Senin, 20 April 2009

Perawan Duka ...

PERAWAN DUKA


Dinda namanya….
dia manis wajahnya….
kecil orangnya…..
cantik rupanya….

Pertama kutemui dia….
empat tahun yang lalu….
dia menyebut namanya Dinda….

Dia diperkenalkan oleh temannya kepadaku….
“Apa kabar Dinda…?”
Dia bilang baik-baik saja….

Terus dia bertanya kepadaku…
“Agus apa khabar juga…?”
Aku bilang, “Baik, aku senang melihatmu Dinda!”
Dia memperkenalkan aku….
dengan teman-temannya…
Namanya Nini, Ahok dan Doni….

Doni bertanya kepadaku…
“Mas Agus sama siapa..?”
“Oh, aku sendiri….
dan selalu sendiri….”

Tampak Doni sangat akrab denganku…
“Don..!! kamu kuliah dimana..?”
“Oh... aku di Bandung…”
“Mas tinggal dimana..?”
“aku sekarang sering di Bali….
dan sering juga di Jakarta…”

“Mas, telepon-telepon ya kalau di Jakarta…
karena aku juga sering di Jakarta,” aku Doni….
Dinda tampak senang…
karena Doni dan Ahok sangat akrab…
denganku…

Ahok bertanya kepadaku….
“Mas, dimana tempat disko yang enak….
di Kuta ini…?”
Akhirnya dia mengajak aku ke sebuah disko…
di pojok jalan Seminyak….

“Dinda jangan ngelamun..!!” hardikku kepadanya…
Dia yang sengsara hatinya, tapi ceria mukanya….
Ceria mukanya, belum tentu hatinya senang….
Tetapi senang hatinya….
belum tentu mukanya juga ceria.…

Dinda; pandangan matanya kosong melompong…
Dia bertanya mengagetkan….
“Mas, mabuk yuk…!!”
“Oh.. janganlah, nanti repot..!” jawabku

Dia telah tiada….
tiada dalam hatinya.…
bukan tiada dalam dunia abadi…

Dia telah hidup kembali sesaat….
Dia sakit hatinya….
Dia telah tiada dalam benaknya…

Dia berbisik kepadaku…
“Aku telah tiada..”
Aku kaget, “Apa maksudmu?”
Dia itu lugu dan derita hatinya…
membuat dia sengsara…

Sengsara karena dia…
bukan karena orang lain…
kenapa dia sengsara….
karena hatinya luka…
luka hatinya karena dia duka…
dia menjadi perawan duka…

ketika itu aku menangis di depannya…
karena melihat dia….
membuat sesuatu untuk tidak berdaya…

Oh Dinda…. Oh Dinda…
telah minum alcohol….
Aku tanya kepada Dinda…
“Apa kamu kuat minum,
nanti mabok lho….”

Dinda menjawab, “Aku kuat kok…,
lima gelas juga ngga mabok kok…”
Aku jadi yakin… Dinda tidak mabok…
Teman-temannya juga…
Sudah lebih dulu kehilangan ingatannya…

Tetapi tidak kusangka-sangka…
tanganku juga ikut-ikutan…
untuk mengambil minuman….
telah 4 gelas Blue Koroko kuminum…
Akhirnya aku malah mabuk lebih dulu…

Doni melihatku lagi bicara sendiri di depan kaca…
Ahok hanya tersenyum tertawa….
“Mas, kenapa sih kok ngomong dengan kaca??”
“He..he..he… dia mengejek aku” kata Agus..

Sempat terdengar Dinda cekikikan…
“Eh, Mas Agus mabok…” katanya..
saat itu aku juga sempat duduk di sebelah Dinda…
teman-temannya lagi jogging bersama…
Dinda berbisik “Aku kuat kok…”
tidak terasa ternyata dia telah minum 6 gelas Tequilla…
Oh… apa yang terjadi..?

Aku terlena ingin membantunya…
saat itu dia tidak sadarkan diri….
dia jatuh di lantai…
dia tidak sadarkan diri…
dia ingin mati…
dia ingin mati untuk dia….

Dinda… Dinda….
aku langsung sadar…
Agus menggotongnya ke mobil….
untuk kubawa dia dan teman-temannya ke hotel…
yang cukup jauh…
nun jauh di sana…
biar dia istirahat….

Dalam benakku berkata…
“Aku harus mengamankan dia…
dan teman-temannya….”

Suasana hotel begitu indah…
pada tengah malam…
geliat hawa, geliat dedaunan yang indah…
membuat dia lelap dari tidurnya…

Aku sentuhkan jariku di pipinya…
aku selimuti dia….
seperti aku menyelimuti anakku…
Oh… dia cantik….
dan belum matang….
dia belum begitu dewasa….

Besok paginya…
Dinda dan teman-temannya…
bergegas bangun dari tidurnya…
Dia berenang bersama teman-temannya….
Agus menegornya…
“Dinda, apa sudah telpon orang tuamu…??”
Akhirnya dia menelpon Papahnya…
Papahnya bernama Pak Suryo…
Dinda senyum-senyum ceria menggenggam handphone…
“Halo Papah… aku sekarang ada di suatu tempat di Bali…
yang tidak bisa kulupakan, Pah…!”
Pak Suryo bertanya, “Tempat itu punya siapa?”
Dia menjawab, “Punya Mas Agus, Pah…”

Papahnya bertanya lagi…
“Dia itu siapa…?”
“Pah, dia seorang laki-laki yang baik…
orangnya baik sekali, Pah…”
“Dialah yang menyelamatkan aku….
saat aku di Kuta…
sampai aku menginap di tempatnya…”

“Oh gitu…”
Papahnya titip salam kepada Agus…
Agus tanya kepada Dinda ….
“Papahmu baik ya…”
“Ah, dia cuek ajha kok ama aku…”

Aku tanya lagi…
“Ah, masa’ sih…kamu kan cantik…
apa Papah ngga khawatir…??”
“Gak ah.. aku kan udah besar…
dan bisa bawa diri…”
aku Dinda saat itu…

Dinda telah menceritakan kepada Agus…
mengenai hal yang sangat pribadi…
sehingga dia menjadi Perawan Duka…
Dinda dingin… sedingin hatinya….
dia masih meraba-raba cinta saat itu…

Saat itu Dinda kelas 6 SD di Jakarta…
mempunyai teman sekelas bernama Bari….
Bari sangat disayang oleh orang tuanya….
Papahnya bernama Anton…
Ibunya bernama Sri…

Saking sayangnya…
Bari selalu tidur sekamar dengan Papah Mamahnya….
Saat malam tiba…
Bari tidur mendahului orang tuanya…

Ternyata saat itu orang tuanya lupa…
mematikan lampu kamarnya…
Anton dan Sri sebagai rumah tangga bahagia….
mereka lupa kalau anaknya ada…
di sebelah tempat tidurnya…

Pak Anton berbisik kepada istrinya…
“Sri, lampunya tolong dimatikan… “
Sri menjawab, “Sudah ngga tahan Pah…”
Bu Sri meraba-raba suaminya…
“Ah, geli ah….”
suaminya juga ikut meraba-raba istrinya…

Akhirnya terjadilah sesuatu…
mereka sampai di surga…
Oh… mereka lupa ada anak kesayangan…
di sebelahnya…

Bari sebenarnya belum tidur…
dia pura-pura tidur…
dia melihat kejadian itu…
mungkin sudah sering Bari melihat…
kejadian-kejadian seperti itu…

Membuat Bari yang masih kelas 6 SD…
ingin meniru orang tuanya…
saat orang tuanya ke surga….
sambil meneteskan air mata…
karena orang tuanya ke surga di depan anaknya, Bari…

Pak Anton bertanya kepada istrinya…
“Sri, apakah anakmu betul-betul sudah tidur?”
Sri menjawab, “Sudah tidur Pah…”

Akhirnya berkali-kali….
Pak Anton dan Bu Sri bercengkrama….
sebetulnya kejadian itu…
tidak pantas dilihat oleh anaknya Bari…

Anaknya Bari telah membawa petaka…
untuk orang lain yang bernama Dinda…
Dinda kusanjung dan sedang kulindungi…
dia telah patah…patah hatinya untuk selamanya…

Dia telah menjadi Perawan Duka….
Agus ingin menghidupkan dia kembali…
dalam suasana cinta…
kejadian itu sungguh ironis….

Bari moralnya sudah bejat….
karena tingkah lakunya…
dia telah mengajak Dinda….
untuk melakukan senggama cinta….
seperti orang tuanya….

Terjadilah sesuatu untuk Dinda….
yang saat itu masih belum tahu apa itu cinta….
sekarang dia telah membuahkan hasil karyanya….
karena kejadian-kejadian itu….

Kejadian itu membuahkan nama….
nama buah karyanya adalah “Dea”….
Dea sekarang sudah berumur 9 tahun….
dia cantik dan pintar seperti Dinda….

Cerita ini adalah….
cerita yang sungguh-sungguh….
mendapat perhatiaan dari orang tuanya…

Dinda termenung….
termenung menatap wajah…
si kecil Dea yang sangat pintar…
dan cantik seperti Dinda…

Dea saat itu sedang tidur lelap…
belum bangun dari tempat tidurnya…
kakaknya…. yang juga adalah Mamanya…
menatap Dea mulai dari ujung kaki…
sampai ujung rambutnya….

Dinda berkata dalam hatinya…
“Oh… anakku kenapa engkau bisa ada di dunia ini….
dunia yang penuh dengan dusta….
dan penuh dengan dosa…
janin itu telah menjadi kamu, Dea…”

Kalau Ibu mengingat masa itu….
sedih hatiku… duka hatiku…
aku tidak punya perasaan apa-apa lagi…
kepada siapapun…
karena aku benci dengan papamu yang semu….
karena itu, aku tidak menganggap dia papamu…

Dia hanya mengirimkan janinmu ke dalam perut Mama….
pada saat itu, Mama tidak tahu apa-apa….
Mama masih kecil….
tidak lebih dari 12 tahun, saat itu…
tali-tali bh pun tidak ada di dadaku saat itu….
karena Mama masih kecil…

Sekarang Mamamu menjadi seorang ibu yang duka…
duka karena Papamu yang bernama Bari…
Papamu sangat jahat….
jahat hatinya….
jahat mentalnya….
jahat perilakunya….

“Dea sayang…” kata Dinda dalam hati…
Seandainya nanti Mama bisa hidup denganmu…
alangkah indahnya dunia ini…
dunia ini akan membawa kebahagiaan…
bagimu… dan bagiku…
dan mungkin bagi suami mamamu…
kalau mamamu mendapatkan suami…
kalau mamamu tidak buta hatinya…
kalau mamamu tidak dingin hatinya…

Mudah-mudahan Mamamu bisa mengikuti naluri seorang perempuan…
yang bisa jatuh cinta dengan lawan jenisnya….
Oh.. mamamu tidak ingin…
cinta atau kasih kepada sesama perempuan….
karena akan membawa neraka bagimu, nak…!
akan membawa kehancuran dunia ini…
menjadi hancur lebur berantakan hidupmu, nak…!

Di dalam lamunan di pagi hari itu….
pikiran Dinda sungguh sangat sedih….
Tiba-tiba Dinda baru sadarkan diri…
ketika Dea terbangun dari tidurnya…
“Dea sayang…” kata Dinda…
“Kakak dari tadi memperhatikanmu, Dea….”
Tetapi bisikan hati Dinda mengatakan…
“Dea, aku adalah Ibumu, nak…!”

Aku tidak mengucapkan kata-kata itu kepada Dea…
karena itu bisa menyebabkan Dinda trauma….
dan bisa menyebabkan pikiran Dea jadi tidak menentu….

“Dea sayang, bangunlah….”
“Kakak ingin membuatkan kamu susu…
karena kakak sangat sayang denganmu, Dea…”

“Ada apa sih, kak..?
Kakak kok bobo di sini sih..?
Biasanya kan mama yang bobo di sini…?
Kenapa kakak yang bobo di sini…?”
“Ngga Dea, kakak ingin sekali dekat dengan kamu…
karena kakak sangat sayang dengan kamu, Dea…”

Dea meneguk secangkir air putih…
yang memang disediakan oleh kakaknya
“Dea sayang, habis ini mimi susu yach…?
Kakak sudah siapkan di meja…
dua potong roti dan selai, juga ada sedikit sereal…,
Dea mau makan ya…?
Ini adalah persembahan kakakmu…
yang sangat menyayangi kamu, Dea…”

“Males ah, kak….!
aku malas makan nich…
aku mau mimi susu aja yach, kak…”
“Mama kemana sich, kak….??”
“Mama lagi di bawah, Dea sayang…”
“Sayangku… manisku, turun yuk…?!”
“Nanti aja, kak… kakak aja turun duluan…”

“Kakak udah makan belum…?”
“Dea, Kakak belum mau makan…,
kalau kamu belum makan terlebih dahulu…”
“Cintaku hanya untukmu, tidak untuk orang lain….
aku ingin merawat kamu, Dea…”
Karena apa?? Karena hati kakakmu….
betul-betul menyatu dengan hatimu, Dea….”

