan lagi, aku Dede saat itu…

Si Dede meninggalkannya …
tapi si Dede tetap berhubungan per telepon…
karena mereka berdua telah punya anak perempuan satu-satunya…
saat anaknya tinggal di Amerika…
biasanya si Oti selalu menunggui anaknya di Amerika..

Akhirnya telah disepakati bersama antara si Oti dan Dede…
telah bercerai di depan Notaris, melalui kesepakatan tertulis di Notaris…
dengan sedih… kesepakatan itu disaksikan oleh anak kandung mereka berdua…
sungguh anak itu cuek sekali…
karena sebetulnya dia telah setuju kalau orang tuanya bercerai…
dan dia telah mengerti dan iklas sebagai saksi saat itu…

Semua permintaan si Oti telah dipenuhinya…
sehingga resmilah si Dede dan Oti bercerai
melalui kesepakatan di depan Notaris…


Tiga bulan setelah kesepakatan itu…
tiba-tiba Oti mengundang Dede untuk datang ke rumah Oti…
dia mau mengundang makan si Dede…

“Pagi itu aku diundnag makan dengannya”, kata si Dede…
Oti manis tutur katanya saat mengundangku,
”Datanglah ke rumahku…
akan kusiapkan ayam dan hidangan yang enak..”
jelas-jelas kudengar tawaran itu…

Namun menjelang siang, dia minta tolong dibelikan ayam…
Kutertegun dan merasa aneh, karena dia bilang makasih…
Kukatakan.. terserahlah, aku diundang.. kok disuruh bawa ayam?
Aneh dan ajaib.. undangan semacam apakah itu…
atau sekedar basa basi sehingga aku ke rumahnya?

Akhirnya aku tiba di rumahnya…
perutku lapar dan mengharapkan makan yang enak…
Saat aku duduk di meja… ternyata makanan tidak ada…
Ayam goreng? Oh.. jauh!!
Mungkin belum dipotong oleh yang jual…
Sehingga aku hanya makan tahu, ikan dan sayur kangkung…
yang telah habis diacak-acak …
Oh.. sambil makan aku berkata…
Keterlaluan, tega amat..??

Setelah makan dia menyodorkan kertas segel yang harus kutandatangani…
Aku marah… diundang makan kok diberikan kertas segel…
yang nantinya bisa menyengsarakanku…?
Oh.. aku tidak akan menandatanganinya, kata si Dede…





Akhirnya terjadi percekcokan…
Aku pun jadi tidak bersahabat lagi…
Aku ngobrol dan rasanya ingin cepat-cepat pulang…
“Oh Tuhan… dia aneh dan ajaib..”

Tiba-tiba terdengar suara…
seolah-olah ada suara gaduh di atas genteng…
Oh Tuhan… aku sangat kaget..!
Atap telah sebagiannya ambruk dirumahnya…
yang baru saja direnovasi itu…

Oh Tuhan…kenapa dia disentil secepat itu…?
Aku menyaksikan kejadian itu..
Tobatlah… tobat…! Hati kecilku berkata begitu…

Kubantu mengeluarkan barang yang dapat diselamatkan…
Agar dia tidak banyak menderita kerugian…
Kuceritakan semua itu dihadapan kakaknya…
Aku menangis.. kenapa dia menekanku dan selalu menekanku…
Padahal… baru saja aku sepakat untuk membantunya..

Oh.. itu peringatan untukmu…
Percayalah… itu untuk kamu…
baik hatilah kepada semua orang… juga untukku…
Aku tidak jahat… seperti bayanganmu…
aku tidak akan lari.. karena kamu adalah…
mamanya anakku, Oti sayangku…!






Orang lain sering kubantu… apalagi kamu…
percayalah… tapi jangan ganggu aku lagi…
karena kita sudah sepakat untuk berpisah…
dan tak akan menyatu lagi…
karena kejadian ini sudah kualami dua kali denganmu…
tak mungkin kukembali kepadamu…
aku prihatin dan aku tetap ingin membantumu…

Oh Tuhan…
Mudah-mudahan segala dosa-dosanya dan dosa-dosaku dapat dimaafkan…
aku selalu berdo’a sehingga di masa yang akan datang…
bisa lebih mengerti dan percaya…
aku selalu akan membantumu…
kalau aku tetap mampu…
Oh… tapi jangan ngelunjak..!!

Tapi aku kasihan karena anak satu-satunya itu…
Nun jauh di sana…
Dia pasti akan sepi sendiri…
Tapi dia senang menyepi dan menepi…

Sekali lagi… tobatlah..!!
Berubahlah.. dan sayangilah anakmu itu…
karena dia anakmu satu-satunya…
untuk apa hidup ini tanpa anak..???

Berilah segalanya untuk anak itu…
semoga dia baik.. dan berubah…
untuk dirinya… bukan untuk aku…
semoga…


Tapi aku tetap baik dengannya…
aku membantu dia semampuku..
sehingga rumahku itu…
bisa cepat selesai diperbaiki…

Aku juga sampaikan kepada anakku…
Bahwa rumah yang ambruk itu sudah diperbaiki…
dan sekarang sudah selesai dan sudah bisa ditempati …

Mudah-mudahan dengan kejadian itu…
dia bisa baik…
Oh.. baiklah…
janganlah membuat aku sedih terus…

Dengarkanlah bisikan hatimu saat kamu sholat…
karena sebenarnya kamu orang baik..
tetapi dia telah dikalahkan oleh setan…
yang selalu ada dalam dirinya…

Kudo’akan semoga dia mendapat jodoh yang baik…
dan lebih baik dari si Dede…
dan dia bisa sabar dan tidak menyakiti suaminya kelak…
sekali lagi, bisakah orang seperti kamu itu
mempercayai dirimu sendiri…
Semoga… oh semoga dia bisa…
Kuucapkan salam penuh kenangan kepadamu…!!


“Yah.. begitulah tragisnya kejadian itu, aku merasa sangat sedih…”
Air mata mau menyerobot keluar mata Dede, hatinya sedih bercampur-campur sakit
“Kenapa hal itu bisa terjadi?”
Penuh perhatian Roni lirih bertanya,
“Aku tidak tahu, Ron! Semoga dengan kejadian yang sangat tragis itu, dia bisa dan makin mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa! Semoga dia mendapatkan kesehatan dan umur panjang, sehingga dia tetap bisa mengawasi anaknya di Amerika!”

…………………………………

Kejadian demi kejadian telah kualami, dalam berkarya sebetulnya, suatu imajinasi dan terkadang juga merupakan curahan perasaan yang terinspirasi dari kejadian-kejadian yang dialami maupun perasaan yang telah dialami dalam mimpi. Sebaiknya karya seni itu jangan diinterpretasikan yang macam-macam, sebaiknya diresapi, diolah, dinilai dan tidak perlu ditiru…!! Rasakanlah… dan nikmatilah…!