“Menyatu apa sich, kak…??
Maksudnya apa sich kak…?? Dea ngga ngerti…”
“Ngga, maksudnya… Dinda kakakmu, sayang dengan kamu….
kamu adik yang paling kecil di rumah ini…”

Akhirnya….
“Oke dechhhhh…!!”
“Dea bangun dulu yach….!
“Habis Kakak sayang sich sama Dea…
jadi Dea mau turun dan mau minum susu…

Dinda dan Dea menjauhi tempat tidurnya….
Step by step… langkah demi langkah….
empat kaki mungil telah melangkah menuruni tangga…
satu per satu…
Tangga itu tiap pagi menyaksikan…
kedua dara itu menuruni tangga…
dan langsung duduk di meja…

Duduklah dia di meja makan itu…
Pembantunya si Upik telah menyiapkan…
segala sesuatu untuk keluarga itu…

Saat itu hati Dinda sangat sedih…
karena sebetulnya dia tidak mampu…
untuk mengurus adiknya itu…
yang sebenarnya adalah anaknya…
anak kandungnya….
yang lahir tiada papanya…

Tanpa tanda-tanda kehamilan pada dirinya…
dan tidak mungkin hal itu terjadi…
karena dia masih kecil dan belum dewasa
mungkin itu adalah tititpan Dewa dari khayangan…

Titipan itu akan kurawat dengan baik… bisik Dinda…
karena dia pintar dan sangat jenius….
Oh…. itu titipan-Mu Tuhan….

Titipan-Nya akan kurawat sampai mati…
karena aku yakin…
dia adalah titipan yang harus dirawat…
dan dikembangkan pikirannya….
sehingga dia akan berguna….
bagi nusa dan bangsa….

Dea pun melalap dan melahap roti yang ada di meja itu…
Dia mencelupkan roti itu ke dalam gelas yang ada susunya
“Kak Dinda, enak sekali dech…!
Ini merupakan susu yang paling enak….
yang pernah kuminum, Kak…”

*


Oh Dea…. Bisik Dinda…
Dia sungguh harus dibimbing sampai ke alam baka…
karena dia bukan biasa….
dia adalah seorang anak yang luar biasa…
luar biasa untuk keluarganya…

Papanya sebenarnya adalah kakeknya…
seorang Dokter yang bernama Pak Suryo…
yang sangat iba dan sayang kepada cucunya itu…
cucu yang datang dari rahim anaknya, Dinda…
tetapi belum dapat dibuktikan…
anak itu datang dari rahimnya…

Yang menyaksikan saat itu hanyalah Pak Suryo…
Pak Suryo bercerita kepada Agus saat itu…
“Merinding bulu romaku, Nak Agus…!
kalau mengingat kejadian itu…”
“Bulu kudukku telah menyelimuti tubuhku saat ini…
telah melingkari leherku…
sehingga bulu-bulu itu…
telah menjadi bagian dari hidupku…”

“Aku sakit….”
“Aku sakit kalau mengenang masalah-masalah yang begitu….
sehingga aku pun akan berpikir jernih….
untuk bisa membantu anakku, Dinda…
bersama anaknya Dea…
agar dia nanti bisa hidup bahagia…”

Pagi ini sudah pukul 7….
Bu Dewi, mamanya Dinda menghampiri Dea…
“Halo Dea sayang, Mama baru makan nich…”
“Dea sudah makan belum…??” tanya Bu Dewi
“Kakak pintar dech, menyiapkan makanan Dea…”

Sengaja Bu Dewi berkata demikian…
karena Bu Dewi ingin Dea lebih dekat dengan Dinda…
bu Dewi ingin Dea tidur dengan kakaknya…
biar dia menyatu dalam kesehariannya….
dan pada akhirnya nanti Dea akan mengakui...
bahwa Dinda adalah mamanya…
Karena selama ini Bu Dewi sangat dekat dengan Dea…
sehingga Dea tidak ada kedekatan…
yang mendalam dengan Dinda…

“Din….” kata Bu Dewi
“Kamu antar Dea ke sekolah yach…!
“Kamu drop saja, nanti kamu jemput lagi…!”
“Mulai sekarang Ibu tugaskan kamu…
untuk mengantar dan merawat Dea dari pagi hingga sore…
biar kamu punya tanggung jawab yang abadi…
karena kamu yang pantas untuk merawatnya…
karena Dea adalah anakmu, Din…”

“Iya Ma, Mama jangan cemberut donk..!”
“Dinda khan lagi pusing…
Dinda ga bisa bobo nich…”
“Ya sudah… nanti setelah drop ke sekolah, bobo yach….”
“Ini mama berikan suatu buku supaya bisa tidur…
Kamu baca ya, sebelum kamu tidur…!”

“Jangan mengingat apa-apa….
Jangan mengingat kejadian-kejadian masa lalu..
Ingatlah kejadian masa kini
Masa untuk berpikir yang jernih…
Bekerja… dan bekerja…”

Dea pun diantar oleh Dinda…
dan seorang supir bernama Jono…
Jono sudah lama ikut dengan keluarga Dinda…
“Jon, antar aku dong ke sekolah Dea..” kata Dinda
“Tapi nanti aku drop, trus balik lagi ya…!
soalnya aku pingin tidur…” kata Dinda

Oh… si cantik Dea…
yang mengenakan baju putih dan rok coklat…
muncul dari kamarnya…
Dea sudah kelas 3 SD saat itu…
kelas 3 SD menyebabkan dia makin pintar…
dan sebentar lagi akan menginjak kelas 4 SD…

Dea sangat pendiam…
dan saat di sekolah dia “sangat jenius”…
kata guru sekolahnya saat itu...

Dengan rutin dia masuk sekolah…
akhirnya Dea sekarang mulai dewasa…
saat ini Dea sudah kelas 4 SD….

Dea adalah seorang jenius…
yang betul-betul sangat pintar…
Oh… dia seperti bukan anak manusia…

Dea adalah seperti jelmaan….
yang hidup atau hadir di dunia ini…
karena Yang Di Atas….
yang tidak dapat kita lihat…
kita hanya bisa merasakan…
getaran-getaran saja…
yang membimbing kita semua…

Yang bisa menyebabkan kita berbuat jahat…,
bisa menyebabkan kita berbuat baik…,
dan bisa mengarahkan….
ataupun membuat orang itu menjadi tobat..!

Karena getaran itu…
akan selalu melihat keadaan di dunia ini…
gerak gerik manusia itu…
semua ada yang mengaturnya…

Oh… Dea sekarang sudah kelas 4 SD…
Kehidupan rutin seorang Dinda untuk merawat Dea…
telah dia jalani…
tetapi saat ini Dinda merasa jenuh…
dan ingin bekerja…
bekerja… dan bekerja….
sehingga tidak tergantung lagi…
dengan orang tuanya…

Saat ini ada seorang laki-laki…
yang ingin menjadikan Dinda…
menjadi seorang model yang terkenal…
tetapi Dinda tidak mau menjadi model…
yang berlenggak lenggok di panggung…

Dia hanya ingin menjadi foto model…
karena tinggi Dinda tidak mencukupi…
untuk menjadi seorang model profesional…

Yang bisa berlenggak lenggok di panggung…
minimal memiliki tinggi 170 cm
sedangkan tinggi Dinda hanya 165 cm…

Parasnya cantik…
seperti aku lihat fotonya saat itu…
rambutnya dibelah dua…
sambil selonjoran…,
duduk di kursi kolam…

Dia berfoto sambil tertawa dan tersenyum-senyum…
membuat hati seorang yang sangat dewasa bernama Agus…
sungguh ingin meminangnya…
kalau dia mau dipinang…

Tetapi kalau tidak mau dipinang…
seorang Agus ingin mengantarkan dia…
menjadi seorang putri yang hidup bahagia…
bersama dengan kekasihnya atau suaminya…
untuk bisa menghidupi Dea…

Tiba-tiba HP Agus berdering…
tidak salah lagi…,
seorang Dinda menghubunginya siang itu…
“Selamat siang Mas, lagi ngapain…? Lagi dimana?”
Agus menjawab, “Biasa, lagi di kantor. Ada apa Din…?”
“Ngga apa-apa, cuma pingin ngobrol aja…
pingin cerita kalau Dea sudah pintar, Mas…!”
“Oh ya…? Kelas berapa Dea sekarang..?”
“Kelas 4, Mas…
Aku ingin membelikan buku cerita untuk Dea..”
“Oke.. kebetulan nanti sore Mas mau ke toko buku…
untuk beli sesuatu…
nanti sekalian aku belikan Dea buku cerita ya…!”

“Begini Mas, aku pingin cerita…
Dea ada masalah di sekolahnya…”
“Kenapa…?”
“Dia tidak mau bicara sepatah katapun…
saat dia ditanya oleh ibu gurunya di sekolah…”
“Dia selalu tekun mendengarkan gurunya bercerita…
dan saat gurunya menjelaskan pelajaran-pelajaran…
tetapi dia tidak ada kata-kata sepatah pun…
untuk ibu gurunya maupun teman-temannya, Mas…”

“Walaupun dia ditanya apa pun…
dia tidak akan menjawab…
anehnya Mas…,
ulangannya selalu mendapat angka sepuluh…!
tidak pernah kurang dari itu…”

“Oh gitu…
berarti dia seorang anak yang luar biasa…,
mungkin dia seorang anak dewa kali…!
Sambil bercanda… Agus saat itu…

Agus memberi saran kepada Dinda…
“Din, aku usul kamu bawa aja dia ke Dokter Psikiater…
tanyakan kepada dokternya….
ada apa dengan Dea….
ceritakan setulus hatimu…
tetapi jangan menggunakan nalurimu…
gunakanlah perasaanmu untuk mengantar dia…
ke seorang Dokter Psikiater…

Ternyata Mamanya Dinda sudah terlebih dulu…
mengantarkan Dea ke Dokter Psikiater…
bahkan sudah sampai lima kali…!
Dea berobat ke Dokter sampai sekarang…
namun tidak ada perubahan…
walaupun Pak Suryo, Papanya Dinda seorang Dokter…
Dia pun tidak mempunyai ide apa-apa untuk cucunya itu…

Sebetulnya Pak Suryo sangat sayang dengan cucunya itu…
karena Pak Suryolah yang menyelamatkan…
saat Dinda melahirkan Dea di kamar mandi dulu…!
Pak Suryolah yang mengambil janin itu…
pada saat janin itu ada di WC…

Seorang bocah yang bernama Bari berbuat dosa…
sehingga Dinda hamil saat dia kelas 1 SMP…
si bocah Bari sering melihat Ibu Bapaknya….
melakukan hubungan sex…
saat anaknya sedang tidur bersama kedua orang tuanya…

Sesuatu yang sangat tidak pantas dilihat oleh anaknya…
sehingga anaknya melakukan perbuatan dosa…
terhadap orang lain…
Dosa bukan karena kepribadiannya…
karena apa..?
karena orang tuanya telah menyelusupi pikirannya…
pikiran yang masih murni…
sehingga saat itu, dia telah berbuat dosa,
dan berbuat yang tidak pantas…
untuk teman kecilnya Dinda…
sehingga Dinda melahirkan buah karyanya…
yang bernama Dea…
Sekarang Papanya Dinda pun sangat sibuk…
untuk mengurusi Dea yang kecil itu…
karena dia sangat sayang dengan cucunya itu…

Pak Suryo merawatnya dengan tulus dan penuh kasih sayang…
kadang-kadang kalau Pak Suryo kangen…
Dea pun diajak ke Kliniknya…
Klinik Pak Suryo di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan…
sambil praktek, Pak Suryo sering didampingi cucunya…
karena Dea sangat mirip dengan Pak Suryo…
Oh Pak Suryo…
hatinya betul-betul tersentuh dengan si kecil itu…
tidak lama kemudian, terdengar suara telepon…

Ternyata Agus menelpon Dinda…
“Halo Din, lagi dimana…?”
“Oh Mas… aku lagi di jalan, mau les…
Les Communication, Mas…”
“Aku sekarang sudah banyak kemajuan lo…!
kemarin aku dapat foto iklan…
lumayan buat uang jajan…”
“Mama sekarang tidak memberiku uang lagi…
aku disuruh mandiri…
aku disuruh merawat Dea…
dan aku betul-betul disuruh bekerja…”

“Tidak boleh mengerecoki orang tua lagi…
orang tuaku sekarang dalam keadaan prihatin, Mas…!”
“Oh… gitu Din”
“Apa pun yang terjadi, Din…
mudah-mudahan kamu bisa sukses…
di dalam mengarungi dunia…
mengarungi udara panas…
mengarungi jalan-jalan yang macet…
mengarungi godaan-godaan hidung belang…
mengarungi calo-calo wanita…
yang bisa menjerumuskan siapa saja…

“Tapi aku yakin….
kamu mempunyai kepribadian yang kuat, Dinda…”
“Aku tahu, kamu bukan orang sembarangan, Din…!
Keluargamu adalah orang-orang yang terhormat…
kamu adalah orang yang luar biasa…
yang telah melahirkan Dea…
yang juga sangat luar biasa…”

Karena keberadaannya tidak masuk di akal manusia…
hanya Tuhan yang tahu…
dan Pak Suryo sendiri yang tahu persis…
betapa dia dilahirkan di sebuah WC…

Suatu saat…
Agus mempunyai pikiran ingin menemui Pak Suryo…
Agus ingin tahu…
apa sih sebenarnya yang terjadi di dalam diri Dinda…?
Bagaimana sih.. proses menjelmanya seorang anak Dewa…
yang bernama Dea…?

Aku baru mendapat cerita sepotong-sepotong dari Dinda…
aku ingin menelusuri bagaimana seorang anak Dewa…
bisa hidup di dunia ini…
tanpa bisa ditelusuri oleh otak kita…

Setelah melamun sejenak….
Agus menjawab telepon Dinda…
“Ya udah Din, semoga sukses ya…!”
“Nanti aku ke rumah ya…!
Bilang sama Mama, Mas mau ke rumah…”
“Oke Mas, aku tunggu ya…!”
Sorenya aku langsung ke rumahnya…
Aku berbincang-bincang dengan Mamanya…
Mamanya Dinda baik sekali denganku…

Mamanya kuanggap sebagai Mamaku juga…
karena sebetulnya aku juga sangat kesepian di Jakarta ini…
Aku seorang diri di Jakarta tanpa sanak keluarga…
sekarang keluargaku adalah keluarganya Dinda…

Ternyata telepatiku jalan…
tiba-tiba Mamanya Dinda yang bernama Bu Dewi…
mengirimkan SMS kepadaku…
“Agus, apa kabar..?”
“Kalau bisa, Papanya Dinda mau ketemu Nak Agus…
ada yang mau dibicarakan…” kata Bu Dewi
“Iya Bu, saya siap ketemu Papanya Dinda” jawabku
“Nak Agus tolong hubungi Papanya Dinda, ya..!”
“Iya Bu, sekarang saya hubungi Bu..”

Aku segera menghubungi Pak Suryo melalui HP-nya…
“Selamat siang Pak, saya Agus…
Saya diminta Ibu untuk menghubungi Bapak…”
“Oh iya Nak, Bapak pingin ketemu…
untuk bicara sesuatu…”
“Nanti kita ketemu di Restoran Ayam Bakar ya…
di Mall Cilandak…”
“Iya Pak, jam berapa Pak..?”
“Jam 19.00 saja…
Nanti malam kita ketemu ya…!”
“Iya Pak, sampai ketemu nanti malam…”
“Oke.. terima kasih Nak…”

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00…
dan aku bersiap-siap di kantor untuk segera pulang…
dan menuju Cilandak Mall untuk menemui Pak Suryo…
ternyata aku yang lebih dulu sampai di Mall Cilandak..
tidak lama setelah aku datang…
tiba-tiba Pak Suryo muncul…
dan aku persilahkan Pak Suryo duduk…
di depan tempat dudukku…
Pak Suryo tanya kepadaku…
“Sudah lama, Nak…?”
“Baru aja Pak…”

“Bapak mau makan apa..?”
“Biasa aja, kalau di restoran ini…
saya selalu pesan Ayam Bakar…”
“Oke.. kalau begitu…
saya juga pesan Ayam Bakar, Pak…”

Aku panggil waitress-nya…
“Mas, saya pesan 2 porsi Ayam Bakar” kataku…
“Minumnya saya pesan Aqua tidak dingin…”
Pak Suryo pesan Orange Juice…

Saat kita menunggu makanan…
yang pertama-tama aku tanyakan kepada Pak Suryo…
adalah mengenai keberadaan Dea…
bisa sampai ke dunia ini…

“Maaf Pak, saya ingin ngobrol-ngobrol dengan Bapak…
mengenai Dinda dan Dea, Pak…”
“Ada apa…?”
“Saya hanya ingin mengatakan kepada Bapak…
bahwa Dinda sekarang sangat tertekan, Pak…”
“Kenapa..?”
“Katanya sih karena Mamanya Dinda sangat keras…
dan terus menekan Dinda…”
“Katanya Mamanya menginginkan Dinda…
agar dekat dengan saya, Pak…”
“Ya udah, ngga usah dipikirin…
biarkan dan jalani saja seperti biasa, santai saja…”
“Pak, sebenarnya Dinda sangat sulit senang dengan laki-laki…
Dia masih trauma dengan kejadian dulu, Pak…”
“Sebenarnya saya ingin berteman dan ingin membimbing Dinda…
saya kasihan dengan dia, Pak…”
“Agus mau menanyakan sesuatu Pak…”
“Mengenai apa, Nak…?”
“Saya ingin tahu Pak…
bagaimana sih saat Dinda melahirkan di kamar mandi dulu?”

“Begini Nak, saat itu tiba-tiba Dinda menjerit-jerit di WC…
dia duduk di kloset… mau pup, katanya…
tapi Bapak sangat kaget kenapa bisa menjerit-jerit di WC?”
“Saking takutnya, Bapak mendobrak pintu kamar mandi itu…”

“Oh… sangat kaget Bapak saat itu…!
Bapak melihat janin bayi ada dalam lubang kloset…
Dan Bapak juga melihat Dinda….
dalam keadaan duduk di lantai penuh darah…”

“Detik itu juga Bapak mengambil janin itu di dalam lubang kloset…
tiba-tiba ada roh gaib yang membisikkan ke telinga Bapak…
“Eh Pak Suryo.. amankanlah bayi itu, kamu kan seorang dokter…
pasti bisa menyelamatkan bayi itu…”
“Bayi itu adalah anak Tuhan yang perlu diselamatkan…
Dia akan menjadi orang yang pintar…
Selamatkanlah, Pak Suryo…”

Pak Suryo mengambil bayi itu di lubang WC…
dan memperkirakan berat bayi itu tidak lebih dari 1,5 kg…
Saat itu Pak Suryo tidak tahu…
kalau anaknya Dinda sedang hamil…
karena saat itu perutnya tidak kelihatan membesar…
sehingga keluarganya tidak ada yang curiga….
kalau Dinda saat itu sedang hamil…

Oh… Dinda kasihan, saat itu masih kecil…
rasanya dia belum tahu arti kehamilan…
dan belum sering merasakan mens secara rutin…
sehingga sudah 8 bulan tidak mens dia pun tidak tahu…
dan tidak pernah menceritakan kepada orang tuanya…
bahwa dia sudah stop mens karena dia hamil…

Oh… sungguh kasihan…
Dia masih meraba-raba cinta…
saat kejadian itu…
Agus pun terharu saat mendengar cerita dari Pak Suryo…
“Oh begitu Pak, kejadiannya…”
“Iya Nak…” kata Pak Suryo

Sekarang Dea, anaknya Dinda…
yang merupakan cucu Pak Suryo…
telah mulai dewasa…

Dia sudah kelas 4 SD…
Semoga dia selalu mendapat lindungan…
dari Yang Maha Kuasa…
sehingga Dea menjadi orang yang berguna…
bagi Nusa dan Bangsa…
dan juga berguna bagi keluarganya…

Mendengar kisah nyata itu….
Agus sangat kasihan dengan nasib Dinda….







Agus sangat memperhatikannya sejak itu….
Dinda pun dibimbingnya….
Agus berusaha dekat….
dengan buah hatinya… Dea…
Dea manis… cantik secantik ibunya….

Suatu ketika aku mampir ke rumahnya….
Agus berusaha membujuk Dea…
Agus ingin dekat dengan Dea….
Dea sangat sulit didekati….
Agus tanya “apa kabar…Dea?”
Dea diam saja….
Dea sedang main dengan anjing kesayangannya…

Aku tanya sama Dinda….
“Kok bulu anjingnya kotor dan bau…?”
“Habis anjingnya sudah tua, Mas…”
kemudian Dea melirikku…
karena aku memegang rambut Dinda…

Dea sinis….
seakan-akan dia cemburu…
aku malu jadinya….
Biar dia senang….
kucoba menawarkan sesuatu kepada Dea…

“Dea, kita ke Time Zone di Blok M yuk….!”
Dia tetap diam saja….
Dinda meyakinkan Dea…
“Kita jalan-jalan yuk, De…”
Dea menganggukkan kepalanya….

Agus, Dinda, Dea dan pembantunya….
ke Time Zone Blok M…
di sana Dea sangat senang sekali….
dan aku asyik ngobrol dengan Dinda…
saat itu Dinda belum secantik sekarang….

Dinda sekarang telah dewasa….
Ayu, cantik, pendiam dan susah ditebak….
“Dinda, habis ini kita makan yuk…”
Dinda menjawab…
“Oke, kalau habis coin Time Zone-nya Dea, ya Mas…
kita makan aja rame-rame….”

Bergegaslah aku membimbingnya untuk mencari restoran…
di sebuah Mall di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan….
kita makan bersama…
senang hatiku… bercampur sedih…

Dalam hati Agus berbisik…
kita seakan-akan sudah menjadi keluarga bahagia…
dengan anak satu bernama Dea… he..he..he..

Saat di Restoran Dea nakal sekali…
Dea naik ke meja makan…
Dea sungguh energik…
untung ada pembantu…
untuk mengawasinya…

Maklum… saat itu…
Dinda masih belum dewasa…
dia belum bisa mengawasi siapa-siapa…
termasuk juga Dea…
Malahan Mamahnya Dinda juga selalu membimbing Dea…
selama itu…

Dinda masih seperti Anak Baru Gede…
tapi sudah dipacu oleh orang tuanya…
untuk bisa bekerja…

Beberapa fotonya….
juga sudah pernah muncul….
di beberapa iklan televisi….
“Sungguh kasihan..” hatiku berkata…
“Mungkinkah aku bisa menyelamatkan hidupnya?”

Aku ingin menciptakan sebuah lagu…
dengan judul “Perawan Duka”…
untuk itu kucoba menyenandungkan….
lirik lagu itu….

Benakku berkata dia akan datang…
karena lagunya datang untuknya…
Mudah-mudahan aku bisa meyakinkan…
dan meluluhkan hatinya….
syair lagu itu sebagai berikut….

“PERAWAN DUKA”


Ketika itu uu….
Duka hatinya…. sedih hatinya….
Dia marah terhadap dirinya…
Dia telah ternoda….


Sekarang dia menyesalinya…
Oh.. dia perawan duka…
Duka bukan karena cinta…
Dia lupa dirinya… belum dewasa…

Duka hatinya….
Sedih hatinya… karenanya….
Sedih hatinya…
Dia telah dewasa… baik hatinya…
Perawanku duka selamanya….



Bait demi bait…
telah menceritakan keadaan Dinda….
mudah-mudahan Dinda senang…

Pada saatnya nanti…
aku akan dengarkan lirik lagu itu…
di depan dia…
bila perlu di depan keluarganya….
Agus mengusapkan air mata…
saat membaca lirik lagu Perawan Duka…

Aku telah sedih dibuatnya…
Ingin rasanya aku mengisi nuansa..
dan roh gaib lagu itu…
sehingga lagu itu..
menjadi lagu yang cukup indah…
dan dikenang di mancanegara…

Aku ingin mencari arranger…
yang cukup berpengalaman…
sehingga nada lagu itu…
bisa berkesan dan menjadi lagu terbaik….
di dunia musik di Negeri ini…

Suatu saat…
aku ingin bercerita banyak dengan Dinda…
aku ingin menggali hatinya…
yang penuh dengan duka….