“De, puisi “Engkau Yang Buat” sungguh berat, dalam dan perih? Apakah itu curahan hatimu?”
Roni bertanya penuh rasa ingin tahu,
“Tidak sih … ! Mungkin itu merupakan perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dia hanya bisa diungkapkan dengan tulisan seperti itu! mungkin curahan dalam mimpi… Ron!”
“Berapa lama loe buat puisi itu?” Roni mencecer pertanyaan mengenai puisi itu..

“ Cerita lengkapnya begini Ron … , saat aku tinggal sendiri, aku selalu termenung dan perasaan sedih masih melekat di hatiku. Aku jarang sekali bisa tidur. Suatu ketika aku tidak bisa tidur selama 2 minggu, akhirnya aku sakit karena kurang tidur. Sejumlah dokter internist telah kukunjungi, hasilnya nol besar, karena sebenarnya yang sakit adalah perasaanku, bukan badanku, sehingga aku tidak bisa tidur nyenyak. Selama 2 minggu aku seperti tidur ayam, mata terkadang berkedip-kedip, otak kemana-mana, memikirkan sesuatu tanpa arah.

Segala macam obat dan vitamin telah kuminum, segala jenis obat tidur telah kuteguk, segala macam saran telah kuterima, namun aku masih tidak bisa tidur nyenyak. Apakah aku tidak bisa tidur karena aku tinggal di apartemen sendirian?? Aku coba untuk tinggal sementara waktu di rumah adikku, aku mulai merasakan kedamaian, kehidupan dan rasa nyaman dan pelipur kesepian mulai terobati, aku mulai bisa tidur, sakitku pun mulai pulih dan aku coba menjaga diriku dengan fitness agar badanku fit!”

“Kasihan deh loe, De! Kenapa loe ngga cari teman atau pacar, De?”
“Iya, aku pernah punya pacar dan teman dekat, tapi pacarannya tidak berumur panjang karena aku orangnya selalu ragu dan malu-malu! Kadang-kadang aku mau, tapi aku malu dengannya, Ron…”
Akhirnya Dede mau juga cerita, padahal hatinya maluu ….
“Ya repot dong, De..! Mau kok malu??”
“Karena aku takut Ron, selalu dibayang-bayangi dengan kegagalan dan sakit hati!!”

“Cuek aja loe, De..!”
“Aku takut, Ron! Aku sangat menghargai cewek-cewek yang kukenal dan aku selalu sabar menunggu dan sangat perhatian dengan mereka! Tapi keraguan selalu menyelimuti hatiku, Bayangan selalu kumimpikan, wajahnya selalu kukenang, matanya adalah bidadariku, kabut air mata selalu terlihat dan terkadang jatuh ke lesung pipitnya. Senyummu membuat aku malu, kadang kala aku malu melihatmu!! Begitulah Ron, kata-kata indah itu selalu membayangi bathinku… sehingga aku menjadi ragu dan tidak ada keberanian untuk serius dengan teman cewek yang kukenal dekat. Sampai suatu ketika aku berkenalan dengan cewek cantik, keturunan Batak campuran Belanda. Orangnya cantik tapi pendiam, namanya Tami, sebenarnya dialah tipe ideal yang kumimpi-mimpikan.
Aku sangat dekat dengannya, sampai Papa, Mamanya dan saudara-saudaranya aku kenal semuanya. Bahkan seluruh keluarganya pernah menginap di tempatku di Bali. Tetap aku kurang beruntung, karena aku malu-malu terus! Sampai kapankah aku malu? Sampai matikah?”
Terdengar nada suara Dede mengandung keputus asaan.





Tidak !! Aku tidak ingin sampai mati hidup begini, suatu saat dalam perjalananku, seorang gadis cantik singgah didalam hidupku. Jujur saja, aku tidak mencari kepuasan, yang kudambakan adalah perasaan cinta dan sentuhan kasih sayang.

Sebenarnya, kepergian Tami lah yang membuat hatiku terasa perih, kesakitan yang ditinggalkannya begitu mendalam, walaupun Tami melakukannya dengan halus, tapi tetap saja rasa sakit itu tidak dapat hilang dari hatiku. Dengan penuh kesabaran kulewati kembali hari-hari penuh kesepian, seraya menghibur diri dengan rangkaian kalimat indah,
“ De, biarlah dia berlalu dari hidupmu, Tuhan tahu mana yang terbaik untukmu, barangkali Tami bukan jodohku …” ( kalau boleh, aku tunggu jandamu … he he he … )

Dan sepanjang kesendirianku, aku selalu berdoa untuknya… lewat doa-doa yang panjang, kubisikkan namanya dan kupintakan hidup yang bahagia untuknya. Dan hal itu kerap kulakukan ketika rasa sakit itu datang menghampiri, walaupun hatiku telah kau gores tetapi aku tetap sabar dan selalu berdoa untuk kesejahteraanmu. Sebab keyakinanku berbisik, bahwa Tuhan akan memberikan keadilan dan kasih sayang Nya, terutama pada hati yang perih, pilu dan nyeri, apalagi bila itu datang dari orang yang teramat dikasihi.

Dede yang malang, berjalan dan melangkah dalam harapan, dan suatu saat ia menemukan seseorang yang ia harap dapat mengisi kekosongan hatinya serta memberikan ketulusan kasih, dan Dede menaruh asa diatas rasa sakit ditinggalkan oleh Tami.

Gadis itu bernama Wini. Cantik, sebab blasteran China dan Belanda. Kehadirannya perlahan-lahan telah mengusir sepi dihati Dede. Kehadirannya telah membuat ia merasa bangun dari mimpi buruknya yang panjang. Kesepian terusir sudah dan kebahagiaan terasa akan menjelang dalam hari-harinya. Dede yang baik, bukankah ia selalu menghargai setiap temannya ? Apalagi bila orang tersebut adalah kekasihnya, maka ia akan menempatkan wanita tersebut ditempat yang paling tinggi.


Suatu saat di Singapura, bergandengan tangan penuh kebahagiaan, Dede dan Wini berjalan ditengah-tengah Singapura yang benderang disaat malam tiba. Tidak ada yang lebih bahagia di dunia ini kecuali mereka berdua, detik demi detik hanya diisi oleh tawa, menit ke menit penuh dengan keceriaan dan waktu ke waktu tak ada yang tersia-sia.

Malam semakin larut, Dede semakin gelisah … Sebuah pertanyaan menyembul dihatinya “ Apakah aku akan sanggup menjaga kasih sayang ini, tanpa harus menodainya? “ , disaat-saat kritis dimana biasanya tidak ada lelaki yang sanggup menahan gelora dan hasrat yang bergelora, ternyata aku dapat melewatinya dengan baik. 3 hari yang kulalui bersama Wini di Singapura, penuh dengan kesucian, tanpa noda.

Bukan hal yang mudah untuk Wini, apalagi untuk Dede. Hari-hari indah penuh kenangan, tentu tak mudah dihapuskan dari ingatan. Kesabaran dan kebaikan hati Dede akan terbingkai dengan indah dihati Wini, sepanjang nafasnya, sepanjang hidupnya.

Begitulah, Roni sahabatku… begitu panjang kisahku, tapi tak pernah berakhir dengan kebahagiaan kan… ? “
Dede menutup ceritanya, dengan lenguhan nafas yang panjang.