Dinda sering kulihat melamun…
melamun untuk siapa…
aku pun tidak tau…
mudah-mudahan dia melamun untukku…
hi..hi..hi…

Agus mengambil HP di sakunya…
lalu menelpon Dinda…
“Halo Dinda, pa khabar..?”
“Baik Mas, lagi dimana..?”
“Aku di Jakarta…”

“Dinda, kita ngobrol-ngobrol yuk…”
“Dimana Mas..?”
Aku bilang, “Di apartemenku yuk….
minta antar ajha sama supirnya Papah…”
“Oke, jam berapa Mas..?”
“Udah, siang ini ajha…”
“Apartemennya dimana Mas…?”
“Dekat kok… di Jalan Sudirman…”

Tiba-tiba ada suara ketukan tangan halus…
mengetuk apartemenku yang mungil tapi rapih…
Kubuka pintu apatemenku…
Oh.. si cantik yang belum gede, Dinda…
mendatangiku…

Kuanggap dia adalah adikku…
tempat aku berkeluh-kesah….
karena aku juga ingin tahu…
apa yang telah dideritanya…

Aku sangat sopan dengan Dinda…
aku hanya ngobrol dengannya…
saat itu aku sebetulnya….
masih berstatus suami orang…
tapi aku telah pisah rumah dengan istriku…

kutatap matanya…
dan kubelai rambutnya yang indah…
aku katakan dengan Dinda…
“Dinda jangan takut denganku…
kamu kuanggap adikku…”

Aku ingin lebih dekat denganmu…
Tapi di pikiranku berkata….
“Seandainya aku telah Duda…
dan dia telah dewasa…
ingin rasanya aku mempersuntingnya…”

Kuyakin dia orangnya baik, bisa mengerti…
dan sayang denganku…
walaupun umurku jauh lebih tua darinya…

Dinda melamun…
dan aku juga ikut melamun…
dan melamun…
Oh indahnya hati ini…
kalau hal itu benar-benar terjadi…

Tiba-tiba Dinda bertanya…
“Mas Agus tinggal sendiri di sini..?”
“Iya sendiri… aku telah pisah dengan istriku…”
Dinda tersenyum, “Oh.. Mas sendiri…???”
“Iya.. karena anakku khan di Amerika…”
“Mas anaknya laki atau perempuan?”
“Perempuan… rasanya seumuran kamu…”
“Ah masa’…?”

“Dinda, makanya Mas menganggap kamu…
adalah adikku… atau bahkan anakku…”
Lalu Agus bertanya kepada Dinda…
“Kamu mau jadi adikku…??!!”
“Mau Mas…”
Oh sejuknya hati ini…

Tidak ada sama sekali di hatiku….
walaupun berdua di kamar dengan Dinda…,
untuk berbuat sesuatu yang sangat jahat…,
karena aku selalu sopan dengan orang lain…
dan tidak ingin berbuat sesuatu…
yang tidak pantas dilakukan…,
kecuali dengan kekasihku…!!!
Tapi kalau dia mau….? Oh..oh..tidak mungkin!!

Kunjungan Dinda ke tempatku sudah satu jam lamanya…
ceritanya lebih seru lagi…
aku ingin mendalami kehidupan Dinda…!

Saat itu jam 15.00.. suasana sepi sekali…
kuputarkan lagu-lagu yang cukup exotic…
dan kadang-kadang slow…
menambah suasana di apartemenku sungguh syahdu…

Saat itu Dinda melamun…
aku bukakan pintu…untuk membuka hatinya…
lalu aku sun pipinya…
pipi kiri… dan kanannya…
pipinya halus dan mulus…
seperti pipi anakku itu…

Dalam hatiku bersenandung…
seperti lagu yang sedang kudengar…
Oh.. dia anakku juga…
bukan adikku…
karena Dinda sangat muda….
masih ABG… seperti anakku…

Tiba-tiba ungkapan hati yang sejuk…
Keluar dari mulutnya Dinda….
“Hai, Mas ngapain ajha sendiri…??”
“Ah, ngga ngapa-ngapain…
Mas biasa sendiri… ngelamunin kamu…”
“Ah, bisa ajha…Mas Agus…” kata Dinda…

Untuk mengisi suasana saat itu…
aku coba menyanyi bersama di ruang tamu apartemenku…
Dia malu-malu… karena aku pegang tangannya…
saat aku bernyanyi bersama…
tangannya Dinda juga putih dan mulus…
dan ada bulu halusnya…
pergelangan dan telapak tangannya kecil…
seperti pergelangan tangan anak kesayanganku…

Kalau anakku melihat aku duduk dengan Dinda…
pasti dia marah…!
takut perhatianku dengannya berkurang…
Ah, itu biasa…
perhatianku terhadap anakku satu-satunya…
tidak mungkin berkurang…
walaupun aku punya adik atau istri lagi…

Aku selalu bertanggung jawab kepada siapa saja…
yang menjadi tanggung jawabku…
lebih-lebih itu anakku….

Telah 2 jam aku bertutur kata dengan Dinda…
lalu aku menawarkan kepada dia…
“Nanti pulang dari sini jalan-jalan aja ke Mal..!
Nanti aku kasih uang….
untuk membelikan oleh-oleh untuk Dea…
dan Mama Papamu, ya…”
Dinda menganggukkan kepalanya…

Matanya yang indah menatapku…
tatapan matanya membuat aku…
ingin lebih dekat dengannya…
Oh.. aku sedang kesepian…
anakku jauh di seberang lautan sana…

Dinda satu-satunya menjadi temanku….
untuk bercerita suka dan duka…
Oh, kapan dia dewasa..??
Aku ingin dia cepat dewasa…
Dan bisa hidup normal…

Mudah-mudahan dengan nasehatku…
dia jadi terbuka dan hidup kembali…
dengan penuh cinta dengan calon pacarnya….!

Sebelum dia meninggalkan apartemenku…
dia sempat bercerita agak aneh…
dan matanya sayu…
tangannya dingin…
mukanya pucat…

Oh, ada apa Dinda..?
Aku sempat takut…
Ada apa dengan Dinda…?

Dia akhirnya membuka mulutnya…
“Mas… oh Mas Agus…”
sebenarnya yang meraba-raba cintaku waktu kecil dulu…
sekarang telah dewasa Mas, namanya Bari….”

Oh.. dia kenapa lagi…?
“Kok kamu ingat-ingat dia lagi…??!!”
“Dia telah mendekati saudaraku sendiri…”
“Siapa namanya..?” tanya Agus…
“Namanya Lenny…”

Sungguh Perawan Dukaku… Dinda…
merasa iba dan marah dengannya…
“Mas, dia telah merusak hatiku…
dan akan merusak saudaraku yang namanya Lenny..!”
Agus bertanya kepada Dinda…
“Apakah Bari tidak tahu….
kalau Lenny adalah saudara kamu sendiri..?!!”

“Dia tahu, Mas…!”
Saudaraku dianggapnya seperti aku….
Bari ingin merusak hidupnya…
“Oh.. Lenny saudaraku telah dicumbunya…
seperti dia mencumbu aku waktu SD dulu…”
“Oh Tuhan…
saudara sepupuku Lenny sekarang sudah kawin dengan Bari…
tunjukkanlah dia ke jalan yang benar…,
isi hatinya dengan iman…”

“Sedih hatiku karena Lenny mau dikawini oleh Bari…”
“Sebetulnya Lenny sudah tahu….
Bari sudah mendapatkan buah hati dari aku….
melalui kandunganku…
Dia sekarang telah berumur 9 tahun…
dan cukup cerdas… tapi pendiam…
dan agak sulit untuk menebak hatinya…

Si kecil bernama “Dea”
sekarang sudah pintar…
dan sayang dengan keluarganya…
Dia senang bermain air…
Dea selalu meminta perhatian dari Dinda….

Dinda.. tiba-tiba teringat dengan Dea…
“Oh.. Dea sebetulnya adalah anakku…”
“Tapi sedih hatiku…
karena Dea memanggilku dengan sebutan Mbak…”
“sungguh sedih hatiku…
karena dia adalah anakku…”
“Oh Dea… anakku…”
“Aku sayang kepadamu…
aku ingin membesarkanmu…” kata Dinda

“Sekarang Dea menyebut Mamaku sebagai Mamanya…”
“Mamaku yang membesarkan Dea…
dari kecil hingga sekarang….”
Baru kali ini… kuminta kepada Mamaku…
“Dea anakku (dalam bisikan hati Dinda)…
“harus tidur di sampingku setiap hari…”
karena aku ingin merawat Dea…
dari hati ke hati.. setiap hari…”

“Sebenarnya aku (Dinda) tidak berani cerita…
kepada siapa pun…”
“Aku hanya bercerita…
dengan saudara-saudaraku, Papahku…
dan dengan teman dekatku…”
“Dia namanya Agus…”
“Agus orangnya baik….”
“Tapi kadang-kadang sekian lama menghilang…
tidak ada kabarnya….”

Agus tua umurnya, tapi jiwanya muda…
dan juga muda hatinya…
Hatinya juga duka karena iba…
Dia iba nestapa…
melayang-layang pikirannya…
nun jauh di ujung sana….

Pikirannya kosong sekosong hatinya…
hatinya selalu sendiri dan menyepi…
saat itu Agus mendengar suara-suara…
yang tidak pernah didengarnya…

Oh.. itu suara Durhaka…
Dia gila…
Membuat hati orang jadi duka…
Agus mengenang dan mendo’akan dia…
Si “Perawan Duka…”

“Oh.. Tuhan saja yang tahu…
perasaan dia itu…
karena Tuhan selalu disampingnya…”
Di sampingnya…!!”

“Oh.. Tuhanku…!!”
Berilah dia ketabahan hati…
Bimbinglah hatinya….
biar dia bisa cinta….
dan agar dia bisa mulai sayang dengan orang lain….
seperti dia menyayangi kakak-kakaknya…

Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku…
saat aku melihat jam…
jam sudah menunjukkan pukul 3.00 pagi…
pagi itu aku tidak bisa tidur lagi…
ternyata aku mimpi bertemu dengan Dinda…

Saat itu kumimpikan….
Dinda sedang mengingau…
Dia katakan…
“Aku sekarang sungguh….
tidak mencintai siapa-siapa…”
Aku takut, aku takut mencintai….
orang sesamaku…” kata Dinda.. dalam mimpiku…

Oh Tuhan… Dinda mengigau… saat aku bermimpi
berilah aku cinta sejati…kata Dinda dalam mimpiku…
cintaku bukan untuk sesama jenis…
tapi cinta untuk seorang laki-laki…
yang bisa meyakiniku…
yang bisa mengerti aku…
dan sayang dengan si kecil Dea…

Oh Tuhan..
saat itu aku meraba-raba cinta…
sekarang aku tulus…
tidak meraba-raba cinta lagi….
Aku sekarang kenal dengan Dul…
Dul seumur denganku…”

Aku sekarang dekat dengan Dul…
Aku sering jalan dengan Dul..
“Ah.. aku sungguh bahagia….”
Keesokan harinya….
Agus melihat Dinda jalan dengan Dul…
“Ketika itu kulihat dia dan Dul bergandengan tangan...
begitu mesranya di sebuah Mall…
di daerah Cilandak…”
Mall itu dekat dengan kantornya Agus…

Agus sangat senang melihat kejadian itu…
Dalam hatinya Agus mengatakan…
“Mudah-mudahan dia sudah bisa sayang…
dengan laki-laki.. karena selama ini…
hatinya sangat dingin…
dan tanpa gairah….”
Apalagi untuk melakukan sex…
Ciuman pun mungkin….
tidak pernah dirasakannya saat ini…

Tetapi Pak Suryo (Papahnya Dinda)…
dan Ibu Dewi (Mamahnya Dinda)…
tidak menyetujui hubungan Dinda dengan Dul…
Ibu Dewi mengatakan kepada Dinda…
“Mau makan apa kamu nanti….
Kalau kawin dengan teman seumur…”

Bu Dewi selalu marah dengan Dinda…
Dinda tidak diajak ngomong sama Mamahnya…
sudah sebulan lamanya Mamahnya tidak mau bicara dengan Dinda…
karena Bu Dewi sangat khawatir…
kalau Dinda dekat dan makin dekat lagi dengan Dul…

Dea sengaja diserahkan dengan Dinda….
Ibu Dewi marah dengan Dinda…
karena Dinda dekat dengan Dul…
Dinda sekarang disuruh merawat Dea….
Dea pun mulai sekarang sudah merawatnya…
Katanya Bu Dewi menginginkan Dinda…
bisa mempunyai tanggung jawab…

Tiba-tiba Agus kangen dengan Dinda …
Agus menelponnya…
“Hallo Dinda… apa kabar…?”
Dinda jawab, ”Mimpi apa Mas…..
kok menghilang aja…??”

Aku ke rumahnya disambut baik dengan ibunya…
Bu Dewi bertanya…
“Apakah Agus sudah mendapat pacar yang putih..??”
Aku jawab “Ibu bisa aja…saya masih sendiri Bu…”
“Kalau begitu sering-sering aja datang ke sini…
Dinda mau ngobrol dengan kamu…”

Ok Bu… kusambut ajakan ibu Dewi….
untuk sering ke rumahnya…
Dinda kuajak jalan-jalan….
aku selalu pergi dengan supirku “Maman”…
Si Maman selalu nguping …
kalau aku ngobrol dengan Dinda…
di saat jalanan sangat macet…

Aku dekati Dinda…
Aku pegang tangannya….
Aku remas-remas tangannya…
Dinda bilang…
“Jangan Mas…”
Aku bilang “takut ama si Dul ya…?”

Hari demi hari aku dekat dengannya…
orang tuanya, saudaranya… sudah setuju…
kalau aku dekat dengannya….