Sebagai sahabat, trenyuh juga Roni melihat sahabat karibnya begitu, tapi seketika itu juga ia teringat sesuatu,
“Dede … besarkanlah hatimu, nanti aku kenalkan dengan saudaraku, manis wajahnya dan masih kuliah di Fakultas Hukum. Mau ngga loe, De?” Oh …tawaran Roni cukup menggiurkan juga …
“Coba aja lah, siapa tahu aku jadi berani dan aku suka dengannya, kapan Ron?”
“Nanti malam ya..!”
“Dimana dan jam berapa?”
“Di café sekitar Jalan Wijaya ya, jam 7 malam…””Ok, aku tunggu ya …!”


Tepat jam 7 malam aku sudah menunggu di café itu. Aku menunggu di sofa paling pojok sambil melihat anak-anak ABG lagi main bilyard di sebelahku. Jam sudah menunjukkan pukul 7.30, aku sedikit kecewa, karena Roni dan saudaranya belum juga muncul!

Saat aku berdiri dan mau pulang, tiba-tiba Roni muncul dengan 2 dara manis. Satunya tidak terlalu tinggi tapi lumayan manis, namanya Titik dan yang satunya tinggi ±170 cm juga lumayan cantik, namanya Rina.

Aku berkenalan dengannya, “De.. ini kenalin Titik, saudaraku dan temannya, Rina” . Perkenalan yang biasa-biasa saja, lalu aku ngobrol aja di café itu, dan tidak ada perasaan apa-apa dengannya, karena aku baru kenal, cuma terkadang …. aku malu melihat kedua dara manis itu.

“Ngobrol dong loe, De!” kata Roni…“Kok ngelamun aja?”
Ok deh..!! aku pun mulai ngobrol sambil malu-malu, karena si Titik menatap mataku begitu tajam, aku jadi tersipu malu, tapi kadang-kadang nafsu… he..he..he..!!

Sejak pertemuan itu aku mulai bergairah untuk mulai punya teman yang bisa menghibur di kala aku sepi sendiri, aku ingin ada seseorang yang menyayangiku…!

Temanku Roni memang sangat sayang denganku, dia tahu persis akan penderitaan dan kepedihan yang kualami. Tapi walaupun sekarang ada teman, perasaan sepi selalu mengganggu perasaanku dan kadang-kadang sedih ngelamun sendiri.

Tidurku juga belum normal dan aku mulai tidak bisa tidur lagi, tapi kali ini penyakit tidak bisa tidurku lebih parah lagi, aku sudah 3 bulan tidak bisa tidur nyenyak, perasaan khawatirku mulai ada.

Akhirnya pada April 2001 aku memutuskan untuk opname di Rumah Sakit International yang terletak di Tangerang, Jawa Barat. Aku telah memilih kamar Super VIP, dimana melalui jendela aku bisa melihat

lapangan golf. Hatiku mulai nyaman dan merasa ramai, karena ditemani suster yang baik-baik, kadang-kadang sebelum aku dikasih obat, kepalaku dielus-elus oleh suster sehingga aku bisa tidur.

Perasaan tenang mulai ada di dalam diriku, tapi setelah 2 hari opname, tidurku belum pulih juga, padahal sudah dikasih obat tidur berbentuk cair seperti morfin cair yang sangat dahsyat untuk bisa fly, namun kenyataannya … ? belum bisa tidur pulas juga.

Karena sudah demikian parahnya aku, suster jaga berinisiatif untuk melibatkan seorang psikolog. Besok paginya mukaku pucat dan kurang gairah, karena perasaan hatiku, batinku terasa kosong dan tidak ada rasa.

Psikolog itu telah memberiku therapy bathin, suster jaga disuruh menemaniku sebelum aku tidur, sehingga tidak merasa sepi dan sekaligus sambil nonton TV, sehingga suasana ruangan rasanya jadi ramai.

Kepalaku dielus-elus sehingga terasa tersentuh hatiku. Ternyata malam itu katanya aku bisa tidur ngorok kurang lebih 3 jam lamanya, berarti aku tidur lelap selama 3 jam.

Memang tidak ada seorang pun yang menengok Dede saat itu, karena Dede tidak memperbolehkan sanak saudara dan teman-temannya untuk menengoknya. Ia menelpon ke kantornya , “ Tolong jangan ada yang nengok saya selama di rumah sakit, cukup kirim bunga saja “.

Besok paginya, karangan bunga satu persatu berdatangan, semua karangan bunga itu indah sekali, tidak kurang dari 40 bunga anggrek, mawar dll. Dan bunga sedap malam memenuhi sekitar ruang tamu dan ruang tidurku saat itu. Hatiku menjadi riang dan lapang, aku ditemani suster dan sederetan bunga indah dan mewangi. Perasaanku jadi gembira dan senang, pasti akan membuat aku lelap dalam tidurku nanti malam.

Malam itu aku dijaga dengan suster Mery, dia sangat ramah dan manis wajahnya, tahi lalat di dagunya membuat dia lebih manis dan cukup menarik kalau dipandang dalam suasana remang-remang itu. Oh… kadang-kadang aku tidak berkedip dibuatnya ketika dia mengelus-elus kepalaku…! Aku kaget dalam lamunan malam itu, sambil nonton TV di depanku, suster bertanya kepadaku:

“Pak Dede… sebenarnya ada apa dengan Bapak? Kenapa tidak ditengok oleh istrinya?”
Aku terkejut, dan gelagapan menjawab pertanyaannya
“Oh… istri? Istri yang mana?”
“Ah… Bapak becanda aja nih!” kata suster Mery.
“Aku sekarang sendiri dan sudah hampir setahun pisah dengan istriku..” “Lalu anak-anak Bapak?”
“Anakku sudah nun jauh di sana…” jawabku lirih
“Dimana Pak?”
“Di Amerika! Dia sekolah di sana, dan tinggal dengan saudaraku ” “Pantas saja…” gumam suster Mery.
“Kalau suster sudah kawin?” tanyaku mulai menggoda
“Belum Pak”
“Kenapa ….. ? ” tanyaku mulai tambah berani
“Siapa sih yang mau sama saya, Pak! Saya kan cuma suster dan tidak cantik..”

“Ah masa’.., suster kan manis, kalau mau, suster pasti ada yang naksir!” “Emang sih, saya sibuk terus di rumah sakit, sehingga tidak sempat bergaul sama orang, apalagi saya kan tinggal di asrama sini!”

Mmmmm …..
“Suster Mery, boleh khan aku dielus-elus lagi?”
“Boleh Pak!”
“Tapi… yang dielus-elus jangan kepalaku, suster! Tapi kepala yang di bawah, suster…”
“Apa?!!” bentak suster Mery…
Aku tersentak, tidak sangka akan dibentak begitu, suster Merry galak aah,
“Maksudku, kepala bawah kakiku…!”
“Maksudnya…??”
“Itu lho.. jempol kakiku.. dielus-elus sampai ke telapak kakiku ya .. suster Mery yang manis!”
Demikian rayuku pada suster Merry,
“Ok Pak…”

Aku jadi senang dan geli ketika suster Mery menggerayangi telapak kakiku. Maklum, dulu aku cepat tidur kalau istriku menggerayangi mulai dari telapak kakiku sampai ke seluruh badanku, sehingga aku cepat tidur pulas.

Sudah 5 menit suster Mery menggerayangi telapak kaki dengan lembut sambil ngobrol, tiba-tiba aku tertidur pulas sampai pagi. Ternyata yang bisa menyembuhkan tidurku bukannya obat tidur, Mogadon, maupun morfin!! Tapi yang bisa membuat aku tidur adalah teman ngobrol, sentuhan tangan dan sentuhan hati.

Dalam 3 hari kondisi badanku menjadi pulih kembali karena obat yang paling mujarab adalah sentuhan-sentuhan halus, sentuhan hati, bunga wangi dan rasa ada teman tidur sehingga bisa melupakan segala kejadian-kejadian yang pernah dialami.

………………………………………

Demikianlah, Dede mulai memiliki keberanian untuk bercanda, mulai tidak takut lagi untuk merasakan sentuhan dan hatinya perlahan terkuak, seraya menemukan banyak arti yang selama ini hilang ditelan kesendirian dan musnah dihantui trauma yang sulit hilang dari jiwanya.

………………………………………

Makin hari kondisi tubuhku makin membaik dan terasa berat badanku bertambah. Besoknya aku dijaga oleh suster Tuty, orangnya lebih ramah dari suster Mery, kulitnya putih, mukanya lonjong seperti orang keturunan Indo, kalau senyum lesung pipitnya kentara di kedua pipinya. Dadanya berisi, hm …hm …hm… dia murah senyum dan kadang-kadang menggodaku!

Tepat jam 7 malam aku disediakan makanan dengan lauk ikan tongkol, telur dan sayur bayam. Mukaku berseri-seri, lauk yang sederhana itu enak sekali, rasanya seperti makan di restoran Jepang, karena saat aku makan ditemani oleh suster Tuty. Rasa kesepianku menjadi lenyap karena suster Tuty yang riang bisa membuat suasana gembira.

Nasi dan lauk kulalap semua, padahal kemarin makan malamnya lebih enak tapi aku tidak menghabiskannya. Kenapa demikian? Hatiku bertanya demikian … Jawabannya adalah… yang menemani aku makan malam adalah suster Tuty yang manis, dan selalu senyum kalau aku mencuri pandang dengannya! Lirikan matanya seolah-olah menggoda… padahal belum tentu begitu! Mungkin hanya perasaanku saja! Karena aku merasa kesepian sekian lama. Setelah selesai makan, aku ngelamun sendiri sambil nonton TV, karena suster Tuty tidak muncul-muncul, dan jam sudah menunjukkan pukul 21.00, kontan aku merasa gelisah dan kesepian di kamar sendirian. Aku hanya bisa memandang bunga bertebaran di atas karpet mewah di ruang tengah dan di kamarku. Aku mulai jenuh dan gelisah, tapi aku punya akal biar suster Tuty datang menemaniku, aku pencet bel, tidak sampai 1 menit suster Tuty sudah muncul di kamarku!

“Malam suster Tuty, kemana aja suster?”
“Maaf Pak, saya baru selesai mandi!”
“Pantes aja kelihatan lebih cantik!”
“Ah.. Bapak bisa aja” kata suster Tuty sambil menatap mataku dalam-dalam. Tatapan matamu membuat malam ini jadi hangat sehangat hatiku yang lagi galau, gelisah dan kangen dengan seseorang yang tak mungkin kumiliki lagi, karena dia sudah punya kekasih hati.

“Suster Tuty…” rungut Dede malas…
“Ada apa Pak?”
“Aku ngga bisa tidur lagi, temani aku ya suster…”
Aku mulai merengek-rengek, minta perhatian
“ Sudah dibilang, kalau ada saya pasti cepat tidur deh!”
Suster Tuty mulai genit juga nih
“Ok suster yang manis, aku jadi bahagia lho malam ini, kalau aku temani kamu!”
“Oh gitu.. boleh juga” kata suster sambil manja dan gemes!

Tidak terasa suster mengelus-elus kepalaku. Laporan suster Mery kemarin, setelah dielus-elus aku bisa tidur pulas. Suster Tuty mengikuti saran suster Mery, sambil mengelus-elus, entah sengaja atau tidak, tangan kanan suster Tuty diletakkan di atas perutku, dan tangan kirinya mengelus-elus kepalaku. Oh… aku sangat bahagia dan merasa senang, sampai aku ngantuk dibuatnya. Aku hampir tertidur saat itu, aku merasakan getaran didiriku, karena ternyata tangan kanan suster yang tergeletak di perutku terasa makin hangat.

Tanpa kusadari, sambil memejamkan mata yang setengah ngantuk, aku tindihkan telapak tanganku ke telapak tangan kanannya, suasana menjadi lebih hangat lagi, ketika itu tanganku dengan sekejap saja telah diremas oleh suster Tuty. Aku balas meremas dengan halus dan aku merasakan perasaan suster Tuty yang kesepian seperti kesepianku selama ini.

………………………………..

Dede, kasihan bener kamu … kerinduan akan sentuhan tulus begitu bergelora, mendesak-desak, saling berebut untuk dilayani. Dede, kasihan bener kamu, hidup dalam kesendirian, menghindari cinta karena takut akan sakitnya yang tiada ampun, padahal siapa sih yang sanggup hidup sendiri seperti ini? Tidur sendirian, tidak ada yang memperhatikan, begitu haus akan ketulusan kasih sayang, rindu akan sentuhan seorang wanita. Tapi ketakutanmu jauh lebih besar dari kerinduanmu… Dede, kasihan bener kamu ..

………………………………….

Aku pura-pura tertidur, karena sebenarnya aku malu tapi mau…!! Mau apa? Ah..ah.. takut ah… dalam hatiku bergumam begitu.., tapi aku mau…!! Mau dicumbu olehmu! Rupanya.. dia sangat berani, saat kugenggam tangan halusnya itu dengan penuh perasaan dan ternyata bangkitlah selaksa nikmat yang mengantarkan gelombang birahi … ternyata dia… menyentuh lembut pipiku, mengusapi leherku, menciumi tanganku dan mendesah mesra dicuping telingaku dengan bibirnya dan kurasakan gemulai lidahnya yang lembut … “ Oh,.. suster Tuty..” desahan lembut mulai memasuki telingaku, seolah menggodaku tanpa henti, sehingga aku merasakan nikmat yang membawaku pergi ke awang-awang, dan mataku masih tetap terpejam, karena sejujurnya .. aku mau!