Aku tiap hari SMS.. SMS an dengan Dinda lagi…”
“Dinda pa kabar…?”
“Baik ….”
Dinda selalu tanya, “Mas lagi pain…?”
Aku bilang aku lagi di Bali…
dan selalu ingat kamu…
Dia jawab… Ha..ha..ha…

Agus… SMS Dinda lagi…
Dinda rasanya aku pingin deh…
Curhat ama kamu….
Kapan-kapan ngobrol yuk…
Dinda sekarang kan dah dewasa….!!
Terus dia jawab…!!
Ok Mas…. Kapan-kapan temuan ya…Mas Agus
Kujawab Ok say…. C U….”

Tetapi cuaca selalu mendung dalam diriku…
Tiba-tiba Mamahnya Dul namanya Santi sangat sewot…
Karena Dinda dengan Agus dekat lagi…
Agus sering curhat di rumahnya Dinda…

Dan ternyata Dul… curhat dengan Mamahnya (Bu Sri)…
Ma… kenal gak yang namanya Agus…!!
Kayaknya dia teman Papah lho…!
“Kenapa Dul…?” tanya Bu Sri…
Dinda direbut hatinya, Ma…!
Ama siapa…?? Ama si Agus….
Teman Papah… katanya…

Dul pun… selalu murung di rumahnya…
tidak mau makan nasi…
dan sedih selalu…
dia telah kehilangan Dinda….katanya…
Oh… katanya gara-gara Agus….

Ibu Sri berusaha mencari Agus…
via temanku….akhirnya temanku….
bernama Umi menelponku…
“Hallo Mas Agus…
kasihan lho anak temanku, namanya Dul…
sekarang dia linglung… patah hati…
katanya kekasihnya Dinda, direbut Mas Agus…”

Terus aku katakan dengan Umi…
“Umi, aku tidak merebut kekasihnya…”
“Aku hanya merebut hatinya….”
He..he..he…
Umi tertawa… hi..hi..hi…

“Kasihan lho Mas.. dia patah hati…”
terus aku bilang ama Umi…,
“Nanti aku telpon Dinda…
biar coba dekat dengan Dul lagi…
Aku kan seperti kakaknya aja…”
“Dia kan masih kecil, Umi…!!”
“Apakah mungkin dia pantas denganku…?”

Atas saranku.… Dinda dekat lagi dengan Dul…
Dia mencoba sering jalan berdua dengannya…
Tapi sial nasibnya…
Mamahnya Dinda marah lagi…
“Dinda, kenapa kok dekat lagi ama Dul..??”
kata Mamanya Dinda (Bu Dewi)…
“Kasihan Mas Agus donk…!!”
“Ma, semua ini atas saran Mas Agus kok!!”

“Mas Agus kasihan sama Dul, Ma….!”
Mas Agus ditelpon temannya…
katanya Dul sakit dan patah hati…
karena aku berusaha jauh dengan dia, Ma..!!

Mamanya tetap marah…!!
Akhirnya Agus menghilang lagi…
sebenarnya Agus juga kesal…,
kenapa Dinda mau lagi dengan Dul…
padahal aku hanya tes dia…
“Dasar anak ABG..!!” gumamku…

Agus lebih dari 6 bulan menghilang…
dari ingatan keluarga Dinda…
Tiba-tiba aku mendapat SMS…
Dari Mamahnya Dinda…
“Agus, Dinda sudah tidak dekat lagi…
dengan si kecil Dul…”
katanya dia tidak ada kecocokan…!!

Oh ngga menyangka Mamahnya Dinda…
SMS kedua aku terima malam hari…
“Agus, keluarga Dinda dari Malang mau ke Bali…
dan mereka mau tinggal di Kuta…!”
“Mamah dan Dinda mau nyusul besok…”
“Agus dimana…??”

Agus jawab, “Oh kebetulan saya mau ke Bali besok…”
padahal Agus tidak ada rencana ke Bali
besok malamnya Agus tiba di Bali…
Agus tidur di salah satu hotel di Kuta…
dekat dengan hotel dimana Dinda menginap…

Pagi-pagi buta Agus SMS Mamahnya Dinda…
“Nanti siang saya mampir ke hotel Ibu ya…!”
Dijawabnya “Oke, aku tunggu….”

Saat kudatang…
Dinda yang cantik… lebih cantik dari fotonya…
telah menunggu di restoran bersama Dea…
dan Mamahnya…
Kita makan bersama…,
sambil melihat pemandangan orang Australia…
yang lagi renang di depan restoran itu….

Sebenarnya aku ingin memandang hamparan bikini lebih lama lagi…
karena orang Australia di depanku itu cantik…
putih, seksi dan dadanya kelihatan kemana-mana…
aku jadi grogi karena ada Mamahnya Dinda…

Lenggang-lenggong tarian Australia itu….
menambah riuhnya suasana restoran itu…
membuat suasana gembira…!

Di depan Mamahnya kucium pipi kiri…
dan pipi kanan Dinda…
aku merasakan getaran…
yang lain dari sebelumnya…!!

Habis makan…mereka kuajak pindah hotel….
Akhirnya aku tinggal satu hotel di dekat Ubud….
tapi sayang aku hanya bisa ngobrol dengannya…
cuma satu hari… karena besok siangnya…
aku harus ke Yogya…

Di Yogya aku kembali teringat lagi…
dengan Dinda yang dulu masih meraba-raba cinta…
tetapi sekarang dia sudah dewasa…
kubuat lagi syair lagu untuk Dinda….

Ingin rasanya aku mengabadikan…
syair lagu yang kubuat….
untuk dijadikan lagu sebagai kenangan…
yang tak bisa dilupakan…

Oh.. lirik lagu itu sungguh indah…
seperti kejadian-kejadian….
yang telah menimpa dirinya….

“Dinda… aku ingin curhat denganmu….
aku nanti datang ke rumah ya…
kalau aku sudah kembali ke Jakarta…??!”
“Ok… aku sambut dengan senang hati …
ajakan Mas Agus itu…”

Agus pun berkunjung ke rumah Dinda….
Dinda membisikkan sesuatu denganku…
“Mas Agus, aku sekarang sudah dewasa…”
kata Dinda…

Ingin rasanya menemukan seseorang….
agar aku bisa hidup kembali…
bukan di dunia hampa…

Aku katakan dengan Dinda…
“Hai Dinda…
Agus sedikit memberikan ceramah…
dan mendesingkan sesuatu bisikan, khayalan…

Oh Dinda…
Dunia ini penuh dengan kezaliman…
penuh dengan duka…
penuh dengan semangat korupsi…

Moralnya tidak biasa…
Dia telah memiliki moral yang tidak baik…
Oh Dinda… ingin rasanya aku membenahi….
orang-orang yang ada di sisi kita…
orang-orang yang ada di samping kita…
sampai orang-orang di sekitar pemerintahan ini…

Dia penuh khayalan…
Oh.. dia ingin menciptakan keindahan alam….
Surgawi… duniawi…
tempat yang didiaminya saat ini…
bukan tempat… biasa…

Di sana banyak barang-barang yang luar biasa….
Barang-barang purbakala…
Tempat itu dibuat untuk berkumpul…
bagi insan seni di negeri ini….
“Dinda, itu angan-anganku seutuhnya” kata Agus..

Tiba-tiba Mamahnya Dinda menyiapkan makanan…
untuk makan siang bersama… keluarganya…
termasuk Papahnya… Pak Suryo…
saat itu sungguh tak terduga…
aku bisa makan bersama keluarganya…
kakaknya baik juga denganku…
aku seperti keluarga besarnya saja, desahku berkata begitu….

Saat itu… sayur lodeh, nasi putih, ikan, paha ayam…
menjadi saksi bisu…
bahwa aku dan keluarganya sangat dekat…
aku telah menjadi bagian dari keluarga besarnya…!

Walaupun Dinda cuek saja denganku…
tapi pikiran orang tuanya…
selalu menginginkan aku…
untuk selalu dekat dengan Dinda…
untuk menyelamatkan hidupnya Dinda…
karena Dinda telah mempunyai buah hati…
yang bernama Dea…!

Bu Dewi bilang, “Sering-sering ke sini ya…!”
“Ibu senang kalau Agus sering-sering ke sini…”
“Jangan ngilang lagi ya…!” kata Bu Dewi…
“Ngga Bu… saya ngilang karena sibuk di Bali, Bu…!”
“Sekarang saya sudah sering di Jakarta lagi…
karena di Bali proyeknya sudah jalan, Bu…!”

“Buat proyek apa di Bali..?” tanya Bu Dewi…
“Itu Bu… meneruskan sebuar Resort…
di kawasan Jimbaran Bali, Bu…”
“Agus, kantor kamu dimana di Jakarta…?”
“Di Cilandak, Bu…”
Agus kelihatan senang dan selalu senyum…
karena senyum itu sungguh membuat keluarga Dinda…
semakin dekat denganku…!”

Agus bertanya dengan ibunya Dinda…
“Bu, bagaimana Dinda sekarang? Sudah punya pacar…?
atau masih berhubungan dengan Dul, Bu…?”
“Oh ngga… dia sudah tidak ada hubungan lagi dengan Dul…”

Tapi perasaanku berkata…
Dinda masih berhubungan dengan Dul…
Karena 3 bulan yang lalu….
aku pernah melihat Dinda bergandengan tangan dengan Dul….
di sebuah Mall di Cilandak…

Oh.. Agus selalu bermimpi dan mengkhayal…
Untuk bisa melaksanakan amanat ibunya Dinda…
Untuk bisa lebih dekat dengan Dinda…

Tapi itu hanya ramalan yang tidak ada gunanya…
karena Dinda selalu belum dan tidak pernah senang…
dengan seorang laki-laki…
apalagi laki-laki seperti aku…

Ramalan demi ramalan kuimpikan…
tapi keraguan alam menjadi tak menentu…
pantun demi pantun terbang dalam angan-anganku…
Apakah dia yang kecil mungil sebagai wanita idamanku…??
Kedewasaan belum kutemukan dalam dirinya…
dia masih sering melamun dan merana…!
Merana seperti ada yang kurang dari dirinya….!

“Dinda, proses apalagi yang kamu tunggu…?”
“Apakah waktu yang cukup lama itu….,
belum memberikan isyarat kepadamu…?”
“Syarat apalagi yang belum keluar darimu…?
Gejolak jiwa raga, lamunan dan getaran jiwaku…,
membuat buku romaku menggidik….
bagaikan ulat bulu sedang menggerayangi…
seluruh tubuhku yang sedang tanpa busana…”

Busana lepas karena aku memikirkan dia…
“Apakah dia bisa bersatu dalam jiwa…
yang lagi duka, iba, rindu menunggu kamu….?”
“Aku datang dan pergi karenamu…
Oh kamu selalu ragu….?”

Oh Dinda… ini kesempatan terakhir untuk kamu…
“Apakah kamu tetap diam…?
Aku akan mencoba membuka hatimu…
yang telah disegel karena kejadian itu…
aku belum bisa menyelami jiwamu yang sebenarnya…!

Aku takut menghadapi kenyataan…
apabila aku memaksakan dia untuk senang denganku…
Aku takut ibunya memaksakannya untuk menyenangiku…!
Ibunya yang baik itu selalu menunggu keputusanku…
apakah aku mau dengan Dinda….”

Saat itu aku teringat dengan kata-kata Mamanya Dinda…
“Agus jangan ngilang lagi dong…!”
Aku jawab “Ngga kok, Bu…”
Kalau Dinda mau merasakan getaran cintaku…
aku tidak akan menghilang lagi” kata Agus saat itu…

Semakin dekat dia denganku…
semakin takut aku dengannya…
Aku harus tegas sekarang dengan keputusanku…
dan aku harus bertanggung jawab…

Sebenarnya aku sangat banyak pilihan dalam hidupku…
pertimbangan hidupku sangat banyak dan berbelit-belit…
saking banyaknya harapan-harapan yang diberikan kepadaku…
keinginan Mamanya akan kucoba tangkap dengan hati-hati…

Kala itu aku baru bangun dari tidurku…
baru kali ini aku tidur lelap…
karena selama ini aku jarang bisa tidur lelap…

Aku menggerayangi kantong celanaku…
tidak ada yang menonjol…
tanganku pindah ke bawah bantal…
aku temukan HP ku yang selalu menemaniku tidur…
dan menemaniku di saat aku sepi menyendiri di kamar…

Aku lihat layar HP ku…
tidak kusangka dan tidak kuduga…
SMS itu kubaca kata demi kata…
“Agus… ini Mamahnya Dinda…
kalau kamu serius dengan Dinda…
Mamah minta Nak Agus ngomong langsung…
dengan Papahnya Dinda…!”

Aku tertegun membacanya….
dan kubaca SMS itu berulang-ulang…
aku berfikir sejenak…
aku jawab SMS Mamanya Dinda…
“Ibu, saya akan segera bicara dengan Papahnya Dinda…
setelah saya ketemu Dinda dan curhat dengannya, Bu…”

Saya tidak mau…
karena dia masih acuh denganku….
dan aku menepuk sebelah tanganku…
itu semua tidak akan menyelesaikan masalah…!!