Sentuhan bibirnya dan kelembutan yang dahsyat telah sampai di perutku, membuat aku terperangkap dalam desahan yang tak tertahan, perlahan kunikmati perjalanan kasih sayang ini sambil menikmati sentuhan tangannya ketika membelai sesuatu yang meregang tak tertahankan. Aku tidak dapat menahan diriku lagi, … aku merengkuh tubuhnya dan sebelum aku sampai mengecupnya, ternyata suster Tuty telah mendekat ke bibirku terlebih dahulu. Suasana semakin bergelora, penuh dengan kenikmatan dan sarat dengan khayalan. Tak terasa telah 1 jam kami bercumbu… dan …….

Sentuhan suster Tuty rasanya menyerbu sampai dikepala, Dede ingin mengerang, tapi malu.. Dede ingin mendesah, tapi malu… Dede ingin menjerit … ingin menjerit … ingin menjerit … Ampuuuunnn !!! Dan perlahan Dede mulai membasah …

…………………………………..

Aku terbangun, eh …. Ternyata badanku sudah basah mandi keringat, yang mengucur deras disekujur badan .. ooo, rupanya suster Tuty lupa menyalakan AC . Suster Tuty yang manis dan baik, mimpi yang indah ini pertanda bahwa aku telah tertidur pulas sampai pagi. Terimakasih suster manisku, engkau telah membuatnya, karena telah lama aku tidak merasakan kenikmatan seperti malam ini.

Dan ketika suster Tuty datang malam harinya, wangi Bulgary menyeruak menusuk hidungku,
“ Suster, kok wangi banget sih …? “ tanyaku mulai membuka percakapan
“ Kan sebelum kesini, mandi dulu …” jawabnya genit
Dan ketika aku memeluknya untuk mengucapkan terimakasih, wangi itu menyembul disekitar lehernya, dan aku ternyata sudah pula mulai dapat merasakan kembali artinya terangsang.
“ Terimakasih ya suster, karena telah membuat aku bahagia malam ini “ ujarku tulus dari lubuk hati terdalam
“ Oke pak Dede …”
“ Oke juga suster, take care ya … ‘
Dan tak terasa, aku telah ngorok dan suster Tuty meninggalkan kamarku sekitar jam 11 malam.

Oh.. aku lelap ditelan malam yang sangat menyenangkan! Mungkinkah suster Tuty tiap hari menjagaku? Kalau memang begitu, aku akan perpanjang tidurku di rumah sakit ini, sampai seminggu lagi.. gumamku sendiri saat pagi itu!

Wajahku fresh dan gembira, tidurku lelap sampai pagi, tanpa obat tidur apa pun malam kemarin, karena obat yang paling mujarab adalah sentuhan hati. Dan siang harinya perasaanku senang dan hatiku tersenyum sendiri.

Aku mengambil selembar kertas dan ballpoint dan aku membuat syair puisi, kugoreskan sesuatu di kertas itu, tidak lebih dari 2 menit aku telah berhasil membuat sebuah syair puisi dengan judul:



BELAJAR TIDUR


Saat kumemejamkan mataku…
Saat-saat itu pun aku susah tidur….
Aku belajar tidur…
Saat kumenerawang, akupun tidak bisa tidur…



Pergilah… oh pergilah.. aku ingin tidur…
Belajar tidur sudah kujalani berhari-hari…
Tiap hari sampai larut pagi…
Kenyataannya aku susah tidur seperti ini….

Oh.. bantulah aku.. aku susah tidur….
Oh.. lihatlah aku… aku ingin tidur…
Ajarilah aku tidur…
Aku ingin belajar tidur…

Oh sayang aku ingin tidur…
Oh sayang aku ingin disayang…
Biar aku bisa tidur kenyang…
Tidur seperti kamu sayang…

24 April 2004 04.00 am



Ternyata obat yang paling mujarab untuk mengobati orang yang susah tidur adalah sentuhan hati dan keadaan yang ramai tapi damai, penuh dengan cinta dan kasih sayang. Telah berapa banyak buku mengenai ‘Bagaimana tidur yang nyenyak’ telah kubaca, tidak satu buku pun yang bisa membuat aku bisa tidur normal dan nyenyak. Akhirnya yang bisa membuat aku tidur adalah tempat yang tenang, sepi dan di tempat aku dirawat dengan kasih sayang dan perhatian tanpa ada kegaduhan sehingga pikiran menjadi tenang, akhirnya aku bisa tidur pulas sampai pagi.

Perasaan dan belajar tidur akhirnya sukses kujalani sejak di rumah sakit itu. Rasanya tidur itu aku ingat-ingat terus, tanpa banyak pikiran dalam kesendirianku, dan aku sudah mulai bisa tidur. Aku pulang ke rumah dari rumah sakit diantar oleh supirku, ketenangan mulai ada dalam diriku dan aku mulai bisa tidur.

Saat aku tinggal di rumah adikku, perasaanku mulai tidak sendiri lagi dan ada yang memperhatikanku tiap hari karena suasananya juga mendukung untuk bisa tidur, walaupun kamarnya sempit ternyata aku bisa tidur karena banyak orang yang memperhatikanku di sana!

Aku terus berkarya dan aku akan banyak berkarya. Telah banyak puisi, lirik lagu dan novel kubuat sehingga kesepianku bisa terhibur dan kesendirianku dapat terisi oleh kegiatan, dan membuat karya-karya tulis itulah yang akan aku lestarikan didalam diriku untuk bisa dinikmati oleh para penggemar seni dan bagi orang-orang yang suka membaca!

Beberapa syair yang telah kuciptakan dan aku suka antara lain dengan judul:

S E N I

Seni adalah sesuatu yang indah…
Selalu tersirat dalam hati seseorang…
Yang mengerti makna dari guratan seni pada manusia yang memilikinya…

Goresan kata-kata yang penuh arti itu…
Suatu curahan hati yang membuat kita jadi menghargai…
Arti seni kehidupan ini…

Seni diciptakan oleh manusia…
Dunia ini penuh dengan seni…
Tidak bisa dibiaskan dengan kata-kata, pikiran, renungan dan hiasan… Karena seni ada dimana-mana… di dunia.. di hati.. dan di alam Fana…

Seni kehidupan merupakan guratan bagi setiap manusia…
Yang telah ditentukan oleh Yang Kuasa…
Tapi semua dapat dibina, dibuat dan dilestarikan…
Dalam kehidupan abadi…

Jakarta, 24 April 2004


Dan dengan judul:

OH BUNGA

Bunga itu akan menjadi bagian dari kehidupan yang abadi…
Bila ia selalu dipelihara, dirayu, dipuja, disayang, dihargai
dan dipercaya dengan penuh arti…
dia akan berkembang menjadi sekuntum bunga ayu,
wangi dan abadi..
seabadi kebaikan hatimu itu…

Yang selalu bersemi
dan akan menjadi pegangan hidup baru penuh arti…
untuk mencapai nama dan angan-angan yang tinggi…

Oh.. itu akan dapat dicapai, bila aku…
tetap menghargai dan mencintai kehidupan yang penuh tantangan ini…


Jakarta, 24 Ags. 2003 9.45 pm



Tetapi dari semua syair puisi yang mempunyai makna paling dalam dan penuh perasaan masa lalu, penuh duka, penuh sakit, penuh sedih, penuh tekanan bathin, penuh unek-unek, penuh pengekangan dan penuh kenangan adalah puisi yang kuberi judul,

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

ENGKAU YANG BUAT

Seribu telepon telah berdering di ponselku, seratus pesanan puisi telah kuterima melalui ponselku, sederetan pertanyaan-pertanyaan yang telah kuterima dari para wartawan ibu kota dan serombongan infotainment telah berkunjung ke studioku, tapi kenangan dan kejadian-kejadian itu benar-benar akan membawa hikmah yang luar biasa bagi kehidupan dalam berkreatifitas. Dan untuk itu aku perlu dukungan para senior dan
masyarakat, karena pada saat itu terbentuk sebuah opini bahwa seolah-olah sebuah karya seni, dalam hal ini puisiku dijadikan kambing hitam, dijadikan penyebab, diisukan menjadi pemicu keributan !! Sampai-sampai puisiku disita di Polisi, dijadikan barang bukti.

Suatu ketika, saat heboh-hebohnya berita di TV, aku sangat terharu, seorang mantan pejabat tinggi menelepon aku, untuk menanyakan kronologis kasus itu, dan aku harus menceritakannya agar tidak ada persepsi buruk tentang aku dan tentang puisiku.

Telepon berdering di ponselku, ternyata aku mendapat telepon Pak Bim. “Dede, kok ada rame-rame mengenai puisi, ada apa sebenarnya De?”

Suaranya terdengar cemas,
“Bisa ceritakan De?”
Aku ceritakanlah kronologi kejadian tersebut kepada Pak Bim.
Begitu panjangnya kisah itu, dan begitu ruwetnya, sehingga aku sempat bertanya-tanya pada diriku sendiri, benarkah puisiku itu membawa petaka?

Di ruang yang sama, dimana kejadian heboh itu berlangsung, beberapa hari sesudahnya …
“ sepertinya, aku harus berhati-hati betul ketika menulis ya …, kok bisa puisiku jadi perkara bagi orang lain ..?
Aku bergumam, tidak tahu pertanyaan itu ditujukan pada siapa.
Teman-temanku melotot, dan langsung menjawab dengan keras,
“ De, kalau kamu jadi ragu-ragu untuk berkarya, kita juga akan ragu-ragu untuk bekerjasama denganmu”
“ Tapi … “
Suara temanku makin keras meyakinkanku
“ Seniman tidak boleh ragu dalam berkarya, tidak boleh dibatasi, dan tidak ada seorangpun yang bisa memasung kreatifitas orang lain, kecuali orang itu sendiri yang memasungnya !! “

Oh .. Tuhan, benarkah aku mulai memasung kreatifitasku sendiri ? padahal aku pernah terpasung 18 tahun lamanya?

Kata temanku menyambung omongannya ,
“ Kreatifitas itu karunia Tuhan, dan tidak semua orang diberi ilham seni, lalu kenapa kau memasung dirimu sendiri, Cuma karena takut berurusan dengan orang lain? “
“ Kesenian adalah kebebasan, kesenian adalah keindahan dunia, dan bersyukurlah kamu, karena menjadi salah satu orang yang bisa memperindah dunia dengan kesenian… “

Aku termenung, kata-kata itu bagaikan tamparan yang telak mendarat dipipiku, untung bukan handphone yang mampir… kan sakit ..
Semangatku mulai bangkit, keberanianku untuk berdiri menghadapi segala persoalan yang muncul, bahkan sekarang tak tertahan. Kebenaran yang disampaikan teman-temanku adalah obat yang langsung menyembuhkan keragu-raguanku.

Apalagi temanku, dengan penuh semangat mengajakku pergi menemui seseorang yang menurutnya pantas untuk dimintai pendapat mengenai perkara ini. Malam harinya setelah pembicaraan di ruang makan, kami pergi ke rumah seorang budayawan, seorang penyair yang sudah menjadi suhu dikalangan seniman papan atas Indonesia, WS Rendra. Pembicaraan yang menyenangkan dirumahnya yang penuh dengan barang antik semakin menyadarkanku, bahwa aku harus terus menulis dan menulis lagi, tanpa perlu merasa takut, sebab tugas seorang seniman adalah berkarya, titik. Apalagi coretan tangan beliau, menguatkan hatiku untuk tetap berdiri tegar menghadapi apapun yang akan terjadi.

Kehebohan yang menjadi santapanku sehari-hari, mulai aku kunyah dengan nikmat, walaupun cukup besar resiko yang harus ku ambil, karena
setelah itu aku mulai kehilangan privacy-ku, banyak wartawan infotainment memburu aku, untuk dimintai keterangan. Karena berita sebelumnya banyak yang salah, maka untuk menghilangkan preseden buruk terhadap karya seni, aku harus memberikan klarifikasi seputar kejadian itu sehingga betul-betul jelas kejadian yang sebenarnya.

Berita-berita di koran dan televisi terus bergulir mengalahkan berita hangat lainnya. Luar biasa !! Terkadang aku geli, kok malahan aku yang masuk infotainment? Teman-temanku mengirimkan sms yang isinya bermacam-macam, dari yang nyinyir sampai yang memberi semangat.

Sampai suatu ketika Dede becanda dengan temannya,
“ Kasih tahu teman-teman ya, agar jangan sekali-sekali membaca puisi itu, nanti takut terjadi percekcokan lagi lho..! tapi bukan aku yang buat lho…! Engkau yang buat khan…? Jadi jangan salahin aku ya…! He..he..he..! “

Seperti saran teman-temanku, maka aku menuliskan banyak puisi setelah itu, dan puisi itu sebagai berikut:


“KARISMA PUISIKU”

Aku percaya sinarmu berkarisma…
Karena puisi karismaku…
Tapi sayang aku jadi saksi karenamu…
Saksi yang penuh kejujuran dan kenangan masa lalu…

Apakah petaka itu akan menjadi karisma…?
Ataukah karisma itu menjadi alam pemersatu…?
Bagi kedua insan itu…?


Oh… Insan tundukkanlah kepalamu…
Lihatlah jiwa dalam dirimu….
Tidak ada yang sempurna….!!

Bukankah titik kebahagiaan telah dekat denganmu…?
Kalau kamu bersatu dan saling memaafkan….
Demi masa depan anak-anakmu…

Made Putrawan
13 – 01 - 2005


Aku ingin puisi dan karya-karya lain yang lahir melalui diriku dapat berguna bagi orang lain, dan itu adalah sebagai tanda kesyukuran atas karunia yang besar ini. Walaupun puisi ‘Engkau yang Buat’ dianggap orang sebagai pembawa petaka, aku tetap meyakininya sebagai puisi yang indah, karena lahir dari hati yang terdalam, sebagai ungkapan perasaan dari seorang laki-laki yang hidup terdiam dalam rasa sakit. Jadi puisi itu adalah bentuk keindahan dari rasa sakit.