Aku mau seseorang…
yang tulus cintanya…, tulus hatinya….,
tulus jiwanya…, tulus mukanya….,
tulus setulus saat sepasang remaja….
sedang memadu asmara, tanpa ada beban apa pun…
tanpa melihat harta, tanpa melihat mobil…
tanpa melihat pakaian dan tanpa melihat embel-embel lainnya….

Dia tulus cinta…,
karena dia sayang perasaan hatinya dengan pasangannya itu…
bukan karena embel-embel itu…
“Nah… ketulusan itu yang kucari”, pikir Agus
“Apakah Dinda setulus itu…?”
yang tahu adalah Dinda sendiri…!
Mamahnya, Papahnya, Kakak-kakaknya…
pembantunya dan buah karyanya….
semua tidak tahu isi hatinya yang sebenarnya…
hanya dia yang tahu…

Mudah-mudahan keluarganya tidak memaksakan kehendaknya….
memang dia sayang sama anaknya….
sehingga anaknya bisa hidup senang dan berkecukupan…
demi buah karyanya itu… “

Dea sudah besar sekarang…
sebenarnya aku berusaha sayang dengannya….
agar Dinda bisa sayang denganku….
kemudian aku terima SMS lagi dari Mamanya Dinda…
“Agus, ini Mamahnya Dinda….”
“Agus, aku ingin mengundang kamu makan malam besok…
“Ibu, maaf besok malam saya tidak bisa….
karena ada acara penting…” kataku…

Kemudian Mamanya SMS aku lagi…
“Kalau begitu makan siang saja ya…”
Kujawab “Iya Bu, saya besok siang datang…”

Besoknya tepat jam 11.30 am, aku meluncur ke rumah Dinda…
supirku agak ngebut sedikit, karena waktu sudah hampir jam 12.00…
takut aku ditunggu keluarganya…
Supirku parkir mobil di rumahnya yang cukup luas…
yang terletak di Kalibata…

Aku turun dan membuka pintu pagar…
kemudian aku masuk ruangan tamu…
tiba-tiba Mamahnya menyambutku….
“Mat siang… maaf saya agak telat, Bu…!”
“Ngga apa-apa… silahkan duduk…”

Pak Suryo menemaniku ngobrol….
cukup lama aku ngobrol dengan Pak Suryo…
aku diberikan buku yang berjudul…
“HARI-HARI BAHAGIA BERSAMA RAKYAT”
Buku itu terbit tahun 1997…
“Mas Agus kan senang nulis… ini ada buku lama…
mengenai riwayat Kepolisian Republik Indonesia…”
yang menulis buku itu ya… Kakeknya Dinda…
saat itu kan Kakeknya Dinda jadi Kapolri…
Beliau sempat meninggalkan buku sejarah karangan Beliau sendiri…
Om sudah menghadap ke Kapolri untuk bisa melestarikan buku tersebut…

Ternyata buku tersebut bukan hanya mengenai biodata….
tapi buku itu cukup mempunyai makna sejarah…
dan prestasi penting saat itu…
yang menyangkut Kepolisian Republik Indonesia…
“Polri akan memperbanyak buku itu…” kata Pak Suryo

“Ini Om kasih sebuah buku, tolong disimpan ya, Nak Agus…”
“Iya Pak…”
Dalam hatiku komat-kamit…
kok Kakeknya senang nulis juga ya….??
Kalau begitu cocok dong aku jadi cucunya….
He..he..he…
Kan penulis juga…
Hi..hi..hi…

Ibunya Dinda juga menemani aku duduk dan ngobrol bersama…
Tapi sudah 15 menit aku duduk.. kok si cantik yang duka belum nampak?
Cuma Dea aja yang nampak malu-malu melihatku…
“Dea apa kabar…?”
Dia hanya mesam-mesem cemberut kepadaku…
Dia pemalu dan pendiam seperti Dinda….
Aku melirik ke meja makan, makanan sudah siap dihidangkan…
Dinda belum juga kelihatan…

Untuk mengisi kekosongan waktu biar tidak jenuh…
aku mendengarkan lagu ciptaanku melalui HP ku…
judul lagunya “Bayanganmu”….
kudengarkan bersama Mamah, Papahnya…
juga Kakak laki-lakinya Dinda yang juga ngobrol saat itu…
Keluarganya asyik mendengarkan lagu itu….

Lalu Dinda turun dari tangga….
Oh… dia manis sekali saat itu…
Dia lebih dewasa… dia cantik…
Aku jadi mau…! He..he…
Dia duduk manja di sampingku…

“Dinda, ini lagunya Mas lho.. enak deh..!!”
Dia mendengarkan lagu ciptaanku…
“Mudah-mudahan tergugah hatinya untuk lebih dekat denganku…”

Dinda bisik-bisik denganku…“Enak juga Mas…”
“Do’ain ya… bisa ngetop…!” kata Agus…
“Nanti Mas juga akan buat lagu yang mirip dengan kamu…
boleh kan…?”
Dinda jawab, “Boleh aja…!!”
Oh aku senang mendapat izin darinya…”

Mamanya bangun dari tempat duduknya…
“Mas Agus, kalau begitu mari kita makan bersama…”
Oh senang hatiku… ada masakan kesukaanku…
sayur lodeh dan ayam goreng…!!
Aku makan ayam 2 potong dan sayur lodeh….

Papahnya Dinda makan sphagetti…
“Enakan ayam…!!” pikirku…
Aku menikmati masakan itu dengan lahap….
sambil bercerita tentang laguku…
dan kembali mereka mendengarkan lagu itu…
mereka sangat baik denganku…
saat itu semua diam sejenak…

Oh Tuhan… kupegang tangannya Dinda…
tanganku lagi belepotan dengan nasi…
Oh… aku merasakan suasana yang sangat ramah…
karena Mamahnya sangat mengharapkanku…
demikian juga keluarganya…!!

Oh Tuhan… aku senang dengan suasana ini…
nasi telah menjadi saksi…
sayur lodeh juga menyaksikan aku saat itu…
dan ayam goreng juga menjadi saksi bisu…
tetapi Papahnya, Mamahnya, Kakaknya….
telah menjadi saksi hidup saat itu…

Mamahnya ingin aku dekat dengannya….
dia sangat mengharapkanku untuk mempersunting anaknya…
yang sangat dia sayangi…

Aku mencoba untuk mendekati Dinda lagi…
ini kesempatan terakhir untuk mendekatinya…
kalau sekarang gagal…
berarti aku tidak akan pernah mencoba lagi mendekatinya….

Secara rutin aku menghubungi dia…
Baik telepon maupun dengan SMS…
“Mas kapan pulang ke Jakarta…?”
di kala malam sepi…
aku dibuat senang dengan SMS itu…
“Dinda, aku pulang akhir minggu ini…!”
“Aku minta bantuan Mas…” kata Dinda…
“Dea kan sudah mulai les…
dan aku ngga ada dana sama sekali…”
“Oke Dinda..!! kujawab singkat…
karena aku sudah naik pesawat untuk ke Jakarta…

Setelah sampai di Jakarta…,
aku buka lagi HP ku…tiba-tiba dia SMS lagi…
“Maksud Mas apa..?”
“Oke, sampai di Jakarta aku bantu ya say…”
kata-kata say di sini.. menunjukkan aku ingin lebih dekat dengannya…

Karena ibunya Dinda memberi amanat kepadaku…
untuk menjaga Dinda…
dan kalau mungkin untuk lebih dekat lagi dengan Dinda…
Mamahnya Dinda sebenarnya sangat setuju…
kalau Dinda bisa dekat denganku…
tapi rasanya… hatinya selalu beku…

Aku mencoba lebih dekat dengan Dinda…
Aku telepon Dinda…”Hallo Dinda, apa kabar?”
“Hai Mas Agus, apa kabar juga..?”
“Baik..” jawabku…
“Dinda, nanti malam ke café di Kemang yuk…!”
“Jam berapa Mas…?”
“Jam 10 malam…!”
“Oke.. jemput aku ya Mas…!”
“Aku ajak temanku Nani dan Yuyun…!
kebetulan teman-temanku sekarang ada di rumahku, Mas…”
“Oke Dinda.., c u ya ntar malam…!”

Tepat pukul 9 malam… aku meluncur ke rumah Dinda…
tiba-tiba Agus mendapat telepon dari Ola, seorang artis top ibukota…
“Hallo Pak Agus, aku ngga ada supir…
jemput aku dong Pak…?!”
“Oh Ola… aku jemput ya…!”
karena sebetulnya Ola lah yang mengundang aku dan Dinda…
untuk nongkrong di café di kawasan Kemang…
karena suami Ola kebetulan pemain band…
yang sedang manggung di café itu…!

Agus tiba di apartemen tempatnya Ola…
Aku call Ola…
“Hai Ola… aku sudah di bawah apartemenku…”
Ola pun turun dan langsung naik ke mobilku…
“Ola pa kabar…? Kamu cantik sekali Ola…”
“Bisa aja…” kata Ola
Aku asyik ngobrol dengan Ola…
kata Ola, “Perawan Duka dimana..?”
“Oh.. dia di rumahnya…
Nanti aku jemput dia ya…!”

Aku pun telah sampai di Kemang, aku drop Ola…
dan aku segera meluncur menjemput Dinda dan teman-temannya…
Agus sampai di rumah Dinda tepat pukul 11 malam…
Agus mengetuk pintu rumah Dinda…
Dinda, dan temannya Yuyun dan Nani…
turun dan membuka pintu rumahnya…

“Hai Mas Agus, kok malam amat sih…?” kata Dinda…
“Aku ngantuk Mas…”
“Kita sebentar aja kok…” kata Agus…

Aku meluncur bersama tiga dara ayu ke kawasan Kemang…
Ola sudah menanti kedatangan kami…
karena dia ingin tau yang namanya Perawan Duka…!
kami sampai di café itu jam 11.30 malam…
suara band telah menanti kita…
suami Ola sedang mengumandangkan lagu-lagu yang indah…

“Hallo Ola.. kenalin ini Dinda dan teman-temannya, Nani dan Yuni…”
Tampak Dinda diam saja.. karena dia baru kenal dengan Ola…
Ola tertegun sejenak…karena saat itu Dinda seperti anak kecil dandanannya…
Ola mengira Dinda masih SMA…

Aku bilang sama Ola “Dinda sudah berumur 22 tahun saat ini”
“Oh gitu…” kata Ola…
“Kirain masih 17 tahun… he..he..he..”
musik pun tiba-tiba berhenti…
suami Ola minta Ola untuk menyumbangkan 2 buah lagu…
untuk kita semua…
ternyata saat Ola menyanyikan lagu Barat…
terlihat Ola menyanyi lebih matang dari sebelumnya…

Akupun mendapat giliran naik panggung…
untuk menyanyikan sebuah lagu…
aku tidak malu-malu saat itu, karena kepalaku pusing…
dua gelas wine telah membuat aku pusing…
sehingga aku berani berdiri di depan panggung itu…

Sebelum menyanyi.. aku membacakan puisi untuk Dinda…
Bait demi bait telah kulewati…dan akhirnya…
aku menyanyikan sebuah lagu untuk Dinda…

Malam sudah larut saat itu…
Aku pun mohon diri untuk pulang…
mengantarkan Dinda dan teman-temannya….
Dinda pun berdiri dan minta izin untuk pulang lebih dulu…
Kuantar Dinda pulang ke rumah…
Dinda pun sudah ngantuk… dan dia tidur pulas saat di dalam mobil…
tapi aku tetap ngoceh…karena sedikit mabuk saat itu…
aku drop Dinda di rumahnya…

“Oke Dinda… met malam ya…
semoga mimpi indah ya Dinda…?!”
“Iya Mas Agus… besok telepon aku ya..!”
“Oke Dinda… met malam…”

Keesokan harinya cuaca tampak terang…
Agus melamun sendiri ke rumahnya…
angin berhembus sepoi-sepoi…
ditambah alunan lagu karya Agus sendiri…
membuat Agus teringat dengan kejadian kemarin malam…
saat Agus agak mabuk…
berdiri di panggung sendiri…
membacakan puisi yang memang keluar secara spontan saat itu…

HP Agus berbunyi pukul 12.00 siang…
Ternyata Dinda menghubungi Agus…
“Halo Mas Agus, apa kabar siang ini..?”
“Baik Dinda” kata Agus…
“Dinda lagi dimana…?”
“Aku lagi nganter temanku Nani…
pulang ke rumahnya, Mas…”

“Mas Agus, ini Nani mau ngomong Mas..!”
“Hai Nani… apa kabar?”
“Baik-baik aja Mas… terima kasih ya Mas Agus…
kemarin malam aku senang deh…
apalagi ngeliat Mas Agus lagi baca puisi di panggung…
he..he..he…”

“Ah, ngeledek ya..!!” kata Agus…
“Ngga Mas… betul kok!”
“Apalagi suara Mas Agus serak-serak basah…!” kata Nani..
“Ah masa’…?” kata Agus…
“Iya Mas..!!”