Aku mengalir terus, mengalir seperti air yang lama kelamaan akan mencari tempat dimana dia akan turun, dengan ikhlas ia menguap dan turun lagi sebagai hujan, mengalir lagi, meresap kedalam tanah, membasahi akar-akar, menyuburkan tanaman …….. demikian aku buat diriku setenang air ….. menuju ke laut, menuju kedamaian dalam kebersamaan.


AIR

Biarkan air mengalir…
Dia tidak bisa dibendung…
Dia akan mencari celah…
Dan bermuara di tempat rendah…

Karena dia selalu rendah diri…
Tetapi kalau dia murka…
Tidak satu manusiapun yang dapat…
Membendung amarahnya…

Dia akan menjadi gelombang badai…
Yang dapat meluluh lantakkan…
Semua yang ada di sekitarnya…
Bahkan sampai ke kota…

Seperti badai tsunami…
Yang melanda Aceh dan Sumatera Utara…
Jangan main-main dengan air…
Karena dia ada dimana-mana…
Dan berguna bagi makhluk bumi…

17/1/2005 10:00:00


Hidupku jadi meriah, teman-temanku mengirimkan sms bertubi-tubi, gumamku … Mmmm, semua ini seperti air yang mengalir, dengan berbagai keindahan yang hadir bersamanya.

Waduh heboh sekali dunia pergosipan,
gara2 pembacaan puisi Mas ..

Emma Warokka
18/1/2005 11:10:15


Wah… ngetop deh puisinya..

Seorang pejabat tinggi di bali
19/1/2005 08:15:05


Wuah De…
sekarang makin sering muncul nih, gara2 puisi…
jadi penasaran puisi2nya spt apa aja?

Oh iya, keluargaku nonton terus lho..
di infotainment…
semoga sukses dengan karya2nya…

Deliyanthie (artis)
19/1/2005 11:29:51


Hanya puisi yg mempunyai roh sang empu
yg dpt menimbulkan prahara…
Puisi berkarisma pun
sedang menempuh perjalanannya…
Masalahnya siapa yg berani membaca lagi..??
Dia akan menjadi korban berikutnya..?

Jimmy
19/1/2005 12:10:12


Luar biasa…
Berita puisinya di Bali
mengalahkan berita tsunami
dan berita korupsi di Bali…
Om canti, canti, canti om

Agus Indra
Arsham Gandhi Puri, Bali


Dengan meledaknya puisi “engkau yang buat”
tampaknya puisi2nya sdh selayaknya dibukukan

Gung Ari
Anggota DPR Kodya Bali
25/1/2005 12:37:36


Di Bali sampai hari ini blm reda kaget dgn peristiwa Aceh,
kembali dikagetkan dgn meledaknya puisi ‘engkau yang buat’
Percayalah, telah lahir seniman kondang..

Ir. Mahendra, Bali
25/1/2005 10:51:55


Pak, akhirnya saya percaya dgn pendapat orang bijak
bahwa ujung pena lebih tajam
daripada ujung keris…

Wayan Sumantra
(Pelukis Bali)
24/1/2005 17:44:35


Pak, saya salut dgn puisinya yg begitu menggigit,
ini adalah aset bangsa yg terpendam dan mengendap
yg selanjutnya menimbulkan ledakan yg maha dahsyat
dan membuat dunia seni ini seakan bergetar hebat…
Selamat Pak, semoga lahir lagi puisi yg lebih dahsyat…

Pelukis Wiradana, Bali
26/1/2005 13:22:37
Berita tentang puisi Bpk yg terus menerus diberitakan di televisi
sempat memudarkan berita-berita lain,
mungkin pengaruh roh-roh patung di Museum Bpk…

Wassalam,
Para pedagang antik di Bali
25/1/2005 10:48:33


Puisi ini sangat dalam artinya,
dpt menyentuh perasaan siapa saja yg membacanya.
Sekian thn saya mengenal Mas Made saya baru tahu
beliau mempunyai jiwa seni yg sangat tinggi.
Sukses buat Mas Made dan teruslah berkarya….

With love,
Eddies Adellia
(Artis/Presenter)


Puisinya berbobot,
Sampai akhirnya ada org yg merasa
Walau hanya dgn membaca.

30/1/2005 14:07:24
Merry Putriani (Presenter)


Puisinya mengandung makna…
yg seolah-olah cerita dalam kehidupan sebenarnya,
tiap bait puisinya tergores dgn penuh perasaan,
sukses selalu utk Bang Made.

2/2/2005 10:52:40
Happy Salma
Sebetulnya sebuah puisi adalah, ketika penciptanya selesai membuat, puisi itu adalah mutlak milik penciptanya, tetapi apabila puisi tersebut sudah disebarkan kepada masyarakat, dibacakan dimuka umum, dicetak dalam buku-buku atau majalah, dilansir ke media yang lebih luas, atau bahkan ketika hanya dibingkai dan digantung ditembok, maka teks puisi itu bukan lagi milik penciptanya, tetapi sudah dimiliki oleh masyarakat.
Seyogyanya, karya seni tersebut harus diresapi dan dicerna terlebih dahulu, sebelum dibaca apalagi untuk dikomentari. Masa’ sih karya puisiku menjadi begitu berkharisma? Berbagai tanggapan telah kuuraikan di depan, tetapi janganlah sebuah karya seni dijadikan suatu penyebab dari suatu permusuhan atau perkelahian?

Kalau ini terjadi, ini adalah awal preseden buruk bagi pencipta sebuah karya seni! Kemudian gara-gara sebuah puisi dijadikan barang bukti, kemudian terjadi perceraian ataupun hukuman bagi yang berkelahi gara-gara dibicarakannya puisi ini, kemudian puisi dicekal tidak boleh beredar?! Wah berabe bisa-bisa aku jadi frustasi dan tdk mau berkarya lagi. Karena selama kejadian dan ribut-ribut di media itu, aku tidak bisa menelorkan karya-karyaku lagi! Sampai kapan aku bisa menenangkan pikiran untuk bisa berkarya?? Apakah seseorang yang membaca Novel Agatha Christy mengenai suatu pembunuhan kemudian si pembaca gara-gara membaca novel itu, dia akhirnya membunuh orang, terus yang disalahkan adalah pengarang novel tersebut?? Ya.. tidak mungkin dong pengarangnya disalahkan, justru pengarang tersebut mempunyai imajinasi yang sangat dahsyat dan dalam sehingga seseorang dapat terpengaruh oleh goresan penanya!!

“ De, barangkali untuk mengimbangi keindahan dan kedahsyatan puisi mu itu, engkau harus menuliskan padanan bagi puisi tersebut “
Jelas temanku pada suatu saat, tapi rupanya aku kok kurang faham ya…
“ Maksudnya, agar orang-orang yang merasa senasib denganmu dapat terhibur dengan puisi-puisimu yang lain, tidak Cuma bisa merenungi kesusahannya, tapi lewat goresan penamu juga mereka dapat semangat”
Wah !! itu pendapat yang luar biasa… dan tanpa kusia-siakan waktu, tanganku mulai bergetar, tak tahan untuk segera menulis.. dan menulis …

RAIHLAH CINTA


Dengan langkahku…
Dengan hariku…
Tak ingin menjadi sia-sia…
Tak ingin kumenukar pesonamu…

Dengan kenistaan…
Dengan kepasrahan…
Tak ingin kuberhenti…
Tak ingin kumenatap…

Pada sebuah kenyataan…
Ingin kumenyelami kesejukan…
Untuk menghadapi hati…

Keberkahan cinta selalu kudambakan…
Gumpalan cinta selalu menyatu…
Dalam jiwaku…


Oh… raihlah cinta…
Dalam keabadian….
Oh… terciptalah cinta abadi…
Sepanjang masa…

17/1/2005


Temanku menjawabnya dengan puisi pendeknya :

Biarkanlah maaf bersinar dihatiku
Dan biarkan ia bercahaya di jiwamu
Tanpa mengambil waktu, aku segera menulis lagi ….

Kata terindah dalam…
Sejuta warna maaf…
Kudapatkan hari kemarin…
Menambah kebahagiaan atas…
Kesendirianku…

Tetapi getaran nafas yang datang…
Dan percikan sinar yang kau berikan…
Membawaku meroket…
Yang belum pernah kurasakan sebelumnya…

Selama denyut jantungku…
Masih berdetak…
Air gemercik kulirik…
Menjadi saksi dalam kegaduhan malam itu…

Semoga engkau terus bernafas…
Dan terus menyinariku…
Tak lupa kuucapkan
Terima kasih untukmu selalu

24/1/2005 12:55:40


Aku menunggu sms jawabannya, dan ……

Bukankah hanya cinta
Yang dapat satukan dua jiwa
Bahkan kemarahan yang membara
Takluk dipangkuannya


Ok temanku… terima kasih untukmu, karena kamu telah merespon puisi-puisiku dengan satu kata yaitu “CINTA”
Akhirnya kubalas dengan puisiku berjudul :


‘PETIR CINTA’

Oh temanku… waktu telah berlalu…
Kutinggalkan dalam memory cinta…
Sehingga sepi sedih mengiringi waktu…
Aku menjadi pendiam saat itu…

Hatiku menjadi galau…
Tapi percikanmu menjadi berita…
Karena kamu telah diderai petir cinta…

26/1/2005 11:25:01


Sekali lagi kuperuntukkan sebuah puisi untukmu , sebelum novel ini ditutup dengan judul:

“T I T I K”

Seandainya engkau mau…
Bolehkah aku merujukkanmu…?
Tanda terima kasihku atas percikan sinar…
yang telah engkau beri kepadaku…

Oh.. teman-temanku…
Hanya tabah, sabar, jernih,
mengalah, pemaaf, sejuk dan “TITIK”
yang akan menyelesaikan masalahmu…
secara kekeluargaan…

Oh… dia menangis dalam sepi…
Menunggu waktu perdamaian…
yang tak kunjung tiba…
Oh… semua akan berlalu…
Karena T I T I K.

Made Putrawan
28/1/2005 09:47:31



Betapa indah kan?
Seandainya semua orang dapat menyampaikan cinta.
Ketika seluruh manusia berbicara atas nama cinta.
Saat dunia tumbuh karena cinta.
Dan alam semesta bergerak untuk cinta.
Betapa indahnya …
Betapa damainya …

………………………………………..

Dede termenung, ………..
Ia teringat kembali hidupnya dimasa lalu
Begitu pahit, begitu getir, begitu menyakitkan
Saking sakitnya, akibat rasa tidak tahan terjepit dalam kesulitan
Kabur dari rumah, perceraian, rujuk, perceraian, rujuk lagi, sampai cerai lagi… hingga harus belajar tidur di rumah sakit segala, belum lagi perjalanan cinta yang keluar masuk dalam hidupnya, ketakutan yang membayangi setiap langkah, dan berbagai kesulitan lainnya…

Tidakkah ternyata semua itu ada hikmahnya? Sebab tanpa itu semua, mustahil puisi ‘Engkau yang buat’ pernah terdengar di Indonesia, lebih tidak mungkin lagi cerita ini lahir tanpa melalui perjalanan tersebut.

Kepala Dede menunduk dalam, ia merenungi semuanya …
“ Aku mencoba merasakan scenario Tuhan. Baru aku berencana ingin menerbitkan buku puisi, Tuhan malah duluan berpromosi. Entah apa yang akan terjadi di kemudian hari, seandainya Tuhan memang menyuruh aku untuk menulis, maka aku akan terus menulis… dan jika Tuhan memang memerintahkan aku untuk berkarya, maka aku akan terus berkarya …. , akan kubuat banyak-banyak .. untuk seni dan budaya, dan semuanya akan kupersembahkan bagi dunia, dengan harapan besar bisa berguna dan bermanfaat …”

Teman-teman,
Renungkanlah ….
Mengertilah …
Berpikirlah ….
Berbuatlah ….
Instrospeksilah ….
Berbuat baiklah ….
Jangan mengekang ….
Jangan egois ….
Tenanglah ….
Saling percayalah ….


Sehingga hidup ini indah …
Damai ….
Rukun ….
Senang ….
Sukses ….
Padu ….
Serasi ….
Bahagia ….
Wangi ….
Sayang ….
Dan ….
C I N T A


Matahari terbit diufuk fajar,
Dede melangkah,
Membawa kisah hidupnya
Memanggul suka dukanya
Menggenggan harapan dan asa
Menyongsong terbukanya dunia
Bagi hidup yang didambakannya
Bahagia sampai akhir masa.


“ Dina … papa sayang sekali sama kamu, kamu tahu kenapa? Karena engkau yang buat, … papa kangen …”



ooOoo


Apabila dalam cerita di buku ini ada kesamaan cerita maupun nama, semata-mata karena kebetulan, cerita ini benar-benar merupakan imajinasi pencipta / penulisnya di dalam suatu mimpi.



Inilah lirik lagu itu .. inilah puisiku yang telah dibungkus dalam jalinan melody, sehingga keindahan menjadi tampak, menjelma dan nyata ……….


“ENGKAU YANG BUAT”


Kesabaran, kebaikan telah kupersembahkan…
Kejujuran, ketulusan telah kuberikan…
Tapi gelombang prahara…
Amarah dan murka, yang kudapatkan…
Gaduh dan gemuruh suaramu…
Membuat suasana hidupku sungguh mencekam…
Membuat aku, setengah gila…

Oh… Tuhanku…
Saat itu anakku masih lugu…
Dan aku tetap mengalah…
Menanti saatnya tiba…

Oh… anakku…
Menangis meraung-raung saat itu…
Saat geledek amarahnya…
Bergetar di telingaku…
Rumahku bagai bara…
Merekah di sekitarnya…

Dan akhirnya anakku sekarang…
Berada nun jauh di sana…
Pertanda petaka rumah tanggaku…
Telah menemukan kebebasan dan terhindar…
Dari himpitan kepedihan yang kualami…
Akhirnya aku, meninggalkan kamu…
Tanda cintaku, kepadamu…
Kepadamu… kepadamu… kepadamu…













Tidak ada komentar:

Posting Komentar