Agus tanya sesuatu sama Nani…
“Gimana, Dinda malam itu marah ngga..?”
“Oh.. ngga Mas, dia malah senang…
dan kapan-kapan dia mau ngajakin lagi ke café…
biar ngilangin stress, Mas..!”
“Stress apalagi dia.. Nan..??”
“Dia lagi pusing, Mas…!”

“Mas Agus, Dinda pingin liburan ke Bali…
Gimana Mas..?”
“Boleh aja...” kata Agus
“Nani, aku mau ngomong sama Dinda dong..!”
“Oh Mas, ini Dinda…”

“Gimana Dinda, katanya mau ke Bali…?”
“Iya Mas…”
“Tiketnya udah beli belum…?”
“Udah Mas.. besok kita berangkat ya Mas…!”
“Oke..” kata Agus…
“Nanti Mas suruh jemput ya….
dan hati-hati di jalan ya…!”

Akhirnya Dinda dan Nani sampai di Bali…
mereka dijemput oleh supir…
untuk menuju ke tempat yang disediakan oleh Agus…

Sebelum ke tempat tujuan…
Dinda dan Nani mampir ke tempat temannya di Kuta…
mereka jalan-jalan dengan temannya di Kuta…
sampai malam mereka jalan-jalan dan nongkrong di Legian Kuta…

Dan saat malam tiba…
suasana jalan di Legian Kuta tampak masih ramai…
maklum bulan Juli adalah musim liburan sekolah…
membuat suasana di Kuta sangat ramai dan dipadati…
oleh anak-anak sekolah dan mahasiswa dari Jakarta…
kelihatannya Dinda… sangat capek dan banyak melamun…
pandangannya kosong tidak jelas apa yang dipikirkannya…
Dinda ngajak Nani pulang untuk istirahat…!

“Nani, pulang yuk…!!” kata Dinda..
Nani jawab, “Ngapain Din pulang, baru jam 10.00 malam…?
Dugem aja yuk…!!”
akhirnya mereka tidak jadi pulang…
dan mereka dugem sampai pagi…!
Tepat jam 2.00 pagi mereka baru pulang…
dan tinggal di hotel yang jauh dari Kuta…

Kata Nani, “Ngga enak ya tinggal jauh dari Kuta…”
“Enakan tinggal di Kuta, ya Din…”
“Iya sih… tapi kan ngga enak sama Mas Agus..!”
kata Dinda kepada Nani…

Tiba-tiba… saat Agus sedang mengambil uang di ATM…
Mamahnya Dinda (Ibu Dewi) telpon Agus ke HP-nya…
“Halo Agus, lagi dimana..? kapan nyusul Dinda ke Bali..?”
“Lagi di Jakarta, Bu… mungkin besok saya nyusul Dinda ke Bali…
karena kebetulan saya ada kerjaan yang harus dikontrol di Bali, Bu…”

“Oke… tolong jagain Dinda ya…!
karena Ibu khawatir dengan teman-temannya….
takut ada apa-apa…!”
“Jangan khawatir Bu…!
karena mereka saya pinjamkan mobil…sekaligus supirnya…!”

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00, Agus telpon Dinda…
maksudnya mau menanyakan apa sudah sarapan…?!
ternyata HP-nya tidak diangkat-angkat…
“Mungkin masih tidur…” kata Agus…
karena kemarin mereka pada begadang di Kuta…

Tepat jam 16.00 Dinda telepon aku…
“Hallo Mas, tadi telepon ya…?”
“Iya…” sahut Agus…
“Kemana aja Din… kemarin malam…?”
“Cuma nongkrong-nongkrong aja kok Mas…!”
“Sama siapa aja, Dinda…?”
“Sama teman-teman dari Jakarta, Mas…”

Setelah makan di tempat penginapan…
Dinda dan Nani mulai dandan untuk ke Kuta lagi…
saat itu Nani yang nyetir ke Kuta…
dan mereka tidak mau pakai supir…
karena ngga enak sama supirnya…
maklum, mereka setiap hari dugem sampai pagi….
sama teman-temannya…!

Kebetulan saat dugem kemarin malamnya…
ada keponakan Agus saat itu…
Oh.. dia melihat teman-temannya pada pusing…
mungkin mereka terlalu banyak minum alkohol….
juga Nani dan Dinda…
kata keponakanku, saat itu mereka teler berat…!

Mendengar berita seperti itu…
aku langsung telepon Dinda…!
“Halo Dinda, udah bangun belum..?”
“Halo juga Mas.. iya, aku baru bangun Mas…
kemarin aku begadang…!”
“Sama siapa Din…??”
“Sama teman-teman dari Jakarta, Mas…!!”

Ternyata menurut informasi…
Mereka dugem bukan sampai pagi… malahan sampai 12.00 siang..!!
“Waah… Gawat!!” kataku saat itu…
jangan-jangan mereka mengkonsumsi narkoba…?!
Tapi Agus yakin, terutama Dinda…
tidak mungkin mengkonsumsi Narkoba….

Tapi anehnya….
Disco tersebut biasanya membuat pesta sampai siang…
bahkan sampai jam 13.00 siang…
dan kebanyakan di disco tersebut ada narkoba…!!

Tapi Agus yakin…
Dinda tidak akan ikut-ikutan seperti teman-temannya…
“Oh… mudah-mudahan saja” kata Agus…
karena Ibu Dewi betul-betul menitipkan kepada Agus…
untuk mengawasi Dinda selama di Bali…!

Agus jadi penasaran…
saat itu juga Agus telepon Dinda lagi…!
“Halo Dinda, kamu tidur dimana…??”
“Kok tidak tidur di hotel…?”
“Aku tidur di tempat temanku nginap, Mas…!”
“Dimana..?”
“Di Jalan Diana Pura Seminyak, Mas!”
“Oh gitu... ya udah, terserah kamu aja..!”

Aku pun khawatir…
aku terbang ke Bali… dan langsung menginap di Kuta…
sampai malam Agus belum juga bisa melihat muka Dinda dan Nani…
dan aku menghubungi Dinda via telepon…!
“Halo Dinda, kamu kemana aja sih..??”
“Iya Mas, akukemarin begadang sampai pagi…!”
“Ah masa’.. bukan sampai siang hari bolong..??
Agus nyindir Dinda melalui telepon…!!”

“Dinda, aku disuruh Mamamu untuk jagain kamu…!
sekarang Mas nginap di Kuta…
Mas sudah booking kamar di sana…,
biar Mas bisa ngawasin kamu…!”
“Oke Mas, nanti Dinda dan Nani nginap di tempat Mas aja…!?
“Udah, kalau begitu nanti aja Din…”
“Jangan lupa makan ya.. dan juga jangan lupa minum Redoxon ya..!!”

Ternyata memang Dinda dan teman-temannya…
tidak tidur sampai siang….
baru pukul 14.00 Dinda dan Nani ke tempat Agus menginap di Kuta…
Dinda dan Nani langsung saja istirahat…
dan tertidur pulas sampai jam 9 malam…
saat itu Agus juga istirahat…
sehingga tidak sempat ketemu Dinda…

Tepat pukul 1 malam…
Dinda kembali menghubungi teman-temannya…
untuk ketemu di sebuah Disco yang berlokasi di pinggir pantai…
tempat itu sudah tidak asing lagi di kalangan anak muda…
dan selebritis dari Ibukota….

Dinda dan Nani bergegas menuju tempat yang cukup terkenal itu…
ternyata sampai di tempat tersebut, mereka tidak bisa masuk…
karena rombongan Dinda cukup banyak sekitar 10 orang…

Dinda pun menghubungi Agus…
“Halo Mas Agus… aku ngga bisa masuk nih…!
tiketnya mahal Mas… aku ramai-ramai dengan teman-teman nih!”

Saat itu juga Agus menghubungi security di Disco tersebut…
dan akhirnya Dinda dan teman-temannya….
bisa bebas masuk ke tempat itu dengan gratis…

Agus khawatir…
karena tempat itu biasanya sangat ramai…
dan tempat anak-anak muda, selebritis dan bahkan…
tidak sedikit homosex dan lesbian gentayangan sampai pagi di sana…

Tempat itu sekarang sudah ditata apik bergaya minimalis…
dulu Disco tersebut sangat terkenal dengan Open Bar Disco…
di pinggir pantai….

Jam 01:30 malam Agus nyusul ke Disco tersebut…
tapi rombongan Dinda dan Nani tidak kelihatan…
mereka pada ngumpet…

Agus menoleh ke pojok kolam renang di sana…
ternyata mereka lagi nongkrong sambil merokok….
Tapi anehnya, Dinda takut ketemu Agus saat itu…!
“Ya udah..” kata Agus…
“Kalau ngga mau diawasin, lebih baik aku pulang aja…!”

Tapi saat itu Agus sempat berpesan sama Dinda…
“Dinda jangan begadang sampai siang bolong lagi ya..!
dan jangan ke tempat Disco yang sampai siang itu, ya…”
Dinda bilang, “Oke Mas… tenang aja, aku ngga ke sana kok…!”

Tapi Agus punya feeling….
mereka pasti akan berkunjung ke tempat itu….
karena saat itu tempat tersebut adalah tempat satu-satunya…
yang bisa dugem sampai siang hari bolong…!

Hari telah pagi… jam telah menunjukkan pukul 06.00…
para pengunjung Disco di Seminyak tersebut berhamburan keluar…
Agus saat itu duduk mengamati orang-orang yang pada teler…
Dinda dan teman-temannya lari…
dia takut diamati oleh Agus…

Mereka ternyata pindah ke tempat dugem yang sampai siang itu…
Agus juga ikut ke sana karena tempat itu seram…
dan narkoba gentayangan di sana… mencari mangsa…!!
“Dinda…, Dinda…!!” Agus berteriak..
“Katanya kamu ngga ke sini…?”
Dinda ngumpet dengan teman-temannya…. dia mojok….
ternyata Dinda ditemani bekas pacarnya yang bernama Dul…

Oh… Dinda begitu mesranya berpelukan dengan Dul…
walaupun katanya Dinda sudah tidak lagi dekat dengan Dul…!
Agus sebenarnya sangat senang…
kalau Dinda sudah bisa merasakan cinta dengan seorang lelaki…
daripada dingin sama laki-laki…
lebih baik dia bisa mencintai laki-laki…
pikir Agus saat itu…

Tepat pukul 11.00 siang…
Agus lebih dulu meninggalkan tempat itu…
dan langsung ke hotel untuk istirahat….
Kemudian jam 12.00 siang Dinda dan Nani juga nyusul…
ke hotel tempat Agus menginap…!

Saat sampai di hotel…
Dinda dan Nani makan nasi kotak….
yang telah disiapkan Agus untuk mereka sarapan….
dia pun makan sambil mendengarkan musik….
Setelah makan, mereka tidur sampai jam 17.00…

Agus terbangun jam 17.00… dan mengetok pintu kamar Dinda…
“Dinda, sudah sore…. bangun dong…!!” kata Agus
“Aku sudah bangun Mas… aku lagi mandi…” jawab Dinda
“Oke.. cepat ya Din! Pesawat take off jam 19.30 lho…!!”

Jam 18.00 Agus memanggil Bell Boy….
minta agar kopornya Dinda & Nani diangkat ke mobil….
kita sama-sama menuju lobby…
supir pun sudah siap untuk menuju ke Airport Ngurah Rai…

Di tengah jalan… tiba-tiba Dinda bilang…
“Aku mau ke tempat temanku naik taksi, ya Mas…”
Agus kesal, “Ya sudah… suka-suka kamu aja deh Din…!!”

Dia meluncur naik taksi ke daerah Legian…
Pikir Agus… mereka pasti ngga bisa pulang ke Jakarta…
karena saat itu sudah jam 18.30….
sedangkan untuk menuju Legian….
bisa menempuh waktu kurang lebih 1 jam…
Impossible… kata Agus…
Akhirnya Agus berangkat sendiri ke Airport…
untuk terbang ke Jakarta…

Sesampainya di Airport Cengkareng…
Agus telepon Ibu Dewi, Mamanya Dinda…
“Halo Bu.. saya sudah sampai di Jakarta…
tapi Dinda lain pesawat…
mudah-mudahan dia sudah sampai di Jakarta, Bu…”

Bu Dewi bertanya pada Agus…
“Bagaimana Dinda di Bali…?”
“Baik-baik aja, Bu…” jawab Agus
Agus tidak menceritakan kejadian-kejadian…
saat Dinda dan teman-temannya berada di Bali…
takut Mamanya Dinda marah dengan Dinda…

“Selamat malam ya Bu Dewi…
Semoga Dinda sampai dengan selamat…!”
“Oke deh kalau begitu…
nanti Tante akan kasih tahu Agus…
kalau Dinda sudah sampai di rumah….”

Ternyata 3 hari kemudian…
Dinda baru kasih kabar ke Agus…
Dinda SMS Agus…
“Hallo Mas… apa kabar…?
Dinda sudah sampai di Jakarta nih…!
Ketemu yuk Mas…!” kata Dinda…

Agus tidak menjawab SMS Dinda karena kesal…
saat di Bali, Dinda sama sekali tidak ramah dengan Agus…
Dinda SMS lagi ke Agus…
“Kok ngga dibales sih SMS ku, Mas…?”
“Maafin aku ya… kalau aku ada salah waktu di Bali…”
“Tolong balas dong SMS ku, Mas…”
“Sekali lagi aku katakan…
bolehkah aku mohon maaf, Mas..?”

Akhir kata-kata dari SMS itu…
“Aku tidak dekat sama siapa-siapa, Mas…
aku belum punya pacar kok Mas…!!”

3 hari kemudian.. Agus baru menjawab SMS Dinda…
Agus tidak menjawab permohonan maaf Dinda…
Agus hanya menjawab…
“Oke deh… tidak usah dipikirin masalah-masalah di Bali…!”
“Semoga Dinda senang ya…!”

Sudah dua bulan lamanya…
Agus tidak ada kontak dengan Dinda…
demikian juga dengan Mama dan Papanya…
tapi Mamanya pasti tahu kalau aku marah dengan Dinda…
karena Dinda ternyata tidak pulang tepat waktu saat itu…
dia masih libur lagi… selama 2 hari di Bali…
makanya Mamanya Dinda marah-marah sama Dinda…
karena Dinda tidak mau diawasi sama Agus saat di Bali…

Suatu ketika… saat yang menyebalkan adalah…
Dinda sebenarnya tidak tahu diri…
telah banyak dibantu oleh Agus…
tetapi dia sama sekali tidak menghargai Agus…
ketika Dinda sama teman-temannya di Bali…
seolah-olah dia tidak kenal dengan Agus…
padahal segala sesuatu selama Dinda di Bali…
semua atas bantuan Agus saat itu….!

Tetapi Agus tetap baik dengan Dinda maupun keluarganya…!
Ingin rasanya… Dinda mendapat pasangan hidup yang penuh arti…
sehingga perasaan duka di hatinya… bisa normal kembali…
dan hidup selayaknya seorang wanita dewasa dan cantik…
dan dapat merasakan kasih sayang dari seorang laki-laki…

Hari demi hari telah berlalu…
Agus selalu menanti berita dari keluarga Dinda…
sebenarnya Mamanya Dinda sangat malu denganku…
karena anaknya tidak nurut dengan orang tuanya…

Terngiang-ngiang di telingaku saat aku terima SMS dari Dinda…
Dinda mengatakan… bahwa sekarang dia tidak punya pacar…!
dan sama sekali sudah putus dengan Dul…!

Ehm… Agus curiga…
Dia mengatakan seperti itu denganku…
karena dia ingin sesuatu denganku…
dasar anak kecil..!!
belum tahu terima kasih dengan orang yang baik sepertiku…!!

Tidak ada hujan dan tidak ada angin…
Agus tiba-tiba ingin jalan sendiri di Mall di Jakarta Selatan…
Tiba-tiba tersentak hatiku… melihat pasangan…
Pria pendek…rambutnya pelontos…
bergandengan dengan seorang wanita ayu…
agak pendek.. matanya sayu.. rambutnya hitam…
dan memakai bando ungu… melirikku dari jauh…
dan dia malu-malu menyapaku…
“Hai Mas…! Sombong deh kamu…
Mas Agus tidak pernah telepon aku lagi…!
Ditanyain Mamah tuh.. Mas…!”
“Oh iya.. Mamah baik-baik aja kan…?”
“Baik Mas…!”
“Apa kabar Papah…?”
“Baik juga…”
Dinda menjawab dengan singkat saja…

“Eh Mas.. kenalin ini temanku…”
“Namanya siapa Din…?”
“Ini yang namanya Dul, Mas…!”
“Oh Dul… aku kan lihat kamu di Bali kemarin ini, sama Dinda kan?”
“Iya Mas… Dul nyusul saat Dinda berlibur di Bali…”

Agus bertanya dengan Dul…
“Dul, kamu sudah kuliah dimana…?”
“Di Universitas, Mas…!”
“Semester berapa, Dul…?”
“Semester enam, Mas…”
“Oke… rajin-rajin belajar ya…!
Biar bisa cepat kawin sama Dinda…”

Dinda memotong pembicaraan Agus…
“Ah Mas… bisa aja…
Aku hanya temenan kok…!” kata Dinda
“Teman… apa teman…?” kata Agus
“Benar Mas… teman kok…!”
“Dinda jangan malu sama Mas ya…
Mas kan senang kalau kamu dekat dengan cowok…
Biar kamu ngga jadi perawan duka lagi kan…?”
“Mas do’a kan pacarmu Dul bisa cepat lulus dan bekerja…
sehingga bisa kawin dengan kamu ya, Din…!”
Dinda tersenyum malu… saat itu…

Agus selalu berdo’a….
Semoga Dinda mulai senang dan dapat hidup normal kembali…
dan bisa mendapat teman sejati…
dan bisa membentuk rumah tangga yang sakinah nantinya…

“Oh Tuhan… berilah kemudahan bagi Dindaku…,
adikku… saudaraku… dan keluargaku…
sehingga bisa hidup normal tanpa rintangan apa pun…
dalam hidupnya…!
“Semoga Berbahagia Din… !
Mas selalu berdo’a untukmu, sayang….”

Agus ikhlas dan…
membebaskan Dinda ke laut luas…
karena laut itu…
tidak akan menenggelamkan Dinda…
dalam cinta sejati…
karena dia hanya ingin….
mengisi kekosongan hati…
tanpa rasa apa-apa dengan si dia….

Mamanya juga tahu hal itu…
karena dia telah bergaul dengan laki-laki…
tanpa aba-aba cinta dari Dinda….
yang ada adalah perasaan kasihan…
dengan temannya karena iba…
dan dia tidak mau menyakiti…
seorang laki-laki…
yang sangat sayang padanya…!

Ombak telah menghempas Dinda…
sehingga Dinda terpaksa memeluk kekasihnya…
tetapi laut telah memisahkan dia…
dari perasaan kasihan dengan kekasihnya….
kemudian dia mengapung…
tanpa pegangan cinta yang murni…

Oh… Dinda telah jatuh…
diantara kematian cinta…
tapi cinta Dinda akan hidup kembali…
saat dia mengingat Dea anaknya…
sekaligus adiknya…

Dinda akan mencoba kembali lagi…
dengan kebaikan Agus…
untuk bisa menatap kehidupan…
yang lebih pasti…
demi masa depan Dea…
yang sangat disayanginya…

Akhirnya Dinda bimbang dan ragu…
dia ingin mengundurkan diri…
dari persahabatan cinta palsu…
yang dia coba berikan kepada Dul…

Dinda ingin mendekati Agus lagi…
dengan setengah ragu…
Dinda tetap ingin Agus bisa meyakinkan dia…
demi masa depan Dea…

Dalam lamunan itu…
dia ingin memeluk bayangan Agus dari dekat….
Dinda yakin cinta palsu untuk Agus…
akan menjadi asli…
saat Agus bisa memberi kehidupan yang nyata…
dalam bentuk materi kehidupan…

Apalagi disusul dengan…
buah karya nyata…
berupa putra mahkota….
yang akan menjadi adik Dea…,
yang sangat Dinda sayangi….

Tiba-tiba radar Dinda bergetar….
HP Agus bergetar jadinya….
tahu-tahu Dinda melayangkan SMS lagi…

Agus menatap layar HP-nya…
mengikuti gelombang jiwa Dinda…
yang sulit ditebak hatinya…

“Mas Agus, selamat ya…!
Aku dengar lagu-lagu yang dibuat Mas Agus…
segera akan beredar di pasar ya…?”
Agus menjawab SMS Dinda…
“Tahu darimana..?”
“Tahu dari temanku dan…
tahu dari mimpi…” kata Dinda

Dinda menggoda Agus…
dengan kata-kata penuh kepalsuan…
“Aku kangen Mas” kata Dinda
Agus menanggapi dengan harap-harap cemas…
“Tiket sakit hati yang keberapa…
yang akan dia berikan kepadaku…?”
bisik Agus saat itu…!!

Bulanpun mendengkur sambil tertawa…
menyaksikan hatinya Dinda…
yang bolak-balik seperti setrikaan…
tiada setrum…
karena dia selalu dingin…

Tanggung jawab yang diberikan oleh Mamanya…
membuat dia selalu teringat dengan Agus…
kebaikan Agus dijadikan obyek…
untuk menyelesaikan masalah sesaat…
tanpa beban pikiran…
membuat Dinda bertambah beban hidupnya…

Anehnya... ketawaku selalu ingin….
berlabuh di hatinya, bisik Agus..
karena Dinda sebenarnya orang baik…
dan tidak mungkin menyelewengkan hatinya…
di kala dia telah dipersunting…
oleh sang Pangeran penyelamat hati…

Lamunan Agus makin menjadi-jadi…
bunga-bunga hati seorang Agus…
tidak mau meninggalkan matahari…

Agus ingin memeluknya…
walaupun panasnya matahari…
membuat hatinya berkeringat…
sampai basah sambil rindu…
tanpa ada jawaban pasti darinya…

Dinda jangan bikin aku jadi gila…
kuburlah kebekuan hatimu…
saat kamu ingin memulai…
dekat lagi dengan aku….

Ingatlah pesan orang tuamu…
bergaulah dengan orang-orang…
yang bisa membuat kamu hidup kembali…
jangan hatimu dibuat mati lagi…
oleh teman-temanmu…
yang lagi lupa ingatan…

Lamunan Agus terus berlanjut…
Oh… bulan mulai berkhianat denganku…
Kenapa kau tetap tidak menampakkan diri…?
Dan tidak menampakkan terang…?
Di dalam lamunan hati Dinda…??

Kapan bulan akan memberikan…
kedamaian dan cinta abadi…
untukku…?

Muncullah kau bulan…
aku ingin memulai…
mengulurkan hatiku kepadamu…
kamu akan kujadikan…
inspirasi dalam berkarya…!

Ternyata lamunanku berkelanjutan…
Hari ini tanggal 26 September 2004…
seperti ulang tahunku yang ke-17…
bulan menyeruak dalam kegelapan malam…
perlahan dia muncul menerangi bumi…
pertanda hati yang luka dan duka…
akan diteranginya malam ini…

Benar juga…!!
Dinda menelpon Agus saat itu…
“Mas Agus, aku kangen nih…”
kata Dinda melalui telepon…
“Ini benar-benar lho Mas…
Aku kangen dan tidak ada lagi…
kepalsuan dalam diriku, Mas…!”
“Percayalah Mas…” kata Dinda
“Aku takut membohongi kamu, Mas…”
“Aku akan memberikan seluruh…
tubuhku kepadamu.., Mas”

Tiba-tiba telpon Dinda putus…
tidak ada suara Dinda lagi…
dalam HP-ku…
Agus kembali melamun indah…
matanya menerawang sampai…
ke langit biru…

Tiba-tiba goncangan angin…
berhembus kencang dari arah Utara…
membuat pohon bunga kamboja…
bergoyang tiada henti…
ribuan burung gelatik…
terbang melayang dalam terang bulan…
pertanda hati seorang duka…
telah terpanggil oleh sang duda…

Menderu di antara burung gelatik…
indah menawan…
dalam mengarungi laut luas…
diiringi nyanyian alunan ombak…
histeris kegirangan….

Agus tersentak…
Ternyata Dinda memanggil melalui HP-nya…
“Hallo… hallo Mas…”
“Ok… ok Din…”
“Mas bahagia lho…
mendengar kata-kata sejuk itu…
Benar nih Din…?”
“Benar Mas..” bisik Dinda melalui telepon..

“Mudah-mudahan Din…
Aku akan catat hari ini….
hari Minggu tgl 26 September 2004…
sebagai hari kebangkitan seorang Duka…
yang ingin memberikan kasih sayang…
kepada seorang laki-laki…
yang selalu sabar sambil marah…
dalam penuh kesetiaan…

Mamanya Dinda ikut bahagia…
mendengar kabar ini…
karena sebenarnya Mamanya Dinda…
sudah tidak sabar lagi…
sehingga Dinda bisa membesarkan Dea…
dan membimbingnya dengan penuh kasih…
menuju cita-citanya….

Akhirnya….
Dinda dipersunting Agus….
dalam suasana Bahagia….


-- 000 --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar